Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur (Jatim) mencatat kinerja perekonomian di wilayah itu sepanjang 2020 mengalami kontraksi 2,39 sebagai dampak pandemi COVID-19.

Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan dalam keterangan pertumbuhan ekonomi secara virtual, Jumat, mengatakan dari sisi produksi, kontraksi terdalam terjadi pada lapangan usaha jasa lainnya sebesar 13,80 persen, diikuti transportasi dan pergudangan sebesar 11,16 persen, dan penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 8,87 persen.

"Lapangan usaha yang masih tumbuh tinggi adalah lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 9,83 persen. Kemudian diikuti jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 8,70 persen, serta pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 5,03 persen," kata Dadang.

Tumbuhnya lapangan usaha informasi dan komunikasi karena didorong adanya kerja dari rumah atau WFH kemudian sekolah dari rumah, sSehingga meningkatkan trafik data provider seluler serta penggunaan aplikasi rapat virtual seperti zoom meeting.

Sementara dari sisi pengeluaran, kontraksi terdalam didorong komponen pengeluaran Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau pengeluaran untuk barang modal yang mempunyai umur pemakaian lebih dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi sebesar 4,31 persen.

Kemudian diikuti pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 3,18 persen dan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 0,83 persen.

Dadang menjelaskan kontraksi ekonomi yang terjadi di Jatim masih cukup dangkal sama seperti DKI Jakarta 2,36 persen, jika dibandingkan dengan provinsi lain seperti Banten 3,38 persen, Jawa Barat 2,44 persen, Yogyakarta 2,69 persen, dan Jawa Tengah 2,65 persen.

“Namun jika kuartal IV/2020 dibandingkan kuartal III/2020, ekonomi Jatim ini mengalami kontraksi yang lebih kecil yakni 0,94 persen, karena kontraksi kuartal sebelumnya mencapai 3,75 persen,” katanya

Dadang mengatakan jika kuartal IV/2020 dibandingkan kuartal IV/2019 pun Jatim mengalami terjun bebas, karena pada kuartal IV/2019 ekonomi Jatim mampu tumbuh mencapai 5,42 persen.

“Kondisi kuartal terakhir tahun lalu itu sejalan dengan suasana pandemi yang semakin meningkat jumlah kasusnya. Pada kuartal IV/2020 memang terjadi mobilitas tinggi karena ada momen liburan, ada pergerakan di kawasan rekreasi dan ritel,” katanya.
 

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021