Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Selasa sore, menangkap pasangan suami istri terduga teroris yang diidentifikasi tinggal dan bermukim di Dusun Ngipik, Desa Tenggur, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Informasi dari sumber kepolisian maupun keluarganya di Desa Tenggur, pasutri terduga teroris berinisial NM (suami/44) dan MB (35) ditangkap tim Densus 88 saat keduanya tengah jalan-jalan keluar rumah bersama salah satu anaknya yang masih balita, dengan mengendarai sepeda motor sekitar pukul 14.00 WIB.

Aparat Densus 88 lalu membawa pasutri terduga teroris itu kembali ke rumah tinggal NM dan MB di Dusun Ngipik menggunakan mobil. Petugas melakukan penggeledahan dan mendapati dua pucuk senjata api pistol, berikut delapan butir peluru aktif, satu selongsong, sebilah pisau komando, serta paspor.

"Tadi yang kami tahu (saksikan) ada pistol dua (pucuk), peluru aktif delapan butir, selongsong peluru satu butir, dan sebuah senjata tajam serta paspor," kata Kepala Dusun Ngipik Purwanto.

Baca juga: Densus 88 tangkap terduga teroris di Tulungagung

Pasutri terduga teroris NM dan MB rupanya sudah sejak lama diintai tim Densus 88 Antiteror. Hal ini sebagaimana diinformasikan Purwanto yang menyebut dirinya sempat bertemu dan ditanyai orang asing (pria yang belum dikenalnya) dan mengaku dari Densus 88 sekitar sebulan lalu.

"Waktu itu, dia menanyakan aktivitas dan keseharian NM," ungkapnya.

Baca juga: Polisi terima pesan teror pascapenangkapan 22 tersangka teroris di Jatim

Sejak itu belum ada aktivitas yang mencurigakan. Pasutri terduga teroris NM dan MB beraktivitas seperti biasa. Warga juga tidak menaruh curiga, meski NM jarang bergaul dengan tetangga sekitarnya.

Sampai akhirnya terjadi peristiwa penangkapan pada Selasa (30/3) sore yang langsung membuat warga sekitar gempar. Terlebih, aparat yang menangkap belakangan diketahui dari Densus 88 Antiteror.

Abu Umar, mertua NM mengaku terkejut dengan kejadian penangkapan tersebut. Dia tidak yakin menantunya terlibat aktivitas terorisme.

Baca juga: Polri selidiki kaitan teroris di Jatim dan Poso

Ia menyebut NM adalah sosok menantu yang pendiam tapi rajin bekerja. Dia bertanggung jawab terhadap kebutuhan ekonomi keluarganya, anak dan istri-nya," tutur Abu Umar kepada awak media.

"Tak hanya kaget, kalau lumrahnya saya mati sekalian," cetus Abu dengan mata berkaca-kaca.

Dikatakan, selama ini NM jarang berada di rumah. Sehari-hari NM yang asli Kemloko, Kabupaten Blitar itu bolak-balik Tulungagung-Blitar.

Di kampungnya di dukuh Kuwut, Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Blitar, NM memiliki tanah yang harus diurus, serta ibu yang sudah tua dan sakit-sakitan.

"Menantu saya ini punya usaha. Punya satu unit truk yang dioperasikan oleh temannya di Blitar," tutur-nya.

NM menikah dengan MB pada 2005 lalu. Kemudian pada Tahun 2006, MB melahirkan anak pertama hasil perkawinan-nya dengan NM.

Sejak itu NM sempat merantau menjadi TKI ke Korea Selatan. Di Negeri Ginseng, NM bekerja selama delapan tahun. Pada 2019, istrinya melahirkan anak kedua.

Abu masih belum yakin NM, menantunya, sudah terpapar paham terorisme.

Belum ada konfirmasi resmi dari kepolisian terkait penangkapan pasutri terduga terorisme ini. NM dan MB informasi-nya sempat dibawa ke Mapolres Tulungagung untuk diinterogasi. Anak pasutri terduga teroris ini yang masih turut dibawa karena kondisi masih balita.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021