Teknologi pemeliharaan jembatan berbasis pengelolaan citra yang diberi nama Smart Cam Bridge karya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Alifia Oriana Prabaswara menyabet juara II ajang Internasional Science Technology and Engineering Competition (ISTEC) 2021.
Alifia yang dihubungi di Malang, Kamis, mengaku prihatin dengan pengelolaan jembatan di Indonesia saat ini. "Berangkat dari kondisi ini saya terus mencoba dan berupaya menemukan teknologi yang memudahkan dalam pemeliharaan jembatan," katanya.
Teknologi yang dibuat Alifia Oriana Prabaswara dalam rangka mengikuti perlombaan Internasional ISTEC 2021 yang diadakan secara daring dan diikuti oleh peserta dari 20 negara.
Lebih lanjut, Alifia mengatakan jembatan merupakan jalur yang krusial karena menghubungkan daerah satu dengan yang lain. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak jembatan, namun pemeliharaannya kurang maksimal.
Oleh karenanya, Alifia berupaya memudahkan kinerja dalam pemeliharaan jembatan, sehingga ia membuat "smart cam bridge" tersebut.
"Teknologi pemeliharaan jembatan melalui pengelolaan citra masih belum ada. Di luar negeri, teknologi pengelolaan citra baru digunakan pada bidang medis, seperti pendeteksi kanker kulit. Padahal, teknologi ini dapat digunakan secara cepat dan tepat pada bidang lain,” ujar mahasiswa asal Malang tersebut.
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil ini menjelaskan bagaimana cara penggunaan teknologi ini. Pertama, pengguna harus memotret jembatan yang akan diulas. Selanjutnya, foto dimasukkan ke Matrix Laboratory (MATLAB) untuk diolah secara menyeluruh. Usai diolah, nantinya hasil akan segera didapat.
“Untuk saat ini, Smart Cam Bridge hanya bisa digunakan pada jembatan baja saja. Kemarin saya melakukan uji coba dengan batang besi yang diberi beban. Informasi yang dihasilkan cukup membantu untuk mengetahui kondisi besi tersebut,” tuturnya.
Alifia berharap nantinya bisa bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum untuk melakukan upaya preventif dalam pencegahan rusaknya jembatan. Apalagi, banyak jembatan yang tiba-tiba roboh dan mengganggu kegiatan warga sekitar.
“Saya ingin alat ini terus dikembangkan dan diuji coba pada jembatan baja sungguhan. Saya juga berharap alat ini dapat digunakan untuk model jembatan yang lain, namun dengan metode yang sama,” pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Alifia yang dihubungi di Malang, Kamis, mengaku prihatin dengan pengelolaan jembatan di Indonesia saat ini. "Berangkat dari kondisi ini saya terus mencoba dan berupaya menemukan teknologi yang memudahkan dalam pemeliharaan jembatan," katanya.
Teknologi yang dibuat Alifia Oriana Prabaswara dalam rangka mengikuti perlombaan Internasional ISTEC 2021 yang diadakan secara daring dan diikuti oleh peserta dari 20 negara.
Lebih lanjut, Alifia mengatakan jembatan merupakan jalur yang krusial karena menghubungkan daerah satu dengan yang lain. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak jembatan, namun pemeliharaannya kurang maksimal.
Oleh karenanya, Alifia berupaya memudahkan kinerja dalam pemeliharaan jembatan, sehingga ia membuat "smart cam bridge" tersebut.
"Teknologi pemeliharaan jembatan melalui pengelolaan citra masih belum ada. Di luar negeri, teknologi pengelolaan citra baru digunakan pada bidang medis, seperti pendeteksi kanker kulit. Padahal, teknologi ini dapat digunakan secara cepat dan tepat pada bidang lain,” ujar mahasiswa asal Malang tersebut.
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil ini menjelaskan bagaimana cara penggunaan teknologi ini. Pertama, pengguna harus memotret jembatan yang akan diulas. Selanjutnya, foto dimasukkan ke Matrix Laboratory (MATLAB) untuk diolah secara menyeluruh. Usai diolah, nantinya hasil akan segera didapat.
“Untuk saat ini, Smart Cam Bridge hanya bisa digunakan pada jembatan baja saja. Kemarin saya melakukan uji coba dengan batang besi yang diberi beban. Informasi yang dihasilkan cukup membantu untuk mengetahui kondisi besi tersebut,” tuturnya.
Alifia berharap nantinya bisa bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum untuk melakukan upaya preventif dalam pencegahan rusaknya jembatan. Apalagi, banyak jembatan yang tiba-tiba roboh dan mengganggu kegiatan warga sekitar.
“Saya ingin alat ini terus dikembangkan dan diuji coba pada jembatan baja sungguhan. Saya juga berharap alat ini dapat digunakan untuk model jembatan yang lain, namun dengan metode yang sama,” pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021