Rumah duka Serda Ede Pandu Yudha Kusuma di Perumahan Flamboyan, Kecamatan Soboh, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu malam, mulai menggelar doa bersama dan tahlil yang diikuti warga setempat.

Doa bersama dan tahlil digelar setelah Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan kapal selam KRI Nanggala-402 tenggelam di perairan laut utara Bali, dan sebanyak 53 awak kapal dinyatakan telah gugur, saat konferensi pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu petang.

Rumah orang tua Serda Pandu juga tampak silih berganti didatangi sanak keluarga dan warga setempat, untuk mengucapkan belasungkawa.

Pandu (sapaannya), merupakan putra pertama dua bersaudara dari pasangan suami istri Wahyudi dan Sri Endah Lestari. Serda Pandu juga belum genap dua bulan menikah dengan Mega Dian Pratiwi (23).

"Sejauh ini tidak ada firasat apapun, mimpi apapun juga tidak. Bahkan, pada Minggu (18/4) saya masih sempat video call. Selama ini Pandu ketika hendak layar (tugas di kapal selam) selalu pamit dan izin menelpon kepada ibunya," kata Wahyudi, ayah Serda Pandu.
 
Warga dan sanak keluarga melayat ke rumah orang tua Serda Ede Pandu Yudha Kusuma di Perumahan Flamboyan, Kecamatan Soboh, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (25/4) malam (ANTARA/Novi H)

Serda Pandu gugur dalam tugas bersama 52 prajurit lainnya (kru KRI Nanggala-402), saat melaksanakan pelatihan militer di perairan laut bagian utara Bali.

Semula, pada Rabu (21/4) menjelang subuh, KRI Nanggala-402 dikabarkan hilang kontak, sesaat setelah kapal selam buatan Jerman, itu, meminta izin menyelam dan melakukan penembakan torpedo.

Pada hari ini, Minggu (25/4) atau hari kelima tenggelamnya KRI Nanggala-402, setelah dilaksanakan operasi SAR di sekitar titik lokasi tenggelamnya kapal selam milik TNI AL itu, ditemukan pecah dan terbelah menjadi tiga bagian. Sehingga, KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam dan 53 awak kapal dinyatakan gugur. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021