Kalangan perbankan di Kediri, Jawa Timur, menilai bahwa pandemi COVID-19 ini turut serta mempengaruhi perilaku nasabah, mempercepat perilaku usaha ke digital.

Vice President PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kediri Aninditho J. Prakoso, Jumat (16/7) mengemukakan saat ini memang terjadi perubahan perilaku nasabah yang terdigitalisasi di sektor perbankan. Selain karena pandemi, jumlah pengguna jaringan internet juga semakin bertambah.

"Data perkembangan digital native di Indonesia ini didorong penetrasi internet. Pengguna internet di 2017 itu 132 juta orang dan terus naik. Pada 2018 ada 143 juta, 2019 ada 171 juta, 2020 ada 175 juta dan 2021 ini ada 203 juta. Ada penambahan sekitar 16 persen pengguna internet sebesar 27 juta jiwa (yoy)," katanya dalam seminar yang digelar oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kediri secara daring di Kediri.

Pengguna internet di Indonesia itu 96 persen atau 195 juta jiwa mengakses melalui mobile sedangkan 82 persen atau 165 juta pengguna mobile internet belanja secara daring dan ada 66 persen atau 130 juta pengguna mobile internet aktif pembayaran via mobile.

Pihaknya menyebut, ada beberapa faktor munculnya transaksi pembayaran secara digital yang berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi digital dan juga menghadirkan ekosistem digital dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Pada 2020, digital economi di Indonesia setara dengan $44 miliar. Diprediksi mencapai $124 miliar dalam lima tahun ke depan, menghasilkan 40 persen dari total digital economy ASEAN pada 2025.

Di Indonesia, kini bisnis yang memanfaatkan jaringan internet juga semakin banyak. Ada 2.193 startup. Dari jumlah itu, ada lima perusahaan yang masuk unicorn dan satu decacom.

Dari jumlah perusahaan startup tersebut juga beragam sektor antara lain transportasi, makanan, travel daring, hingga media daring.

Masa pandemi COVID-19 juga telah mengakibatkan terjadinya shifting behavior. Masyarakat turut terdampak pada perekonomian. Beberapa hal itu misalnya virtual working learning, playing. Saat ini, aktivitas bekerja, belajar, bermain banyak dilakukan dari rumah dengan menggunakan perangkat digital dan platform daring.

Selain itu, ada juga digital banking. Aktivitas perbankan kini juga mulai dilakukan melalui layanan digital, tidak lagi melalui cabang dan channel fisik.

Ada juga cashless society. Kebutuhan digital payment tanpa uang tunai atau cashless dan teknologi touchless meningkat.

"Online shopping juga. Kini, masyarakat mulai berbelanja kebutuhan sehari-hari secara daring. Selain itu, ada juga omnichannel store. Kini, trend berbelanja online to offline (O2O) atau dengan metode take away/ delivery," kata dia.

Terkait dengan transaksi konsumen di era "new normal" ini, Aninditho mengatakan pembeli e-commerce saat ini lebih banyak pengguna baru dan diprediksi akan berlanjut ke berbelanja daring. Pembelian ke depan diprediksi juga akan cenderung mengalami peningkatan.

Konsumen, juga mulai merasakan kenyamanan berbelanja daring. Hal itu salah satunya karena online shop yang menghadirkan pengalaman yang lebih positif dibandingkan belanja tatap muka.

Selain itu, kebiasaan nontunai mulai terbentuk dan akan tetap melekat. Hal ini juga dipengaruhi pembayaran nontunai yang semakin diminati oleh konsumen. Beberapa hal yang memengaruhi seperti konsumen membawa sedikit uang tunai karena khawatir akan penyebaran COVID-19.

Untuk menunjang adanya perubahan pola di masyarakat, pihaknya juga terus beradaptasi terkait dengan layanan perbankan untuk mengatasi megashift selama pandemi COVID-19. Beberapa adaptasi itu misalnya layanan yang mengakomodasi seluruh kebutuhan transaksi harian nasabah sehingga cukup di rumah saja, kemudahan pembukaan rekening tanpa perlu ke cabang, dan beragam layanan lainnya.

Dalam acara tersebut, juga dihadiri Kepala OJK Kediri, pimpinan perbankan dan jurnalis se-Karesidenan Kediri. Acara digelar secara daring, karena masih pandemi COVID-19. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021