Budi Piceswanto (41), penerima Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari segmen Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK), warga Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengaku dilayani dengan sigap oleh petugas medis.
Budi mengemukakan istrinya, Nanik Sriwahyuni (41) harus menjalani persalinan berisiko, pada Oktober 2020 setelah melahirkan anak kedua di usia 41 tahun. Direncanakan, proses persalinan bisa dilakukan di puskesmas, nyatanya istrinya harus dirujuk ke rumah sakit.
"Pagi sudah di Puskesmas Wates, waktu itu pembukaan tiga. Sampai sore ditunggu-tunggu tapi tidak ada perkembangan. Akhirnya bidan merujuk ke RSUD Kabupaten Kediri agar dapat diberi perangsang persalinan," kata Budi di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, kondisi istrinya saat itu tidak dimungkinkan untuk diantar menggunakan sepeda motor. Untuk itu, ia dan istri akhirnya diangkut mobil ambulans milik puskesmas ke rumah sakit dengan didampingi oleh bidan. Sesampainya di IGD, istrinya langsung ditangani dengan sigap.
"Di ambulans bertiga dengan bidannya. Saya merasa tenang karena didampingi saat di jalan. Sesampainya disana saya diminta mendampingi istri saja karena urusan penjaminan dan administrasi diuruskan oleh bidan. Alhamdulillah, persalinan berjalan lancar," ujar Budi.
Budi menyebut, anak keduanya lahir dengan selisih 14 tahun dari anak perempuannya yang pertama. Ia sadar kehamilan istrinya cukup berisiko. Untuk bersalin dalam usia tersebut, istrinya juga membutuhkan perhatian dan perencanaan yang ekstra.
Selama kehamilan, istrinya juga menjalani pemeriksaan kehamilan secara rutin. Pemeriksaan-pemeriksaan itu menunjukkan bahwa istrinya masih dapat melahirkan secara normal.
"Kondisinya baik dan diprediksi bisa bersalin secara normal. Saya sendiri tidak keberatan bila persalinan di puskesmas karena saya percaya dengan kompetensi dan sarana yang ada. Hingga akhirnya istri saya harus dibawa ke RS, itu tidak membebani pikiran saya," kata Budi.
Penggagas Komunitas Kebugaran Freeletics Kediri ini juga menambahkan, seluruh pemeriksaan dan tindakan persalinan yang dilaluinya juga tidak dikenai biaya. Biaya ambulans pun tidak dibebankan kepada keluarganya. Oleh karena itu, Ia memberikan apresiasi kepada pemerintah atas adanya program ini.
"Semuanya dibiayai lewat JKN, kami tidak keluar uang sepeser pun. Pemeriksaan di bidan dibiayai, ambulans dibiayai, tindakan persalinan dibiayai, kontrol juga masih dibiayai. Alhamdulillah, sangat membantu," kata Budi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Budi mengemukakan istrinya, Nanik Sriwahyuni (41) harus menjalani persalinan berisiko, pada Oktober 2020 setelah melahirkan anak kedua di usia 41 tahun. Direncanakan, proses persalinan bisa dilakukan di puskesmas, nyatanya istrinya harus dirujuk ke rumah sakit.
"Pagi sudah di Puskesmas Wates, waktu itu pembukaan tiga. Sampai sore ditunggu-tunggu tapi tidak ada perkembangan. Akhirnya bidan merujuk ke RSUD Kabupaten Kediri agar dapat diberi perangsang persalinan," kata Budi di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, kondisi istrinya saat itu tidak dimungkinkan untuk diantar menggunakan sepeda motor. Untuk itu, ia dan istri akhirnya diangkut mobil ambulans milik puskesmas ke rumah sakit dengan didampingi oleh bidan. Sesampainya di IGD, istrinya langsung ditangani dengan sigap.
"Di ambulans bertiga dengan bidannya. Saya merasa tenang karena didampingi saat di jalan. Sesampainya disana saya diminta mendampingi istri saja karena urusan penjaminan dan administrasi diuruskan oleh bidan. Alhamdulillah, persalinan berjalan lancar," ujar Budi.
Budi menyebut, anak keduanya lahir dengan selisih 14 tahun dari anak perempuannya yang pertama. Ia sadar kehamilan istrinya cukup berisiko. Untuk bersalin dalam usia tersebut, istrinya juga membutuhkan perhatian dan perencanaan yang ekstra.
Selama kehamilan, istrinya juga menjalani pemeriksaan kehamilan secara rutin. Pemeriksaan-pemeriksaan itu menunjukkan bahwa istrinya masih dapat melahirkan secara normal.
"Kondisinya baik dan diprediksi bisa bersalin secara normal. Saya sendiri tidak keberatan bila persalinan di puskesmas karena saya percaya dengan kompetensi dan sarana yang ada. Hingga akhirnya istri saya harus dibawa ke RS, itu tidak membebani pikiran saya," kata Budi.
Penggagas Komunitas Kebugaran Freeletics Kediri ini juga menambahkan, seluruh pemeriksaan dan tindakan persalinan yang dilaluinya juga tidak dikenai biaya. Biaya ambulans pun tidak dibebankan kepada keluarganya. Oleh karena itu, Ia memberikan apresiasi kepada pemerintah atas adanya program ini.
"Semuanya dibiayai lewat JKN, kami tidak keluar uang sepeser pun. Pemeriksaan di bidan dibiayai, ambulans dibiayai, tindakan persalinan dibiayai, kontrol juga masih dibiayai. Alhamdulillah, sangat membantu," kata Budi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021