Pegiat lingkungan dari Kampung Edukasi Sampah Sidoarjo Edi Priyanto memberikan cara mengelola sampah di masa pandemi COVID-19, seperti halnya masker dan sarung tangan seiring meningkatnya volume sampah pandemi dan tidak terpilah secara baik.

Edi, dalam acara seminar daring memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang diselenggarakan Earth Hour Surabaya, di Surabaya, Minggu mengakui volume sampah akhir-akhir ini semakin meningkat sejak terjadinya pandemi COVID-19.

Peningkatan volume sampah, kata dia, terjadi dari rumah tangga. Hal itu disebabkan karena pemakaian masker, sarung tangan, face shield dan sejenisnya.

"Fakta yang dijumpai, sampah masker bekas bercampur dengan sampah rumah tangga, hal ini membuat potensi penularan penyakit pandemi pada petugas kebersihan, disamping mencemari lingkungan juga mempengaruhi ekosistem makhluk hidup lainnya," kata Edi yang juga menjabat Direktur SDM Pelindo III ini.

Edi mengatakan, cara mengelola sampah pandemi, antara lain masker bekas digunting talinya, agar tidak menjerat hewan. Kemudian saat membuang masker bekas atau sarung tangan harus terpisah dari sampah lainnya. Selanjutnya, ditempatkan dalam wadah/plastik tertutup agar dapat mengurangi risiko infeksi terhadap petugas kebersihan.

"Perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat tentang hal ini. Ditambah lagi bagaimana cara pengelolaan sampah organik pada warga yang melakukan isolasi mandiri (isoman), seperti sisa makanan pada orang yang isoman," katanya.

Edi menjelaskan, pertama harus disiapkan wadah tertutup untuk menyimpan sisa makanan berupa wadah atau plastik khusus yang bisa diikat, selanjutnya sampah organik dimasukkan ke dalam wadah tersebut, lalu untuk mempercepat proses penguraian sampah organik tersebut dimasukkan 1-2 botol minuman probiotik atau EM4, setelah iru tambahkan material karbon (daun kering, sekam) untuk melanjutkan proses pengomposan agar dapat dimanfaatkan sebagai kompos untuk tanaman.

"Sedangkan terhadap sampah anorganik warga yang isoman, seperti plastik, botol air mineral, kertas bekas kemasan makanan, diawali dengan proses merusaknya dengan menggunting atau sejenisnya agar tidak dapat dipakai ulang, selanjutnya dilanjutkan proses pemilahan sesuai jenis barang seperti plastik, kaca dan kertas. Lalu simpan sesuai dengan jenisnya dalam satu wadah dengan terlebih dahulu melakukan penyemprotan desinfektan. Setelah isoman selesai dilakukan, sampah anorganik bisa disalurkan ke bank sampah untuk didaur ulang," katanya, menjelaskan.

Edi mengungkapkan, data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mencatat sampah nasional sepanjang tahun 2020 mencapai 67,8 juta ton, meningkat dari jumlah rata-rata tahunan yaitu 64 juta ton.

Sampah itu terdiri dari 65 persen sampah organik, 15 persen sampah plastik, 10 persen Kertas, 10 persen sampah lainnya (logam, kaca dll).

Dari total sampah itu, jenis sampah plastik mencapai sekitar 9 juta ton dan diperkirakan sekitar 3,2 juta ton berupa sedotan plastik.

Sedangkan rata-rata setiap orang menghasilkan sampah 0,7 Kg/orang/hari yang terdiri dari 17 persen sampah plastik.

"Cukup banyak dampak negatif atas sampah plastik, di antaranya kresek dengan zat warna hitam, apabila terkena panas terdegradasi mengeluarkan zat penyebab kanker, juga ketika plastik dibakar akan menghasilkan zat dan gas berbahaya bagi manusia seperti kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan depresi, demikian juga kandungan timbal dalam plastik apabila bercampur dengan makanan akan menyebabkan kelumpuhan," ujar Edi.

Sehingga, sampah itu harus dikelola dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, kemudian meningkatkan kualitas lingkungan dan menjadikan sampah sebagai sumber daya.

Secara umum, kata dia, pengelolaan sampah bisa dilakukan dengan 3 cara yaitu Reduse, Reuse dan Recycle. Reduse dilakukan dengan mengurangi jumlah timbulan sampah, sedangkan reuse dengan menggunakan kembali atau menggunakan material lebih dari sekali dan recycle dengan menggunakan material untuk membuat produk baru.

"Memilah sampah sebenarnya tidaklah terlalu sulit, sama dengan kebiasaan setiap hari membuang sampah di tempat sampah terpilah, selanjutnya tantangannya adalah pada saat mengolahnya, organik dikomposkan, anorganik dapat dimanfaatkan untuk kerajinan, souvenir atau dilakukan daur ulang," katanya.

Sementara dalam seminar yang dihadiri ratusan peserta milenial itu juga menghadirkan M Arif Susanto Founder dan CEO of Dus Duk Duk. (*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021