Bank Indonesia Jember melakukan empat hal untuk percepatan penyelamatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terdampak COVID-19 di wilayah kerjanya yang meliputi Kabupaten Jember, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi.
"Ada empat langkah yang dilakukan Bank Indonesia untuk mempercepat penyelamatan UMKM dengan melihat sejumlah permasalahan yang dihadapi UMKM akibat pandemi," kata Kepala Perwakilan BI Jember Hestu Wibowo dalam bincang-bincang bertema "Kebangkitan UMKM pada Masa Pandemi COVID-19" di Auditorium Universitas Jember (Unej), Jember, Jawa Timur, Minggu.
Ia mengatakan langkah pertama yakni komunikasi kebijakan darurat COVID-19 kepada UMKM dengan mendorong UMKM memanfaatkan relaksasi yang diterbitkan pemerintah dan otoritas, kemudian bersama pemerintah daerah dan perbankan berperan aktif "menjemput" UMKM yang mengalami kesulitan.
Langkah kedua, program virtual peningkatan kapasitas UMKM dengan mempercepat program literasi keuangan digital (dari hulu hingga hilir), pelatihan keuangan (SI-APIK), realisasi PSBI/PSRU untuk mendukung aspek produksi, peningkatan daya beli, dan penjualan.
Langkah ketiga, lanjut dia, sinergi aksi mempercepat akses pembiayaan/permodalan yakni bersama BMPD, asosasi, BUMN, LSM, dan konsultan keuangan mitra bank (KKMB) memfasilitasi pemanfaatan relaksasi, dan memanfaatkan dana CSR untuk bantuan permodalan.
Kemudian, membantu UMKM subsistence, mendorong kredit bagi supplier untuk pengadaan bahan baku, serta mendorong alokasi PSBI bagi UMKM binaan yang terdampak.
Langkah keempat yakni pemanfaatan digital payment dan penjualan dengan mendorong pemanfaatan digital dalam pembayaran dan penjualan menggunakan aplikasi payment QR di bisnis retail dan pasar tradisional, pemasaran daring, dan program daerah menyerap produk UMKM.
"Perlu dukungan berbagai pihak untuk pemulihan UMKM melalui program berkesinambungan hingga UMKM dapat bangkit kembali," ujarnya.
Hestu menyampaikan ada tiga masalah yang biasanya dihadapi UMKM akibat pandemi COVID-19 yakni cashflow, modal, dan bahan baku, sehingga perlu mendapat perhatian serius.
"Hambatan distribusi dan penjualan menurun hingga mencapai 67 persen selama pandemi berdampak negatif pada cashflow, kemudian penurunan laba dan meningkatnya pengeluaran rutin juga menggerus modal UMKM," katanya.
Selain itu, lanjut dia, kenaikan harga dan terbatasnya suplai bahan baku selama pandemi tentu akan mempersulit proses produksi UMKM, sehingga empat langkah yang dilakukan BI Jember dalam percepatan penyelamatan UMKM terdampak COVID-19.
Ia menjelaskan BI Jember akan membantu UMKM tersebut untuk bangkit di tengah pandemi dengan berbagai program pengembangan di antaranya pelatihan, digital farming, dan membuka akses pasar.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Ada empat langkah yang dilakukan Bank Indonesia untuk mempercepat penyelamatan UMKM dengan melihat sejumlah permasalahan yang dihadapi UMKM akibat pandemi," kata Kepala Perwakilan BI Jember Hestu Wibowo dalam bincang-bincang bertema "Kebangkitan UMKM pada Masa Pandemi COVID-19" di Auditorium Universitas Jember (Unej), Jember, Jawa Timur, Minggu.
Ia mengatakan langkah pertama yakni komunikasi kebijakan darurat COVID-19 kepada UMKM dengan mendorong UMKM memanfaatkan relaksasi yang diterbitkan pemerintah dan otoritas, kemudian bersama pemerintah daerah dan perbankan berperan aktif "menjemput" UMKM yang mengalami kesulitan.
Langkah kedua, program virtual peningkatan kapasitas UMKM dengan mempercepat program literasi keuangan digital (dari hulu hingga hilir), pelatihan keuangan (SI-APIK), realisasi PSBI/PSRU untuk mendukung aspek produksi, peningkatan daya beli, dan penjualan.
Langkah ketiga, lanjut dia, sinergi aksi mempercepat akses pembiayaan/permodalan yakni bersama BMPD, asosasi, BUMN, LSM, dan konsultan keuangan mitra bank (KKMB) memfasilitasi pemanfaatan relaksasi, dan memanfaatkan dana CSR untuk bantuan permodalan.
Kemudian, membantu UMKM subsistence, mendorong kredit bagi supplier untuk pengadaan bahan baku, serta mendorong alokasi PSBI bagi UMKM binaan yang terdampak.
Langkah keempat yakni pemanfaatan digital payment dan penjualan dengan mendorong pemanfaatan digital dalam pembayaran dan penjualan menggunakan aplikasi payment QR di bisnis retail dan pasar tradisional, pemasaran daring, dan program daerah menyerap produk UMKM.
"Perlu dukungan berbagai pihak untuk pemulihan UMKM melalui program berkesinambungan hingga UMKM dapat bangkit kembali," ujarnya.
Hestu menyampaikan ada tiga masalah yang biasanya dihadapi UMKM akibat pandemi COVID-19 yakni cashflow, modal, dan bahan baku, sehingga perlu mendapat perhatian serius.
"Hambatan distribusi dan penjualan menurun hingga mencapai 67 persen selama pandemi berdampak negatif pada cashflow, kemudian penurunan laba dan meningkatnya pengeluaran rutin juga menggerus modal UMKM," katanya.
Selain itu, lanjut dia, kenaikan harga dan terbatasnya suplai bahan baku selama pandemi tentu akan mempersulit proses produksi UMKM, sehingga empat langkah yang dilakukan BI Jember dalam percepatan penyelamatan UMKM terdampak COVID-19.
Ia menjelaskan BI Jember akan membantu UMKM tersebut untuk bangkit di tengah pandemi dengan berbagai program pengembangan di antaranya pelatihan, digital farming, dan membuka akses pasar.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021