Rumah Sakit Umum Daerah dr. Mohamad Saleh di Kota Probolinggo, Jawa Timur, mulai menyediakan layanan donor plasma konvalesen untuk terapi pemulihan pasien positif COVID-19.
Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin didampingi Sekda drg. Ninik Ira Wibawati dan Asisten Pemerintahan Setiorini Sayekti meninjau donor plasma konvalesen perdana di lantai dua gedung Poli RSUD Mohamad Saleh, Probolinggo, Senin.
"Saya berharap warga yang pernah menderita COVID-19 dan sembuh dapat mendonorkan plasmanya karena yang membutuhkan sangat banyak untuk terapi pasien terkonfirmasi positif dan membantu percepatan penyembuhan," kata wali kota yang akrab dipanggil Habib di Kota Probolinggo.
Menurut Habib, warga Kota Probolinggo tidak perlu ke luar kota untuk donor atau mendapatkan plasma konvalesen, sehingga dengan penyediaan layanan donor plasma tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat.
"Bagi masyarakat yang sudah sehat dari COVID-19 datanglah ke RSUD dan hasil screening yang sesuai kebutuhan akan segera diambil plasma darahnya. Ayo bantu saudara-saudara kita yang terpapar dan bersama-sama berjuang menghadapi COVID-19," tuturnya.
Kepala Laboratorium RSUD dr. Mohamad Saleh, Kota Probolinggo, dr. Bobby Mulyadi, mengatakan pelayanan plasma konvalesen diberikan untuk semua pasien COVID-19 yang membutuhkan. Untuk layanan ini, pihaknya akan bekerja sama dengan PMI Kota Probolinggo.
Menurut Bobby, prosedur bagi donor plasma konvalesen adalah pasien COVID-19 yang sudah sembuh dan ketika datang di rumah sakit akan dilakukan screening untuk mengetahui apakah ada infeksi penyakit menular dan mengecek antibodi nya.
"Tidak semua penyintas dapat menjadi donor plasma konvalesen karena ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi di antaranya tidak ada gejala setelah masa isolasi selesai dan antibodi nya masih ada," katanya.
Ia menjelaskan plasma darah dari penyintas tersebut akan disimpan pada suhu minus 20 derajat ke atas agar dapat bertahan dalam 3 sampai 6 bulan, namun apabila disimpan pada suhu minus 40 derajat bisa disimpan hingga 1 tahun.
"Banyak penelitian dengan hasil bervariasi tentang terapi plasma konvalesen. Pada dasarnya, memberikan plasma tergantung dari waktu pemberian dan derajat pasien," ujarnya.
Pasien dengan derajat sedang harus segera diberikan terapi tersebut, namun apabia sudah melewati itu (derajat pasien) maka pemberian terapi plasma konvalesen tidak terlalu bermanfaat.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin didampingi Sekda drg. Ninik Ira Wibawati dan Asisten Pemerintahan Setiorini Sayekti meninjau donor plasma konvalesen perdana di lantai dua gedung Poli RSUD Mohamad Saleh, Probolinggo, Senin.
"Saya berharap warga yang pernah menderita COVID-19 dan sembuh dapat mendonorkan plasmanya karena yang membutuhkan sangat banyak untuk terapi pasien terkonfirmasi positif dan membantu percepatan penyembuhan," kata wali kota yang akrab dipanggil Habib di Kota Probolinggo.
Menurut Habib, warga Kota Probolinggo tidak perlu ke luar kota untuk donor atau mendapatkan plasma konvalesen, sehingga dengan penyediaan layanan donor plasma tersebut dapat bermanfaat bagi masyarakat.
"Bagi masyarakat yang sudah sehat dari COVID-19 datanglah ke RSUD dan hasil screening yang sesuai kebutuhan akan segera diambil plasma darahnya. Ayo bantu saudara-saudara kita yang terpapar dan bersama-sama berjuang menghadapi COVID-19," tuturnya.
Kepala Laboratorium RSUD dr. Mohamad Saleh, Kota Probolinggo, dr. Bobby Mulyadi, mengatakan pelayanan plasma konvalesen diberikan untuk semua pasien COVID-19 yang membutuhkan. Untuk layanan ini, pihaknya akan bekerja sama dengan PMI Kota Probolinggo.
Menurut Bobby, prosedur bagi donor plasma konvalesen adalah pasien COVID-19 yang sudah sembuh dan ketika datang di rumah sakit akan dilakukan screening untuk mengetahui apakah ada infeksi penyakit menular dan mengecek antibodi nya.
"Tidak semua penyintas dapat menjadi donor plasma konvalesen karena ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi di antaranya tidak ada gejala setelah masa isolasi selesai dan antibodi nya masih ada," katanya.
Ia menjelaskan plasma darah dari penyintas tersebut akan disimpan pada suhu minus 20 derajat ke atas agar dapat bertahan dalam 3 sampai 6 bulan, namun apabila disimpan pada suhu minus 40 derajat bisa disimpan hingga 1 tahun.
"Banyak penelitian dengan hasil bervariasi tentang terapi plasma konvalesen. Pada dasarnya, memberikan plasma tergantung dari waktu pemberian dan derajat pasien," ujarnya.
Pasien dengan derajat sedang harus segera diberikan terapi tersebut, namun apabia sudah melewati itu (derajat pasien) maka pemberian terapi plasma konvalesen tidak terlalu bermanfaat.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021