Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas menyatakan siap mengintegrasikan peran Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam setiap kebijakan pemerintah daerah sebagai upaya mengurangi risiko bencana.
Hal itu disampaikan usai saat menerima kunjungan kerja Kepala BMKG Dwikorita Karnawati untuk membahas potensi, risiko, dan mitigasi bencana di kawasan Pantai Selatan Jawa, termasuk Banyuwangi, di Pendopo Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (4/3) malam.
"Di Banyuwangi ada forum rutin, forum tiga pilar, melibatkan tokoh agama, Bhabinsa, Bhabinkamtibmas, kepala desa dan berbagai elemen masyarakat. Selama ini BMKG diundang tapi belum menjadi pemeran utama," kata Bupati Ipuk.
Oleh karena itu, lanjut dia, ke depan BMKG diberi waktu khusus presentasi, memaparkan kajian, potensi, risiko, mitigasi bencana. Sehingga masyarakat semakin teredukasi betapa pentingnya mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Menurut Bupati Ipuk, kajian BMKG merupakan informasi yang penting bagi Banyuwangi dalam menghadapi bencana, salah satunya mengurangi risiko dan masyarakat siap ketika sewaktu-waktu terjadi bencana.
"Terima kasih atas inisiatif BMKG untuk meninjau kesiapan Banyuwangi. Mengenai sarana-prasarana untuk mitigasi bencana, segera kami bahas dengan dinas terkait. Ini akan menjadi prioritas kami," tuturnya.
Bupati Ipuk menambahkan, Pemkab Banyuwangi bisa bikin kerja sama dengan BMKG, baik untuk pelatihan, pelaporan, manajemen data, sosialisasi, dan pertimbangan-pertimbangan di bidang meteorologi, klimatologi, maupun geofisika.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat tetap mewaspadai potensi dan risiko terjadinya gempa besar dengan mempersiapkan jalur evakuasi ke daerah yang dianggap aman, terutama di ketinggian.
"Kajian kami, di Indonesia, di kawasan selatan Jawa Timur, terjadi peningkatan aktivitas kegempaan dalam 5 tahun terakhir," ujar Rita (sapaan akrabnya).
Ia mengemukakan bahwa dalam 5 tahun terakhir potensi gempa bumi cenderung meningkat, sehingga menimbulkan potensi gempa yang lebih besar maupun tsunami.
Berdasarkan analisis BMKG, lanjut dia, kemungkinan terburuk bisa terjadi gempa berkekuatan 8,7 skala ritcher dan juga berpotensi tsunami di selatan Jawa Timur, tidak hanya Banyuwangi, namun sepanjang pantai selatan. Katanya, BMKG merekomendasikan pemerintah daerah untuk meningkatkan mitigasi.
"Mudah-mudahan itu tidak terjadi, yang penting adalah menyiapkan mitigasinya," katanya.
Rita menjelaskan, BMKG dan BPBD Banyuwangi telah meninjau Dusun Pancer, Desa Sumberagung, untuk melihat mitigasi di tempat tersebut. Pancer dipilih karena wilayah ini pernah terjadi bencana tsunami pada 1994.
"Kami sudah berada di pantai tersebut. Kami melihat, jajaran BPBD Banyuwangi siap, sudah menyiapkan jalur evakuasi, rambu-rambunya terpasang semua. Masyarakat, relawan, dan petugas tampak sekali mereka siaga," tuturnya.
Di Banyuwangi, kata Rita, sudah menyiapkan rencana kontijensi. Hanya saja, ada satu kendala yakni jalur evakuasi yang harus menyeberang sungai, sehingga dia merekomendasikan untuk membangun jembatan anti gempa.
"Ini yang perlu disiapkan Banyuwangi (jembatan antigempat), sarana dan prasarana pendukung untuk mempercepat proses evakuasi," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Hal itu disampaikan usai saat menerima kunjungan kerja Kepala BMKG Dwikorita Karnawati untuk membahas potensi, risiko, dan mitigasi bencana di kawasan Pantai Selatan Jawa, termasuk Banyuwangi, di Pendopo Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (4/3) malam.
"Di Banyuwangi ada forum rutin, forum tiga pilar, melibatkan tokoh agama, Bhabinsa, Bhabinkamtibmas, kepala desa dan berbagai elemen masyarakat. Selama ini BMKG diundang tapi belum menjadi pemeran utama," kata Bupati Ipuk.
Oleh karena itu, lanjut dia, ke depan BMKG diberi waktu khusus presentasi, memaparkan kajian, potensi, risiko, mitigasi bencana. Sehingga masyarakat semakin teredukasi betapa pentingnya mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Menurut Bupati Ipuk, kajian BMKG merupakan informasi yang penting bagi Banyuwangi dalam menghadapi bencana, salah satunya mengurangi risiko dan masyarakat siap ketika sewaktu-waktu terjadi bencana.
"Terima kasih atas inisiatif BMKG untuk meninjau kesiapan Banyuwangi. Mengenai sarana-prasarana untuk mitigasi bencana, segera kami bahas dengan dinas terkait. Ini akan menjadi prioritas kami," tuturnya.
Bupati Ipuk menambahkan, Pemkab Banyuwangi bisa bikin kerja sama dengan BMKG, baik untuk pelatihan, pelaporan, manajemen data, sosialisasi, dan pertimbangan-pertimbangan di bidang meteorologi, klimatologi, maupun geofisika.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat tetap mewaspadai potensi dan risiko terjadinya gempa besar dengan mempersiapkan jalur evakuasi ke daerah yang dianggap aman, terutama di ketinggian.
"Kajian kami, di Indonesia, di kawasan selatan Jawa Timur, terjadi peningkatan aktivitas kegempaan dalam 5 tahun terakhir," ujar Rita (sapaan akrabnya).
Ia mengemukakan bahwa dalam 5 tahun terakhir potensi gempa bumi cenderung meningkat, sehingga menimbulkan potensi gempa yang lebih besar maupun tsunami.
Berdasarkan analisis BMKG, lanjut dia, kemungkinan terburuk bisa terjadi gempa berkekuatan 8,7 skala ritcher dan juga berpotensi tsunami di selatan Jawa Timur, tidak hanya Banyuwangi, namun sepanjang pantai selatan. Katanya, BMKG merekomendasikan pemerintah daerah untuk meningkatkan mitigasi.
"Mudah-mudahan itu tidak terjadi, yang penting adalah menyiapkan mitigasinya," katanya.
Rita menjelaskan, BMKG dan BPBD Banyuwangi telah meninjau Dusun Pancer, Desa Sumberagung, untuk melihat mitigasi di tempat tersebut. Pancer dipilih karena wilayah ini pernah terjadi bencana tsunami pada 1994.
"Kami sudah berada di pantai tersebut. Kami melihat, jajaran BPBD Banyuwangi siap, sudah menyiapkan jalur evakuasi, rambu-rambunya terpasang semua. Masyarakat, relawan, dan petugas tampak sekali mereka siaga," tuturnya.
Di Banyuwangi, kata Rita, sudah menyiapkan rencana kontijensi. Hanya saja, ada satu kendala yakni jalur evakuasi yang harus menyeberang sungai, sehingga dia merekomendasikan untuk membangun jembatan anti gempa.
"Ini yang perlu disiapkan Banyuwangi (jembatan antigempat), sarana dan prasarana pendukung untuk mempercepat proses evakuasi," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021