Sejumlah mahasiswa lintas fakultas Universitas Brawijaya (UB) melatih para santri di Pondok Pesantren Anwarul Huda (PPAH) Malang untuk membuat hand soap dari susu pecah dan limbah kulit kakao.

Mahasiswa lintas fakultas tersebut, adalah Eko Prihatmaji (dari Fakultas Peternakan (FAPET ), Firmansyah Budi Pratama (FAPET), Muhammad Izzul Atfhal (FAPET ), Chosiatun Nafingah dari Fakultas Kedokteran (FK ), dan Silvia Maulita (FK ).

Ketua tim yang melatih para santri tersebut, Eko Prihatmaji di Malang, Jawa Timur, Selasa, menyampaikan program ini merupakan program peningkatan produktivitas santri dengan memperhatikan masalah di sekitar lingkungannya.

"Program pelatihan pengolahan susu pecah dan limbah kulit kakao sebagai hand soap ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas santri dan memberikan edukasi pentingnya kebersihan lingkungan di pondok pesantren," ucapnya.

Rangkaian kegiatan yang dilakukan, antara lain terkait pemberian materi kebersihan dan kesehatan lingkungan, pelatihan ekstraksi kulit kakao dan pembuatan hand soap, pelatihan desain kemasan, dan pelatihan kewirausahaan.

Penggunaan susu pecah dan kulit kakao sebagai bahan tambahan pada hand soap, selain keduanya merupakan limbah yang sudah tidak terpakai, kedua bahan ini juga mengandung senyawa antibakteri yang mampu menangkal bakteri yang masuk dalam kulit dan senyawa yang mampu melembutkan dan menenangkan kulit.

Eko mengakui latar belakang pelatihan dibuatnya hand soap di Ponpes tersebut, karena melimpahnya susu pecah di Kecamatan Ngantang sebagai sentra ternak sapi perah dan limbah kulit kakao di Kecamatan Dampit.

"Agar limbah kulit kakao dan susu pecah (susu yang disortir dari KUD) tidak terbuang sia-sia, tim kami memanfaatkannya sebagai bahan baku sabun cuci tangan. Untuk tahap awal kami melatih para santri di Ponpes dulu," ucap Eko.

Salah satu santri PPAH Malang Wari menuturkan program ini sangat menarik karena memberikan pengalaman serta ilmu baru dalam membuat hand soap, lebih-lebih bahan tambahan yang digunakan sangat bagus, karena memanfaatkan limbah yang ada.

Langkah selanjutnya dari program ini adalah berupa pendampingan untuk menjadikan santri PPAH mempunyai produk sabun sendiri yang nantinya dapat dijadikan peluang usaha.

“Rencana selanjutnya, pada tahun pertama adalah terlaksananya program dengan lancar, tahun kedua meningkatkan kualitas kebersihan lingkungan dan produktivitas santri melalui produk hand soap ini, tahun ketiga menjadikan PPAH sebagai pesantren percontohan santri mandiri dan sadar kebersihan lingkungan,” ujarnya.

Salah satu perilaku menjaga kebersihan dan hidup sehat yang perlu diterapkan untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19 adalah kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun. Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu indikator output dari strategi nasional STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat).

Susu pecah adalah bagian dari hasil produksi sapi perah yang tidak diterima oleh KUD, karena susu pecah dinilai tidak memiliki kualitas standar seperti susu murni, sehingga tidak layak dikonsumsi.

Sementara Kecamatan Dampit juga mempunyai perkebunan kakao yang menghasilkan limbah berupa kulit kakao yang bisa dijadikan bahan baku pembuatan hand soap tersebut, sehingga bisa menekan biaya produksi.

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021