Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa timur mencatat pertumbuhan ekonomi setempat pada triwulan I tahun 2021 masih minus atau terkontraksi 0,44 persen, jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2020 (YoY) dan terdalam terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 13,30 persen.

Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan di Surabaya, Rabu, mengatakan setelah lapangan usaha transportasi, kontraksi diikuti jasa lainnya sebesar 8,97 persen dan jasa perusahaan 8,06 persen.

Saat menggelar konferensi pers secara virtual, Dadang menjelaskan dari sisi pengeluaran, kontraksi terdalam terjadi pada komponen ekspor luar negeri sebesar 9,94 persen, diikuti pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 1,92 persen, dan PMTB sebesar 2,68 persen.

Secara quarter-to-quarter atau jika dibandingkan triwulan VI tahun 2020, perekonomian Jatim triwulan I/2021 tumbuh 0,11 persen.

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 12,23 persen.

"Kemudian diikuti perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor sebesar 2,04 persen, serta pengadaan air, pengelolaan sampah dan daur ulang sebesar 0,93 persen," kata Dadang.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen impor luar negeri sebesar 10,72 persen, dan masih mengalami kontraksi.

Sepanjang 2020, ekonomi Jatim terkontraksi sebesar 2,39 yang merupakan dampak wabah COVID-19, bahkan lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang sepanjang 2020 mengalami kontraksi 2,07 persen.
 

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021