Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun, Jawa Timur menggelar kirab pusaka peninggalan leluhur daerah setempat sebagai upaya melestarikan budaya dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1443 Hijriah atau bulan Suro dalam penanggalan Jawa pada Rabu (11/8/2021) malam.

Kirab diikuti oleh Wali Kota Madiun Maidi, beberapa budayawan, dan delapan kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Kirab pusaka sengaja digelar malam hari setelah lampu penerangan jalan umum (PJU) dipadamkan pada pukul 20.00 WIB, untuk menghindari kerumunan masyarakat yang ingin menyaksikan.

Wali Kota Madiun Maidi mengatakan kirab pusaka ini bertujuan untuk melestarikan budaya leluhur tentang sejarah berdirinya wilayah Kota Madiun. Selain itu, juga upaya Pemerintah Kota Madiun bersama para budayawan Kota Madiun untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar pandemi COVID-19 segera berakhir.

Masyarakat Jawa sejak zaman dahulu telah terbiasa dengan persoalan kemiskinan, bencana alam, wabah penyakit, dan perang. Untuk menyikapi itu, warga kemudian melakukan tirakat dan berdoa. 

"Ini merupakan pertama kalinya digelar di Kota Madiun untuk melestariakn budaya leluhur. Jadi, dulu pada bulan Suro banyak orang melakukan tirakat. Dalam penanggalan Islam atau Muharam banyak yang melakukan kegiatan keagamaan, seperti doa bersama. Kirab pusaka peninggalan ini juga sebagai salah satu ikhtiar menjauhkan dari bencana sekaligus melestarikan budaya," ujar Wali Kota Maidi.

Adapun pusaka peninggalan leluhur Kota Madiun yang dikirab di antaranya berupa Tombak Sidhen Kayon, Gunungan, dan Jangkung Amangkurat Emas. Sejumlah pusaka tersebut dikirab dengan menerapkan protokol kesehatan.

"Dengan segala usaha yang telah dilakukan ini, mulai dari doa bersama secara virtual dengan para tokoh agama mulai kiai, ulama, pendeta, dan pastur hingga kirab pusaka, diharapkan bisa memberikan ketenangan kepada masyarakat. Dengan demikian, imun masyarakat akan naik dan bisa terhindar dari paparan COVID-19," kata Maidi.
Petugas melakukan kirab pusaka dalam rangka menyambut datangnya Bulan Suro sebagai awal tahun baru Jawa di Kota Madiun, Jawa Timur, Rabu (11/8/2021) malam. Kirab dalam rangka pelestarian budaya saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 tersebut digelar secara sederhana dan dengan peserta terbatas, yaitu Wali Kota Maidi dan delapan pejabat serta sejumlah petugas guna mencegah penularan COVID-19. (ANTARA FOTO/Siswowidodo/aww).


Adapun, rute kirab dimulai dari kediaman Wali Kota Maidi di Jalan Merpati, keliling jalan protokol Kota Madiun dan berakhir di Rumah Dinas Wali Kota di Jalan Pahlawan. 

"Apa yang diinginkan masyarakat telah kami penuhi. Dari para budayawan menginginkan kirab pusaka sebagai upaya memohon ke depan menjadikan Kota Madiun agar lebih baik. Saya selaku kepala daerah selalu berikhtiar untuk menjalankan amanat rakyat agar lebih baik dan tambah baik," katanya. 

Pihaknya juga meminta warga Kota Madiun untuk berjuang bersama memerangi pandemi COVID-19 dengan meningkatkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Semua usaha telah dilakukan Pemerintah Kota Madiun, maka semuanya harus diikuti dengan disiplin protokol kesehatan.

"Kondisi kita masih PPKM di Level 4. Patuhi yang telah menjadi kebijakan pemerintah. Maka dari itu tolonglah kita sama–sama berjuang, taati prokes agar pandemi ini segera berakhir," katanya.

Ia menambahkan kirab pusaka ke depan akan menjadi agenda rutin Kota Madiun dalam rangka menyambut tahun baru Islam atau di bulan Suro. Saat pandemi telah selesai, kegiatan kirab pusaka tersebut akan dilaksanakan lebih meriah dan sakral guna mengangkat potensi wisata budaya Kota Madiun.

Menurutnya, kirab juga merupakan cara melestarikan pusaka yang merupakan warisan budaya dari leluhur yang harus di "uri-uri" oleh masyarakat. Kirab juga sebagai simbol untuk menghormati perjuangan para leluhur dan supaya masyarakat Kota Madiun tidak lupa dengan budaya.

Selain kirab pusaka, dalam rangka melestarikan budaya di bulan Suro, Pemkot Madiun juga melakukan ziarah makam para leluhur pendiri Kota Madiun di komplek makam Masjid Kuno Kuncen dan Masjid Taman pada Kamis (12/8/2021). Bangunan masjid-masjid tersebut merupakan cagar budaya yang harus dirawat keberadaannya. (*)

 

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021