Pemerintah Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, berupaya menjaga kestabilan harga gabah kering panen raya agar tidak merosot saat masa panen tiba sehingga tidak merugikan petani.
Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko mengatakan saat masa panen harga gabah, baik gabah kering panen (GKP) maupun gabah kering giling (GKG) di tingkat petani selalu turun. Bahkan terkadang hingga di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan.
"Direncanakan lima hari hingga sepekan lagi, Kabupaten Ngawi memasuki masa panen raya. Biasanya saat panen, harga gabah turun karena banyak pasokan. Belum lagi jika kondisi gabahnya buruk karena dampak curah hujan tinggi," ujar Wabup Antok, sapaan akrab Dwi Rianto Jatmiko saat berkunjung di Kelompok Tani Ngudi Barokah Desa Babadan, Kecamatan Pangkur, Ngawi, Sabtu.
Berdasarkan laporan para petani, harga gabah kering panen saat ini mencapai Rp3.400 per kilogram, turun dari sebelumnya yang mencapai Rp4.100 per kilogram.
Harga tersebut juga lebih rendah dari HPP tahun 2020 di tingkat petani yang ditetapkan sebesar Rp4.200 per kilogram. Sedangkan harga gabah kering giling di tingkat penggilingan ditetapkan sebesar Rp5.205 per kilogram dan di gudang Bulog Rp5.300 per kilogram.
Kondisi tersebut membuat petani merugi karena dinilai tidak sebanding dengan biaya operasional tanam.
Guna membantu petani menaikkan dan menjaga kestabilan harga jual, Pemkab Ngawi berencana membangun beberapa infrastruktur pertanian seperti gudang, bantuan mesin pengering hingga lantai penjemuran.
"Hal itu agar harga GKP tidak anjlok saat musim hujan dan bagus saat musim kemarau," katanya.
Selain itu, dalam skala besar pemkab berencana untuk menggandeng investor dalam bidang industri pertanian untuk membeli sekaligus pengelola hasil padi setelah panen.
Wabup menambahkan dengan mendatangkan investor di bidang industri pangan itu tentunya akan bermanfaat bagi Ngawi yang merupakan lumbung padi nasional nomor 6 dan nomor 2 se-Jatim. Sehingga, harapannya dalam panen ke depan, petani bisa memiliki nilai jual gabah yang baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko mengatakan saat masa panen harga gabah, baik gabah kering panen (GKP) maupun gabah kering giling (GKG) di tingkat petani selalu turun. Bahkan terkadang hingga di bawah harga pembelian pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan.
"Direncanakan lima hari hingga sepekan lagi, Kabupaten Ngawi memasuki masa panen raya. Biasanya saat panen, harga gabah turun karena banyak pasokan. Belum lagi jika kondisi gabahnya buruk karena dampak curah hujan tinggi," ujar Wabup Antok, sapaan akrab Dwi Rianto Jatmiko saat berkunjung di Kelompok Tani Ngudi Barokah Desa Babadan, Kecamatan Pangkur, Ngawi, Sabtu.
Berdasarkan laporan para petani, harga gabah kering panen saat ini mencapai Rp3.400 per kilogram, turun dari sebelumnya yang mencapai Rp4.100 per kilogram.
Harga tersebut juga lebih rendah dari HPP tahun 2020 di tingkat petani yang ditetapkan sebesar Rp4.200 per kilogram. Sedangkan harga gabah kering giling di tingkat penggilingan ditetapkan sebesar Rp5.205 per kilogram dan di gudang Bulog Rp5.300 per kilogram.
Kondisi tersebut membuat petani merugi karena dinilai tidak sebanding dengan biaya operasional tanam.
Guna membantu petani menaikkan dan menjaga kestabilan harga jual, Pemkab Ngawi berencana membangun beberapa infrastruktur pertanian seperti gudang, bantuan mesin pengering hingga lantai penjemuran.
"Hal itu agar harga GKP tidak anjlok saat musim hujan dan bagus saat musim kemarau," katanya.
Selain itu, dalam skala besar pemkab berencana untuk menggandeng investor dalam bidang industri pertanian untuk membeli sekaligus pengelola hasil padi setelah panen.
Wabup menambahkan dengan mendatangkan investor di bidang industri pangan itu tentunya akan bermanfaat bagi Ngawi yang merupakan lumbung padi nasional nomor 6 dan nomor 2 se-Jatim. Sehingga, harapannya dalam panen ke depan, petani bisa memiliki nilai jual gabah yang baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021