Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya mengkaji ulang pembelajaran tatap muka (PTM) yang direncanakan digelar bulan Juli 2021 menyusul naiknya kasus COVID-19.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Prof. Dr. dr. Budi Santoso, SpOG (K) di Surabaya, Rabu mengatakan naiknya kasus COVID-19 di sejumlah daerah berdampak pada pendidikan dengan pola tatap muka atau di luar jaringan (luring) yang direncanakan digelar pada bulan Juli 2021.
"Kami masih mengkaji pelaksanaan pendidikan luring, khususnya untuk dokter muda yang sudah akan dikembalikan seperti sebelum masa pandemi. Tentu itu tidak memungkinkan," kata Prof. Budi.
Kendati demikian, Prof. Budi menyatakan pihaknya sedang mencari formula terbaik agar proses pendidikan berjalan dan lulusan FK Unair berkompeten dengan tetap mengedepankan keselamatan anak didik.
Selama ini, lanjut Prof. Budi, pendidikan luring di dokter muda (DM) sudah terjadi sejak 9 November 2020. Saat itu DM jadikan satu yakni DM 1 yang mempelajari medik kumpul dengan DM 1. Kemudian, sejak saat itu para dokter muda dibagi per kelompok atau klaster untuk belajar.
FK Unair juga merencanakan pada bulan Juli DM 2 juga mulai kembali pada seperti sebelum pandemi. DM 1 pun masuk ke departemen-departeman dengan jumlah waktu yang dibagi minggu-mingguan.
"Tapi dengan kondisi seperti sekarang kok nampaknya tidak memungkinkan. Namun masih akan kami kaji lebih lanjut, karena kondisinya masih sangat memprihatinkan," katanya.
Mengenai program pendidikan dokter spesialis (PPDS), Prof. Budi menjelaskan skemanya adalah 30 persen yang bekerja, sisanya melakukan WFH. Begitu seterusnya secara bergilir.
Namun juga ada departemen lainnya yang satu bulan bekerja, satu bulan belajar di rumah.
"Karena tidak mungkin PPDS yang jumlahnya 1.700an itu datang semua ke RSUD Dr Soetomo. Kita berharap kasus segera melandai sehingga dapat menggelar pendidikan luring," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Prof. Dr. dr. Budi Santoso, SpOG (K) di Surabaya, Rabu mengatakan naiknya kasus COVID-19 di sejumlah daerah berdampak pada pendidikan dengan pola tatap muka atau di luar jaringan (luring) yang direncanakan digelar pada bulan Juli 2021.
"Kami masih mengkaji pelaksanaan pendidikan luring, khususnya untuk dokter muda yang sudah akan dikembalikan seperti sebelum masa pandemi. Tentu itu tidak memungkinkan," kata Prof. Budi.
Kendati demikian, Prof. Budi menyatakan pihaknya sedang mencari formula terbaik agar proses pendidikan berjalan dan lulusan FK Unair berkompeten dengan tetap mengedepankan keselamatan anak didik.
Selama ini, lanjut Prof. Budi, pendidikan luring di dokter muda (DM) sudah terjadi sejak 9 November 2020. Saat itu DM jadikan satu yakni DM 1 yang mempelajari medik kumpul dengan DM 1. Kemudian, sejak saat itu para dokter muda dibagi per kelompok atau klaster untuk belajar.
FK Unair juga merencanakan pada bulan Juli DM 2 juga mulai kembali pada seperti sebelum pandemi. DM 1 pun masuk ke departemen-departeman dengan jumlah waktu yang dibagi minggu-mingguan.
"Tapi dengan kondisi seperti sekarang kok nampaknya tidak memungkinkan. Namun masih akan kami kaji lebih lanjut, karena kondisinya masih sangat memprihatinkan," katanya.
Mengenai program pendidikan dokter spesialis (PPDS), Prof. Budi menjelaskan skemanya adalah 30 persen yang bekerja, sisanya melakukan WFH. Begitu seterusnya secara bergilir.
Namun juga ada departemen lainnya yang satu bulan bekerja, satu bulan belajar di rumah.
"Karena tidak mungkin PPDS yang jumlahnya 1.700an itu datang semua ke RSUD Dr Soetomo. Kita berharap kasus segera melandai sehingga dapat menggelar pendidikan luring," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021