Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I-2021 mencatat surplus yakni sebesar 4,1 miliar dolar AS setelah mengalami defisit sebesar 0,2 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya, sehingga mampu menopang ketahanan eksternal.
“Surplus tersebut berasal dari surplus transaksi modal dan finansial yang melampaui defisit transaksi berjalan yang rendah,” kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Dengan perkembangan tersebut maka posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2021 mencapai 137,1 miliar dolar AS atau meningkat dari 135,9 miliar dolar AS pada akhir Desember 2020.
Posisi cadangan devisa itu setara dengan pembiayaan 9,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional.
Di sisi lain, transaksi berjalan pada triwulan I-2021 mencatat defisit rendah di tengah kinerja neraca barang yang tetap surplus.
Transaksi berjalan pada periode laporan mencatat defisit sebesar 1 miliar dolar AS atau 0,4 persen dari PDB setelah pada triwulan sebelumnya mencatat surplus 0,9 miliar dolar AS atau 0,3 persen dari PDB.
Perkembangan ini didukung oleh capaian surplus neraca barang akibat perbaikan kinerja ekspor seiring peningkatan permintaan dari negara mitra dagang dan kenaikan harga komoditas dunia.
Sejalan dengan kinerja ekspor yang positif dan permintaan domestik yang melanjutkan perbaikan maka kinerja impor juga meningkat cukup tinggi sehingga menahan surplus neraca barang lebih lanjut.
Sementara itu defisit neraca jasa meningkat yang antara lain disebabkan oleh defisit jasa transportasi yang melebar akibat peningkatan pembayaran jasa freight seiring kenaikan impor barang.
Kemudian untuk defisit neraca pendapatan primer tercatat lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sejalan dengan penurunan pembayaran kupon dan dividen investasi portofolio.
Selanjutnya transaksi modal dan finansial pada triwulan I-2021 mencatat surplus sebesar 5,6 miliar dolar AS atau 2 persen dari PDB setelah pada triwulan sebelumnya mencatat defisit sebesar 1 miliar dolar AS atau 0,4 persen dari PDB.
Transaksi modal dan finansial pada triwulan I-2021 yang mencatat surplus tersebut ditopang oleh investasi portofolio yang semakin meningkat seiring persepsi positif investor terhadap prospek perbaikan ekonomi domestik.
Investasi portofolio mencatat net inflows sebesar 4,9 miliar dolar AS atau lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 2 miliar dolar AS. Hal itu didorong oleh penerbitan global bonds dan peningkatan aliran masuk modal asing di pasar saham.
Investasi langsung juga mencatat surplus sebesar 4,1 miliar dolar AS yang mampu melanjutkan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 4,2 miliar dolar AS terutama dalam bentuk modal ekuitas.
Untuk transaksi investasi lainnya mencatat defisit yang lebih rendah antara lain disebabkan oleh penurunan penempatan simpanan di luar negeri.
Erwin memastikan Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat mempengaruhi prospek NPI dan memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian.
Tak hanya itu, pihaknya juga akan melanjutkan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
“Surplus tersebut berasal dari surplus transaksi modal dan finansial yang melampaui defisit transaksi berjalan yang rendah,” kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Dengan perkembangan tersebut maka posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2021 mencapai 137,1 miliar dolar AS atau meningkat dari 135,9 miliar dolar AS pada akhir Desember 2020.
Posisi cadangan devisa itu setara dengan pembiayaan 9,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional.
Di sisi lain, transaksi berjalan pada triwulan I-2021 mencatat defisit rendah di tengah kinerja neraca barang yang tetap surplus.
Transaksi berjalan pada periode laporan mencatat defisit sebesar 1 miliar dolar AS atau 0,4 persen dari PDB setelah pada triwulan sebelumnya mencatat surplus 0,9 miliar dolar AS atau 0,3 persen dari PDB.
Perkembangan ini didukung oleh capaian surplus neraca barang akibat perbaikan kinerja ekspor seiring peningkatan permintaan dari negara mitra dagang dan kenaikan harga komoditas dunia.
Sejalan dengan kinerja ekspor yang positif dan permintaan domestik yang melanjutkan perbaikan maka kinerja impor juga meningkat cukup tinggi sehingga menahan surplus neraca barang lebih lanjut.
Sementara itu defisit neraca jasa meningkat yang antara lain disebabkan oleh defisit jasa transportasi yang melebar akibat peningkatan pembayaran jasa freight seiring kenaikan impor barang.
Kemudian untuk defisit neraca pendapatan primer tercatat lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sejalan dengan penurunan pembayaran kupon dan dividen investasi portofolio.
Selanjutnya transaksi modal dan finansial pada triwulan I-2021 mencatat surplus sebesar 5,6 miliar dolar AS atau 2 persen dari PDB setelah pada triwulan sebelumnya mencatat defisit sebesar 1 miliar dolar AS atau 0,4 persen dari PDB.
Transaksi modal dan finansial pada triwulan I-2021 yang mencatat surplus tersebut ditopang oleh investasi portofolio yang semakin meningkat seiring persepsi positif investor terhadap prospek perbaikan ekonomi domestik.
Investasi portofolio mencatat net inflows sebesar 4,9 miliar dolar AS atau lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 2 miliar dolar AS. Hal itu didorong oleh penerbitan global bonds dan peningkatan aliran masuk modal asing di pasar saham.
Investasi langsung juga mencatat surplus sebesar 4,1 miliar dolar AS yang mampu melanjutkan capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar 4,2 miliar dolar AS terutama dalam bentuk modal ekuitas.
Untuk transaksi investasi lainnya mencatat defisit yang lebih rendah antara lain disebabkan oleh penurunan penempatan simpanan di luar negeri.
Erwin memastikan Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat mempengaruhi prospek NPI dan memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian.
Tak hanya itu, pihaknya juga akan melanjutkan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021