Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono memperkirakan kemampuan oksigen di kapal selam KRI Nanggala-402 apabila berada dalam kondisi blackout mampu bertahan 72 jam atau sekitar tiga hari.
"Jadi, kalau kemarin saat hilang kontak pukul 03.00 Wita, sampai Sabtu pukul 03.00 Wita. Mudah-mudahan ini segera ditemukan sehingga cadangan oksigen masih ada," kata Laksamana TNI Yudo Margono saat konferensi pers di Base Ops Lanud Ngurah Rai, Bali, Kamis.
Yudo Margono mengatakan bahwa kapal selam KRI Nanggala ini dalam keadaan siap, baik personel maupun material.
Kasal menegaskan bahwa personel lengkap serta material sudah ada dan sudah mendapat surat kelaikan.
Kapal selam KRI Nanggala dibuat tahun 1977 dan diterima TNI Angkatan Laut pada delivery tahun 1981 buatan HDW Jerman.
Kasal menegaskan bahwa personel lengkap serta material sudah ada dan sudah mendapat surat kelaikan.
Kapal selam KRI Nanggala dibuat tahun 1977 dan diterima TNI Angkatan Laut pada delivery tahun 1981 buatan HDW Jerman.
Riwayat kapal ini, lanjut Yudo Margono, sudah menembak torpedo latihan sebanyak 15 kali dan menembak torpedo perang dua kali dengan sasaran kapal eks-KRI, keduanya tenggelam.
"Jadi, KRI Nanggala ini dalam kondisi siap tempur sehingga kami libatkan untuk latihan penembakan torpedo latihan maupun perang," katanya menjelaskan.
"Jadi, KRI Nanggala ini dalam kondisi siap tempur sehingga kami libatkan untuk latihan penembakan torpedo latihan maupun perang," katanya menjelaskan.
Menyinggung soal sertifikat kelaikan, menurut Kasal, masih berlaku hingga tanggal 25 Maret 2022. Untuk itu, kapal selam KRI Nanggala masih layak untuk melaksanakan kegiatan operasi.
Selanjutnya, untuk posko akan disiapkan di Lanal Banyuwangi yang akan diisi oleh personel-personel karena unsur-unsur TNI AL ada di laut Bali dan Banyuwangi, yakni di Lanal Banyuwangi dan Lanal Denpasar.
Mengenai indikasi pergerakan bawah laut yang ditemukan pada Rabu (21/4), menurut Laksamana Yudo, adalah rumpon bawah laut. Keberadaan rumpon bawah laut ini kemagnetannya sangat lemah.
"Saat ke sana, ada dari magnetometer KRI Rimau itu ditemukan kemagnetan yang tinggi di dalam suatu titik yang kedalamannya kurang lebih 50—100 m melayang. Mudah-mudahan nanti sore kami bisa aksi menggunakan mutlybeam echosounder yang sekarang kami pasang di KRI Rimau Portable," katanya.
Ia juga berharap pada hari Kamis KRI Rigel juga bisa datang bersamaan dengan aksi menggunakan mutlybeam echosounder yang sekarang terpasang di KRI Rimau Portable.
"Nah, ini nanti bisa diaksi lebih perinci lagi sehingga kelihatan di situ ditemukan kemagnetannya tinggi. Harapannya kemagnetan tersebut adalah KRI Nanggala," katanya.
Sebelumnya, pada hari Rabu (21/4) pukul 03.45 Wita, kapal selam KRI Nanggala melaksanakan penyelaman, kemudian pukul 04.00 Wita melaksanakan penggenangan peluncur torpedo nomor 8 dan bukan rudal.
Komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala pada pukul 04.25 saat komandan gugus tugas latihan akan memberikan otorisasi penembakan torpedo.
Saat ini sudah ada lima KRI dan satu helikopter yang melakukan operasi pencarian dengan kekuatan yang lebih dari 400 orang. Selain itu, juga KRI Rigel (933) saat ini juga sedang bergerak yang dahulu pernah dilibatkan pada pencarian Sriwijaya Air.
Sebelumnya, pada hari Rabu (21/4) pukul 03.45 Wita, kapal selam KRI Nanggala melaksanakan penyelaman, kemudian pukul 04.00 Wita melaksanakan penggenangan peluncur torpedo nomor 8 dan bukan rudal.
Komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala pada pukul 04.25 saat komandan gugus tugas latihan akan memberikan otorisasi penembakan torpedo.
Saat ini sudah ada lima KRI dan satu helikopter yang melakukan operasi pencarian dengan kekuatan yang lebih dari 400 orang. Selain itu, juga KRI Rigel (933) saat ini juga sedang bergerak yang dahulu pernah dilibatkan pada pencarian Sriwijaya Air.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021