Seiring dengan bergulirnya waktu dan usia, penting bagi seseorang mempersiapkan diri untuk potensi terserang berbagai macam penyakit, apalagi saat pandemi COVID-19.
Sakit bisa datang kapan saja tanpa diduga, sedangkan biaya pemeliharaan dan pengobatan kesehatan di berbagai klinik dan rumah sakit juga akan terus mengalami kenaikan.
Untuk itu perlu antisipasi dan persiapan jauh-jauh hari dengan memiliki jaminan kesehatan yang dapat dipergunakan ketika dibutuhkan saat menderita sakit yang tidak bisa diprediksi.
Hal itulah yang diyakini Hatimawati (52) salah satu peserta program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sejak 6 tahun silam di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
"Sejak ada BPJS Kesehatan dan membuka pendaftaran peserta mandiri, saya dan suami mendaftarkan diri menjadi peserta karena itu untuk jaga-jaga, apalagi usia sudah tua dan risiko penyakit lansia terkadang aneh-aneh," kata perempuan yang biasa dipanggil Wati itu.
Sebagai seorang pengusaha UMKM Bakery yang telah digelutinya sejak lama, Wati menyadari jika penghasilan yang didapat dari produksi rotinya tidak pasti setiap bulan.
Sehingga akan lebih ringan jika memiliki jaminan kesehatan yang dapat dibayarkan rutin setiap bulan dibandingan jika harus mengeluarkan biaya lebih besar saat mengalami sakit, sehingga Wati tidak keberatan jika harus membayar iuran meskipun di kelas 3.
"Saya tidak keberatan, malah justru meringankan. Bisa dicicil dan ditabung setiap bulan untuk urusan kesehatan saya dan suami. Mau dikelas berapapun, yang penting punya BPJS dulu," ujarnya.
Ia menceritakan sejak awal terdaftar sampai tahun 2020 berakhir belum pernah memanfaatkan kepesertaannya di Program JKN-KIS, namun dirinya mengalami anemia pada awal Januari 2021 dan dilarikan ke klinik tempat ia terdaftar, sehingga saat itulah pertama kalinya Wati menggunakan kartu peserta untuk berobat.
"Untungnya sudah punya BPJS, meski hanya rawat jalan kita sudah tidak perlu lagi wira-wiri (mondar-mandir) membawa uang dan uang untuk membayar sudah masuk di kartu itu, jadi kayak ATM kesehatan," katanya.
Begitu pentingnya memiliki jaminan kesehatan, membuat Wati meminta anak-anak dan tetangga sekitarnya untuk memiliki JKN sebelum jatuh sakit.
Hal itu dari pengalaman yang ia dapat dan dirasakan oleh dirinya serta orang-orang sekitarnya yang sudah banyak terbantu dengan pembiayaan kesehatan melalui Program JKN.
"Ada tetangga yang sakit berat, sampai jual mobil untuk berobat karena belum punya BPJS. Ada yang sudah punya BPJS, tiba-tiba sakit kanker dan berobat tidak bingung karena sudah jadi peserta JKN-KIS," ujarnya.
Ia mengatakan manfaatnya sebelum sakit sebaiknya punya payung berupa BPJS, sehingga jiwa nanti sewaktu-waktu sakit berat atau ringan tinggal pakai kartunya untuk berobat. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Sakit bisa datang kapan saja tanpa diduga, sedangkan biaya pemeliharaan dan pengobatan kesehatan di berbagai klinik dan rumah sakit juga akan terus mengalami kenaikan.
Untuk itu perlu antisipasi dan persiapan jauh-jauh hari dengan memiliki jaminan kesehatan yang dapat dipergunakan ketika dibutuhkan saat menderita sakit yang tidak bisa diprediksi.
Hal itulah yang diyakini Hatimawati (52) salah satu peserta program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sejak 6 tahun silam di Kabupaten Jember, Jawa Timur.
"Sejak ada BPJS Kesehatan dan membuka pendaftaran peserta mandiri, saya dan suami mendaftarkan diri menjadi peserta karena itu untuk jaga-jaga, apalagi usia sudah tua dan risiko penyakit lansia terkadang aneh-aneh," kata perempuan yang biasa dipanggil Wati itu.
Sebagai seorang pengusaha UMKM Bakery yang telah digelutinya sejak lama, Wati menyadari jika penghasilan yang didapat dari produksi rotinya tidak pasti setiap bulan.
Sehingga akan lebih ringan jika memiliki jaminan kesehatan yang dapat dibayarkan rutin setiap bulan dibandingan jika harus mengeluarkan biaya lebih besar saat mengalami sakit, sehingga Wati tidak keberatan jika harus membayar iuran meskipun di kelas 3.
"Saya tidak keberatan, malah justru meringankan. Bisa dicicil dan ditabung setiap bulan untuk urusan kesehatan saya dan suami. Mau dikelas berapapun, yang penting punya BPJS dulu," ujarnya.
Ia menceritakan sejak awal terdaftar sampai tahun 2020 berakhir belum pernah memanfaatkan kepesertaannya di Program JKN-KIS, namun dirinya mengalami anemia pada awal Januari 2021 dan dilarikan ke klinik tempat ia terdaftar, sehingga saat itulah pertama kalinya Wati menggunakan kartu peserta untuk berobat.
"Untungnya sudah punya BPJS, meski hanya rawat jalan kita sudah tidak perlu lagi wira-wiri (mondar-mandir) membawa uang dan uang untuk membayar sudah masuk di kartu itu, jadi kayak ATM kesehatan," katanya.
Begitu pentingnya memiliki jaminan kesehatan, membuat Wati meminta anak-anak dan tetangga sekitarnya untuk memiliki JKN sebelum jatuh sakit.
Hal itu dari pengalaman yang ia dapat dan dirasakan oleh dirinya serta orang-orang sekitarnya yang sudah banyak terbantu dengan pembiayaan kesehatan melalui Program JKN.
"Ada tetangga yang sakit berat, sampai jual mobil untuk berobat karena belum punya BPJS. Ada yang sudah punya BPJS, tiba-tiba sakit kanker dan berobat tidak bingung karena sudah jadi peserta JKN-KIS," ujarnya.
Ia mengatakan manfaatnya sebelum sakit sebaiknya punya payung berupa BPJS, sehingga jiwa nanti sewaktu-waktu sakit berat atau ringan tinggal pakai kartunya untuk berobat. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021