Pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini (PAUD) dituntut untuk bisa kreatif dan inovatif dalam menjalankan pendidikan jarak jauh khususnya di tengah pandemi COVID-19.
"Saat pandemi, pihak pengajar mendampingi orang tua menjalankan peran guru di rumah," kata Pengajar TPA Khadijah Islamic Day Care Zilmi Tri Rahma Yunita dalam diskusi daring tentang inovasi dan kreasi PAUD dalam menyukseskan pembelajaran sehat di era adaptasi kebiasaan baru yang digelar Geliat Universitas Airlangga (Unair) bersama UNICEF, Selasa.
Zilmi mengatakan sejak awal Maret, pihaknya memang sempat kebingungan ketika pandemi mulai masuk ke Indonesia. Bahkan, lanjut dia, penitipan anak sudah tidak bisa dilakukan, sehingga pihaknya pun mencari pembelajaran terbaik yang aman bagi anak untuk dilaksanakan.
Menurutnya, saat pandemi, pembelajaran yang terbaik adalah pihak pengajar mendampingi orang tua menjalankan peran guru di rumah.
Ia melanjutkan pihaknya juga memberikan stimulus perkembangan melalui tugas yang sudah tersusun, termsuk juga bekerja sama dengan orang tua untuk memaksimalkan perkembangan selama belajar di rumah. Kegiatan belajar pun dilakukan melalui aplikasi zoom sebanyak 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi 30-40 menit tiap sesi.
"Kami juga memahami orang tua yang bekerja. Makanya kami juga sediakan jam belajar malam hari," katanya.
Selain itu, katanya, pihaknya juga membuat story telling, senam, serta dancing bagi peserta didik untuk terus mengembangkan motorik anak. Bahkan, daring mengaji juga dilakukan, sehingga tidak hanya pelafalan saja, tapi juga ada hasil karya yang dibuat oleh anak-anak.
"Tugas juga dilakukan melalui keterangan tulisan dan video. Mengasah motorik dengan mengunting, mengasah kemandirian dan empati dengan pekerjaan rumah sederhana seperti melipat pakaian, dan membuat kemampuan seni dengan membuat layang-layang," ujarnya.
Ketua Badan Kerja Sama dan Manajemen Pengembangan (BKMP) Universitas Airlangga (Unair) Dr Eko Supeno, Drs., M.Si mengatakan, dengan adanya kreasi dan inovasi yang dilakukan pengelola PAUD bisa membuat anak-anak lebih waspada. Mereka juga memiliki prilaku yang peduli dalam situasi pandemi saat ini.
"Kita masih saja melihat ada yang melanggar dan abai terhadap protokol kesehatan di jalan-jalan. Langkah kreatif Bunda PAUD Akan menjadi pencerahan buat anak-anak," katanya.
Child Survival and Development (CSD) Specialist UNICEF dr. Armunanto, M. PH mengatakan, era kebiasaan baru harus benar-benar dijalani dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, kata dia, pihaknya menyadari kalau berkerumun itu menjadi kebiasaan lama masyarakat.
"Tapi harus diubah kebiasaan itu, kalau tidak situasi pandemi ini tidak kunjung reda. Penerapan 3M dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan harus benar-benar dilakukan," katanya.
Ia menambahkan, kondisi itu pun harus dilakukan pada proses pembelajaran untuk anak-anak. Termasuk adanya kreasi dan inovasi untuk terus menarik dalam pembelajaran. "Dengan kebiasan baru tersebut, iman dan imun kita bisa tercapai. Sehingga kita tetap sehat dan bugar," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Saat pandemi, pihak pengajar mendampingi orang tua menjalankan peran guru di rumah," kata Pengajar TPA Khadijah Islamic Day Care Zilmi Tri Rahma Yunita dalam diskusi daring tentang inovasi dan kreasi PAUD dalam menyukseskan pembelajaran sehat di era adaptasi kebiasaan baru yang digelar Geliat Universitas Airlangga (Unair) bersama UNICEF, Selasa.
Zilmi mengatakan sejak awal Maret, pihaknya memang sempat kebingungan ketika pandemi mulai masuk ke Indonesia. Bahkan, lanjut dia, penitipan anak sudah tidak bisa dilakukan, sehingga pihaknya pun mencari pembelajaran terbaik yang aman bagi anak untuk dilaksanakan.
Menurutnya, saat pandemi, pembelajaran yang terbaik adalah pihak pengajar mendampingi orang tua menjalankan peran guru di rumah.
Ia melanjutkan pihaknya juga memberikan stimulus perkembangan melalui tugas yang sudah tersusun, termsuk juga bekerja sama dengan orang tua untuk memaksimalkan perkembangan selama belajar di rumah. Kegiatan belajar pun dilakukan melalui aplikasi zoom sebanyak 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi 30-40 menit tiap sesi.
"Kami juga memahami orang tua yang bekerja. Makanya kami juga sediakan jam belajar malam hari," katanya.
Selain itu, katanya, pihaknya juga membuat story telling, senam, serta dancing bagi peserta didik untuk terus mengembangkan motorik anak. Bahkan, daring mengaji juga dilakukan, sehingga tidak hanya pelafalan saja, tapi juga ada hasil karya yang dibuat oleh anak-anak.
"Tugas juga dilakukan melalui keterangan tulisan dan video. Mengasah motorik dengan mengunting, mengasah kemandirian dan empati dengan pekerjaan rumah sederhana seperti melipat pakaian, dan membuat kemampuan seni dengan membuat layang-layang," ujarnya.
Ketua Badan Kerja Sama dan Manajemen Pengembangan (BKMP) Universitas Airlangga (Unair) Dr Eko Supeno, Drs., M.Si mengatakan, dengan adanya kreasi dan inovasi yang dilakukan pengelola PAUD bisa membuat anak-anak lebih waspada. Mereka juga memiliki prilaku yang peduli dalam situasi pandemi saat ini.
"Kita masih saja melihat ada yang melanggar dan abai terhadap protokol kesehatan di jalan-jalan. Langkah kreatif Bunda PAUD Akan menjadi pencerahan buat anak-anak," katanya.
Child Survival and Development (CSD) Specialist UNICEF dr. Armunanto, M. PH mengatakan, era kebiasaan baru harus benar-benar dijalani dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, kata dia, pihaknya menyadari kalau berkerumun itu menjadi kebiasaan lama masyarakat.
"Tapi harus diubah kebiasaan itu, kalau tidak situasi pandemi ini tidak kunjung reda. Penerapan 3M dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan harus benar-benar dilakukan," katanya.
Ia menambahkan, kondisi itu pun harus dilakukan pada proses pembelajaran untuk anak-anak. Termasuk adanya kreasi dan inovasi untuk terus menarik dalam pembelajaran. "Dengan kebiasan baru tersebut, iman dan imun kita bisa tercapai. Sehingga kita tetap sehat dan bugar," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020