Desa Tamansari di Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, masuk 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
ADWI merupakan ajang pemberian penghargaan kepada desa-desa wisata yang memiliki prestasi dengan kriteria penilaian yang ditetapkan Kemenparekraf.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas di Banyuwangi, Selasa, menyampaikan terima kasih kepada Kemenparekraf atas apresiasi terhadap geliat Desa Tamansari yang memang menjadi salah satu desa wisata unggulan Banyuwangi.
"Kerja keras teman-teman di Desa Tamansari memang luar biasa. Selain wisata, desa tersebut juga menjadi rintisan awal program Smart Kampung di Banyuwangi yang mendorong berbagai kegiatan kreatif dan pelayanan berbasis teknologi informasi," kata Ipuk.
Ipuk berharap apresiasi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 dari Kemenparekraf itu menjadi pemantik semangat bagi seluruh elemen di Banyuwangi.
"Terutama dalam upaya mendorong percepatan pengembangan kawasan kampung dan perdesaan dengan pendekatan pariwisata," tuturnya.
ADWI 2021 telah melewati serangkaian tahap kurasi. Dari 1.831 peserta desa wisata yang mendaftar secara nasional, telah terkurasi 300 besar desa wisata, yang kemudian mengerucut menjadi 100 besar. Setelah itu terpilih menjadi 50 besar desa wisata terbaik hasil kurasi para dewan kurator dan dewan juri.
Sebelumnya, dua desa di Banyuwangi yakni Desa Wisata Adat Osing Kemiren, Kecamatan Glagah dan Desa Wisata Tamansari, Kecamatan Licin, masuk 100 besar. Setelah melalui kurasi, Desa Tamansari terpilih masuk 50 besar.
Seleksi dilakukan berdasarkan penilaian dewan kurator dengan menilai tujuh kategori penilaian klasifikasi desa wisata dan kelengkapan data. Tujuh kriteria tersebut penerapan CHSE (cleanliness, health, safety, and environmental sustainability), desa digital, souvenir (kuliner, fesyen, kriya), daya tarik wisata (alam, budaya, buatan), konten kreatif, homestay dan toilet.
Kepala Desa Tamansari Rizal Sahputra mengatakan desanya sudah dipersiapkan menjadi desa wisata sejak sejak 2015, dengan Badan Usaha Masyarakat Desa (Bumdes) sebagai leading sektornya.
"Kami selalu mendorong segala unit usaha desa benar-benar diinisiasi oleh warga itu sendiri. Namun, sebagai pemerintah desa, kami akan berusaha mencukupi akomodasi pariwisata atau menyempurnakan segala bentuk sumber daya yang berkaitan dengan desa wisata," ujarnya.
Pada 2017, Desa Tamansari juga meraih penghargaan Desa Wisata Award dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk kategori Desa Wisata Jejaring Bisnis.
Penghargaan tersebut diraih karena desa yang berada tepat di bawah kaki Gunung Ijen dinilai berhasil merintis pengembangan potensi wisata seperti homestay, kendaraan wisata, jasa pemandu wisata serta beberapa usaha kecil menengah yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa Ijen Lestari.
Kemenparekraf akan menjadikan data desa wisata yang ada di laman www.jadesta.com sebagai wadah sekaligus arah dalam penyusunan rencana pengembangan semua desa wisata di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
ADWI merupakan ajang pemberian penghargaan kepada desa-desa wisata yang memiliki prestasi dengan kriteria penilaian yang ditetapkan Kemenparekraf.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas di Banyuwangi, Selasa, menyampaikan terima kasih kepada Kemenparekraf atas apresiasi terhadap geliat Desa Tamansari yang memang menjadi salah satu desa wisata unggulan Banyuwangi.
"Kerja keras teman-teman di Desa Tamansari memang luar biasa. Selain wisata, desa tersebut juga menjadi rintisan awal program Smart Kampung di Banyuwangi yang mendorong berbagai kegiatan kreatif dan pelayanan berbasis teknologi informasi," kata Ipuk.
Ipuk berharap apresiasi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 dari Kemenparekraf itu menjadi pemantik semangat bagi seluruh elemen di Banyuwangi.
"Terutama dalam upaya mendorong percepatan pengembangan kawasan kampung dan perdesaan dengan pendekatan pariwisata," tuturnya.
ADWI 2021 telah melewati serangkaian tahap kurasi. Dari 1.831 peserta desa wisata yang mendaftar secara nasional, telah terkurasi 300 besar desa wisata, yang kemudian mengerucut menjadi 100 besar. Setelah itu terpilih menjadi 50 besar desa wisata terbaik hasil kurasi para dewan kurator dan dewan juri.
Sebelumnya, dua desa di Banyuwangi yakni Desa Wisata Adat Osing Kemiren, Kecamatan Glagah dan Desa Wisata Tamansari, Kecamatan Licin, masuk 100 besar. Setelah melalui kurasi, Desa Tamansari terpilih masuk 50 besar.
Seleksi dilakukan berdasarkan penilaian dewan kurator dengan menilai tujuh kategori penilaian klasifikasi desa wisata dan kelengkapan data. Tujuh kriteria tersebut penerapan CHSE (cleanliness, health, safety, and environmental sustainability), desa digital, souvenir (kuliner, fesyen, kriya), daya tarik wisata (alam, budaya, buatan), konten kreatif, homestay dan toilet.
Kepala Desa Tamansari Rizal Sahputra mengatakan desanya sudah dipersiapkan menjadi desa wisata sejak sejak 2015, dengan Badan Usaha Masyarakat Desa (Bumdes) sebagai leading sektornya.
"Kami selalu mendorong segala unit usaha desa benar-benar diinisiasi oleh warga itu sendiri. Namun, sebagai pemerintah desa, kami akan berusaha mencukupi akomodasi pariwisata atau menyempurnakan segala bentuk sumber daya yang berkaitan dengan desa wisata," ujarnya.
Pada 2017, Desa Tamansari juga meraih penghargaan Desa Wisata Award dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk kategori Desa Wisata Jejaring Bisnis.
Penghargaan tersebut diraih karena desa yang berada tepat di bawah kaki Gunung Ijen dinilai berhasil merintis pengembangan potensi wisata seperti homestay, kendaraan wisata, jasa pemandu wisata serta beberapa usaha kecil menengah yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa Ijen Lestari.
Kemenparekraf akan menjadikan data desa wisata yang ada di laman www.jadesta.com sebagai wadah sekaligus arah dalam penyusunan rencana pengembangan semua desa wisata di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021