Komda KIPI Kabupaten Tulungagung mencatat angka kejadian ikutan setelah vaksinasi COVID-19 tahap kedua di daerah itu menurun, yakni jika sebelumnya sekitar 2 persen, kini menjadi hanya di kisaran 0,7 persen dari total rata-rata per tahap sekitar 5 ribuan orang yang tervaksin.

"Ini menunjukkan masyarakat semakin siap menjalani vaksinasi," kata Ketua Komda KIPI Kabupaten Tulungagung dr. Zuhrotul Aini, Sp.A di Tulungagung, Jumat.

Kasus yang sempat muncul dan teridentifikasi tim KIPI pun tidak ada yang tergolong berat. Sama seperti KIPI yang muncul di beberapa peserta vaksinasi tahap satu, semua gejala yang muncul termasuk dalam kategori ringan, seperti mual, pusing disertai demam.

KIPI ini terjadi karena beberapa faktor, di antaranya faktor psikis. Kekhawatiran berlebih terkait efek yang muncul pascavaksinasi.

"Dulu yang pertama itu mungkin sebagia masih ada rasa was-was. Sekarang kalau dilihat angkanya turun ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah paham akan vaksinasi. Secara psikis ini menunjukkan mereka juga sudah siap," terang dr. Aini.

Selain KIPI ringan sebesar 0,7 persen itu, ada tiga kejadian kasus infeksi pada orang yang barusan mengikuti vaksinasi tahap dua dosis pertama di Tulungagung.

Namun, Aini menyatakan kasus infeksi itu bukanlah disebabkan suntikan vaksin. Aini menjelaskan, masa inkubasi virus corona ini antara 5-7 hari sebelum menunjukkan gejala. Jeda waktu inilah yang mungkin dialami ketiganya sehingga lolos skrining dan bisa mengikuti vaksinasi dosis pertama.

Dijelaskan, suntikan vaksin pertama belum membentuk antibodi protektif pada tubuh penerima vaksin. Kekebalan tubuh dari dalam yang bersifat melindungi dari paparan virus corona yang masuk baru terbentuk sekitar dua pekan setelah suntikan dosis kedua.

Antibodi protektif baru muncul pada dua minggu setelah vaksinasi dosis kedua.

Meski demikian, secara teori mereka yang sudah mendapatkan vaksin lengkap tetap bisa tertular virus corona.

“Meski sudah ada antibodi protektif, virus masih bisa masuk tapi tidak menimbulkan gejala. Kalau pun bergejala, akan sangat ringan tidak sampai membahayakan,” sambung Aini.

Bahkan antibodi protektif ini bisa mematikan virus Corona yang masuk ke tubuh. 
 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021