Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) untuk segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) kembali mengalami penyesuaian, namun demikian hal itu tidak mempengaruhi Halimatus Sa’diyah, yakni perempuan yang tinggal di Cerme Lor, Kabupaten Gresik.

Menurutnya, berapapun kenaikannya, tetap tidak akan sebanding dengan manfaat JKN-KIS yang telah dia rasakan bertahun-tahun.

"Saya bersedia mengikuti ketentuan yang ditetapkan, karena saya yakin itu juga sudah dipertimbangkan secara matang oleh para ahli. Dan saya yakin hal tersebut juga tidak akan mengurangi manfaat yang peserta bisa dapatkan,” ujar salah satu peserta JKN-KIS segmen PBPU, Halimatus.

Ia mengaku merasa beruntung, sebab setiap ia dan keluarganya membutuhkan pengobatan semua dibantu oleh JKN-KIS.

"Suami saya pernah mengalami kencing batu. Saat itu suami saya demam tinggi, dan muntah-muntah. Akhirnya saya langsung bawa ke UGD. Alhamdulillah langsung dapat penanganan yang baik selama perawatan disana sampai benar-benar sembuh. Seluruh obat-obatannya juga saya tidak bayar,” tuturnya.

Manfaat JKN-KIS bukan hanya dirasakan oleh suami Halimah, melainkan juga dirasakan oleh dirinya sendiri dan juga 3 buah hatinya.

Ia mengaku menyesal karena tidak mendaftarkan diri sebagai peserta JKN-KIS sejak awal.

"Saya sendiri pernah memanfaatkan JKN-KIS untuk melahirkan anak saya yang ketiga. Dan sangat terasa bedanya, saat melahirkan anak pertama dan kedua saya belum jadi peserta sehingga saya harus mengeluarkan biaya sekitar 2 jutaan mungkin lebih. Dan sekarang sekeluarga sudah terdaftar, jadi saya merasa tenang ketika anak-anak saya sedang diuji sakit. Tanpa pikir panjang langsung saya bawa ke fasilitas kesehatan dengan hanya bermodal JKN-KIS,” urai Halimah.

Perempuan berusia 47 tahun ini menceritakan bahwa dengan iuran biaya per bulan yang harus ia bayarkan, ia anggap sebagai infak. Hal ini juga sesuai dengan prinsip gotog-royong yang dianut oleh program yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

“Iuran yang saya bayarkan tidak sampai Rp200 ribu. Memang terasa berat bagi saya yang penghasilannya tidak banyak. Tapi saya anggap ini infak, lebih baik saya bayar iuran BPJS tapi keluarga tentram. Jadi jika keluarga kami tidak sedang sakit berarti kami dapat membantu keluarga lain yang sedang sakit. Program ini juga seperti tabungan untuk kesehatan kami sekeluarga di sepanjang hidup kami,” ucapnya.

Halimah berharap agar seterusnya ia dan keluarga selalu diberi kesehatan, tidak terkecuali juga seluruh orang yang berperan dibalik suksesnya program JKN-KIS. Hal ini diungkapkan agar masyarakat Indonesia terus memiliki jaminan kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan merata.

Sebelumnya, peserta JKN-KIS Kelas III membayar iuran sebesar Rp25.500, dan untuk saat ini dari iuran seharusnya sebesar Rp42.000 peserta kelas III mendapatkan subsidi dari Pemerintah sebesar Rp7.000 sehingga peserta membayar sebesar Rp35.000. (*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021