Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, hingga kini masih membenahi fasilitas tempat isolasi terpusat guna menampung pasien terpapar COVID-19 yang berstatus tanpa gejala atau OTG.
"Ini masih dicek, ada persiapan yang kurang. Kami lengkapi seperti dispenser, mesin cuci, jadi mereka di sana nanti mencuci sendiri. Kami juga siapkan kopi, teh, olahraga pagi," kata Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar di Kediri, Selasa.
Pihaknya juga sudah meminta petugas untuk menambah fasilitas toilet, sebab toilet kebutuhan sangat penting. Terlebih lagi jika harus antre, sedangkan fasilitas terbatas juga tidak membuat nyaman penghuni.
Pemerintah Kota Kediri telah membangun dua tempat isolasi terpusat, yaitu bekas gedung Balai Pelatihan Kerja (BLK) dan GNI Kota Kediri.
Pelaksana Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kediri Indun Munawaroh mengatakan kedua tempat isolasi terpusat ini dibangun berdasarkan arahan Wali Kota Kediri untuk memfasilitasi pasien tanpa gejala yang rumahnya tidak layak sebagai tempat isolasi mandiri.
"Ada beberapa indikator rumah pasien tidak layak sebagai tempat isolasi mandiri, yaitu kurangnya ventilasi rumah, kamar tidak cukup, kamar mandi kurang layak, dan tingkat kepadatan penduduk sekitar yang tinggi," kata Indun.
Ia menjelaskan pemanfaatan kedua gedung itu juga untuk menekan bed occupancy ratio (BOR) di sejumlah rumah sakit yang sudah mendekati penuh.
"Total ada 126 tempat tidur yang disediakan. Di BLK ada 66 tempat tidur dan di GNI ada 60 tempat tidur. Jumlah ini bisa ditambah, tergantung situasi ke depan. Tapi saat ini baru BLK saja yang sudah siap ditempati. Untuk GNI masih dalam proses pembenahan fasilitas," kata dia.
Pihaknya juga mengungkapkan fasilitas yang disediakan cukup lengkap mulai tempat tidur, kamar mandi, mushala, mesin cuci, tempat jemur, penyejuk udara, televisi, dispenser, dapur, ambulans hingga pengobatan dari tenaga medis selama proses isolasi pasien dilakukan.
"Semua fasilitas kita sediakan, agar pasien merasa nyaman," kata dia.
Indun juga menambahkan warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 tidak bisa datang langsung ke BLK tanpa didampingi tenaga kesehatan dari puskesmas.
"Warga yang akan melakukan isolasi mandiri di BLK, harus melapor ke puskesmas terlebih dahulu. Nanti puskemas yang akan mengantar ke BLK dengan ambulans. Jika puskemas tidak memiliki ambulans, dapat menggunakan ambulans yang sudah kami sediakan," ujar dia.
Indun juga mengatakan jika ada warga datang langsung ke tempat isolasi mandiri terpusat, akan disediakan tempat transit untuk menunggu tenaga kesehatan dari puskesmas tempat domisilinya datang ke BLK. Namun, yang bisa isolasi adalah warga yang berdomisili di Kota Kediri.
"Untuk warga yang akan ke BLK, disiapkan KTP. Tapi jika warga yang KTP luar kota, tapi domisili di Kota Kediri, bisa menyiapkan surat domisili," kata dia.
Di Kota Kediri, hingga Senin (5/7) terdapat 1.649 orang yang telah terkonfirmasi positif COVID-19. Ada 166 orang yang masih dirawat, 1.322 orang telah sembuh dan 161 orang meninggal dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Ini masih dicek, ada persiapan yang kurang. Kami lengkapi seperti dispenser, mesin cuci, jadi mereka di sana nanti mencuci sendiri. Kami juga siapkan kopi, teh, olahraga pagi," kata Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar di Kediri, Selasa.
Pihaknya juga sudah meminta petugas untuk menambah fasilitas toilet, sebab toilet kebutuhan sangat penting. Terlebih lagi jika harus antre, sedangkan fasilitas terbatas juga tidak membuat nyaman penghuni.
Pemerintah Kota Kediri telah membangun dua tempat isolasi terpusat, yaitu bekas gedung Balai Pelatihan Kerja (BLK) dan GNI Kota Kediri.
Pelaksana Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kediri Indun Munawaroh mengatakan kedua tempat isolasi terpusat ini dibangun berdasarkan arahan Wali Kota Kediri untuk memfasilitasi pasien tanpa gejala yang rumahnya tidak layak sebagai tempat isolasi mandiri.
"Ada beberapa indikator rumah pasien tidak layak sebagai tempat isolasi mandiri, yaitu kurangnya ventilasi rumah, kamar tidak cukup, kamar mandi kurang layak, dan tingkat kepadatan penduduk sekitar yang tinggi," kata Indun.
Ia menjelaskan pemanfaatan kedua gedung itu juga untuk menekan bed occupancy ratio (BOR) di sejumlah rumah sakit yang sudah mendekati penuh.
"Total ada 126 tempat tidur yang disediakan. Di BLK ada 66 tempat tidur dan di GNI ada 60 tempat tidur. Jumlah ini bisa ditambah, tergantung situasi ke depan. Tapi saat ini baru BLK saja yang sudah siap ditempati. Untuk GNI masih dalam proses pembenahan fasilitas," kata dia.
Pihaknya juga mengungkapkan fasilitas yang disediakan cukup lengkap mulai tempat tidur, kamar mandi, mushala, mesin cuci, tempat jemur, penyejuk udara, televisi, dispenser, dapur, ambulans hingga pengobatan dari tenaga medis selama proses isolasi pasien dilakukan.
"Semua fasilitas kita sediakan, agar pasien merasa nyaman," kata dia.
Indun juga menambahkan warga yang terkonfirmasi positif COVID-19 tidak bisa datang langsung ke BLK tanpa didampingi tenaga kesehatan dari puskesmas.
"Warga yang akan melakukan isolasi mandiri di BLK, harus melapor ke puskesmas terlebih dahulu. Nanti puskemas yang akan mengantar ke BLK dengan ambulans. Jika puskemas tidak memiliki ambulans, dapat menggunakan ambulans yang sudah kami sediakan," ujar dia.
Indun juga mengatakan jika ada warga datang langsung ke tempat isolasi mandiri terpusat, akan disediakan tempat transit untuk menunggu tenaga kesehatan dari puskesmas tempat domisilinya datang ke BLK. Namun, yang bisa isolasi adalah warga yang berdomisili di Kota Kediri.
"Untuk warga yang akan ke BLK, disiapkan KTP. Tapi jika warga yang KTP luar kota, tapi domisili di Kota Kediri, bisa menyiapkan surat domisili," kata dia.
Di Kota Kediri, hingga Senin (5/7) terdapat 1.649 orang yang telah terkonfirmasi positif COVID-19. Ada 166 orang yang masih dirawat, 1.322 orang telah sembuh dan 161 orang meninggal dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021