Amerika Serikat telah meminta bantuan enam maskapai penerbangan komersial untuk membantu mengangkut orang-orang setelah evakuasi mereka dari Afghanistan ketika Washington meningkatkan kecepatan keberangkatan orang Amerika dan orang Afghanistan yang berisiko dari bandara Kabul.

Pentagon mengatakan pada Minggu bahwa pihaknya memanggil 18 pesawat sipil dari United Airlines, American Airlines, Delta Air dan lainnya untuk membawa orang-orang dari lokasi sementara setelah mereka mendarat dengan penerbangan dari Afghanistan.

Maskapai penerbangan sipil terakhir kali dipanggil AS selama Perang Irak pada tahun 2003 dalam program Armada Udara Cadangan Sipil.

Langkah ini menyoroti kesulitan yang dialami Washington dalam melakukan evakuasi menyusul pengambilalihan cepat Taliban.

Gedung Putih dapat meminta Armada Udara Cadangan Sipil, yang dibentuk pada tahun 1952, untuk membantu militer selama keadaan darurat setelah Pengangkutan Udara Berlin pasca-Perang Dunia II.

Ribuan orang tetap berada di luar bandara internasional Kabul pada Minggu. Mereka berharap untuk dievakuasi ketika orang-orang bersenjata Taliban memukul mundur kerumunan.

"Ini adalah program yang dirancang setelah pengangkutan udara Berlin setelah Perang Dunia Kedua untuk menggunakan pesawat komersial untuk menambah kapasitas pengangkutan udara kami,” kata Presiden Joe Biden dalam pidato dari Gedung Putih pada Minggu sore.

Ia menambahkan bahwa maskapai penerbangan secara sukarela mendaftar untuk program tersebut.

Biden mengatakan penerbangan itu akan membawa orang-orang dari "lokasi penampungan sementara" seperti Qatar dan Jerman ke Amerika Serikat atau negara ketiga. Ia menyebutnya sebagai tahap awal program.

"Tak satu pun dari mereka akan mendarat di Kabul," katanya.

American Airlines, Atlas Air, Delta Air Lines dan Omni Air masing-masing akan menyediakan tiga pesawat. Ada juga dua dari Hawaiian Airlines, dan empat dari United Airlines.

American dan Delta mengatakan mereka akan memulai penerbangan bantuan pada Senin dan, bersama dengan operator lain, menyambut baik seruan untuk membantu militer AS di tengah krisis kemanusiaan.

"American Airlines ... bangga memenuhi tugasnya untuk membantu militer AS meningkatkan misi penyelamatan kemanusiaan dan diplomatik ini. Gambar-gambar dari Afghanistan sangat memilukan," kata pihak manajemen American Airlines.

Biden mengatakan operasi itu seharusnya hanya memiliki efek minimal pada penerbangan komersial.

Delta mengatakan operasi komersialnya tidak terpengaruh, sementara American mengatakan "akan bekerja untuk meminimalkan dampak terhadap pelanggan karena maskapai untuk sementara menghapus pesawat ini dari operasi kami,"  kata United  sambil menambahkan bahwa masih menilai dampaknya tetapi berharap "minimal."

Atlas Air mengatakan akan membawa pengungsi ke Amerika Serikat "dan akan siap jika kapasitas tambahan diperlukan."

Dalam 12 jam hingga jam 2 siang pada Minggu, sekitar 3.400 orang dievakuasi dari Kabul dengan 39 pesawat koalisi, termasuk maskapai komersial, dan 1.700 lainnya dengan delapan penerbangan militer AS, menurut Gedung Putih.

Secara keseluruhan, sekitar 30.300 orang telah dievakuasi sejak 14 Agustus, tambah Gedung Putih.

Maskapai nasional Bahrain, Gulf Air, mengoperasikan penerbangan dari Pangkalan Udara Isa ke Bandara Internasional Dulles di luar Washington sebagai bagian dari upaya evakuasi, kantor media pemerintah Bahrain, NCC, mengatakan.

Amerika Serikat terakhir menggunakan "Armada Udara Cadangan Sipil" pada periode menjelang dan termasuk invasi ke Irak dan sebelum itu, Perang Teluk 1991.

Keterbatasan jumlah pesawat hanyalah salah satu masalah yang dihadapi evakuasi dari Afghanistan yang membuat para pengungsi dikirim ke belasan negara.

Para pejabat mengatakan mereka juga frustrasi dengan pemrosesan yang lambat oleh Kementerian Keamanan Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri, dan ada kekhawatiran yang meningkat tentang keamanan di Kabul.

Sumber : Reuters (*)

 

Pewarta: Azis Kurmala

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021