Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kembali membuka tempat isolasi terpusat untuk pasien positif Coronavirus tanpa gejala atau OTG seiring terus meningkatnya kasus aktif di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
Data sebaran COVID-19 di Banyuwangi, hingga hari ini tercatat sebanyak 7.223 kasus, dengan rincian 6.064 orang sembuh, 715 orang meninggal, dan kasus aktif atau dalam perawatan mencapai 444 orang.
"Kami fungsikan kembali Gedung Diklat ASN sebagai pusat isolasi bagi OTG, maupun mereka yang bergejala ringan. Forkopimda juga meminta kecamatan dan desa secara bertahap juga menyediakan. Ini demi mengurangi beban RS bahwa yang tanpa gejala klinis signifikan cukup isolasi terpusat," ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas di Banyuwangi, Sabtu.
Menurut dia, pada pertengahan 2020 Gedung Diklat ASN Banyuwangi telah berfungsi sebagai tempat isolasi terpusat bagi pasien OTG. Tapi, karena kasus COVID-19 berangsur melandai, Gedung Diklat lalu difungsikan sebagai karantina Pekerja Migran Indonesia yang tiba di Banyuwangi.
Katanya, saat ini kasus aktif COVID-19 secara nasional terus meningkat termasuk Banyuwangi. Oleh karena itu, lanjut dia, untuk menekan laju penyebarannya, semua warga terkonfirmasi positif dan OTG serta gejala ringan diisolasi di gedung tersebut.
"kami akan mengimbau dengan sangat agar semua OTG yang bergejala ringan bersedia menjalani isolasi di tempat yang telah kami sediakan," tutur Ipuk.
Dengan isolasi terpusat, bisa diminimalisasi penularan COVID-19, ibarat memisahkan minyak dan air, memisahkan yang terpapar dengan yang sehat.
"Saat ini banyak yang melakukan isolasi mandiri di rumah, namun kami menyadari bahwa kadang disiplin pasien kurang. Atau mungkin juga kondisi rumah yang tidak memungkinkan, namun memaksa isolasi di rumah dan akhirnya menulari yang lain. Untuk itu, kami meminta semua OTG yang bergejala ringan untuk bersedia karantina di Gedung Diklat," ucapnya.
Ipuk mengatakan, di fasilitas isolasi terpusat itu kesehatan juga lebih terpantau dengan baik, karena ada tenaga kesehatan yang memantau.
"Misalnya ada alat pengukur kadar oksigen (oximeter). Kalau isolasi mandiri kan belum tentu setiap warga punya oximeter," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, dr. Widji Lestariono mengatakan Gedung Diklat ASN yang akan dijadikan pusat isolasi bisa menampung 85-100 orang.
Dalam menjalani masa isolasi, para pasien OTG harus dalam keadaan fresh, baik kondisi tubuhnya maupun pikirannya. Oleh sebab itulah, ada sejumlah fasilitas yang disiapkan oleh satgas bagi pasien OTG. Mulai dari kamar yang bersih, fasilitas olahraga, Wi-FI, dan lain sebagainya.
"Gedung Diklat dijaga ketat oleh petugas gabungan dari TNI/Polri, BPBD, dan tenaga kesehatan. Pasien tidak boleh keluar dari lokasi, dan sebaliknya masyarakat dilarang masuk ke dalam," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Data sebaran COVID-19 di Banyuwangi, hingga hari ini tercatat sebanyak 7.223 kasus, dengan rincian 6.064 orang sembuh, 715 orang meninggal, dan kasus aktif atau dalam perawatan mencapai 444 orang.
"Kami fungsikan kembali Gedung Diklat ASN sebagai pusat isolasi bagi OTG, maupun mereka yang bergejala ringan. Forkopimda juga meminta kecamatan dan desa secara bertahap juga menyediakan. Ini demi mengurangi beban RS bahwa yang tanpa gejala klinis signifikan cukup isolasi terpusat," ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas di Banyuwangi, Sabtu.
Menurut dia, pada pertengahan 2020 Gedung Diklat ASN Banyuwangi telah berfungsi sebagai tempat isolasi terpusat bagi pasien OTG. Tapi, karena kasus COVID-19 berangsur melandai, Gedung Diklat lalu difungsikan sebagai karantina Pekerja Migran Indonesia yang tiba di Banyuwangi.
Katanya, saat ini kasus aktif COVID-19 secara nasional terus meningkat termasuk Banyuwangi. Oleh karena itu, lanjut dia, untuk menekan laju penyebarannya, semua warga terkonfirmasi positif dan OTG serta gejala ringan diisolasi di gedung tersebut.
"kami akan mengimbau dengan sangat agar semua OTG yang bergejala ringan bersedia menjalani isolasi di tempat yang telah kami sediakan," tutur Ipuk.
Dengan isolasi terpusat, bisa diminimalisasi penularan COVID-19, ibarat memisahkan minyak dan air, memisahkan yang terpapar dengan yang sehat.
"Saat ini banyak yang melakukan isolasi mandiri di rumah, namun kami menyadari bahwa kadang disiplin pasien kurang. Atau mungkin juga kondisi rumah yang tidak memungkinkan, namun memaksa isolasi di rumah dan akhirnya menulari yang lain. Untuk itu, kami meminta semua OTG yang bergejala ringan untuk bersedia karantina di Gedung Diklat," ucapnya.
Ipuk mengatakan, di fasilitas isolasi terpusat itu kesehatan juga lebih terpantau dengan baik, karena ada tenaga kesehatan yang memantau.
"Misalnya ada alat pengukur kadar oksigen (oximeter). Kalau isolasi mandiri kan belum tentu setiap warga punya oximeter," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, dr. Widji Lestariono mengatakan Gedung Diklat ASN yang akan dijadikan pusat isolasi bisa menampung 85-100 orang.
Dalam menjalani masa isolasi, para pasien OTG harus dalam keadaan fresh, baik kondisi tubuhnya maupun pikirannya. Oleh sebab itulah, ada sejumlah fasilitas yang disiapkan oleh satgas bagi pasien OTG. Mulai dari kamar yang bersih, fasilitas olahraga, Wi-FI, dan lain sebagainya.
"Gedung Diklat dijaga ketat oleh petugas gabungan dari TNI/Polri, BPBD, dan tenaga kesehatan. Pasien tidak boleh keluar dari lokasi, dan sebaliknya masyarakat dilarang masuk ke dalam," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021