Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, kembali meraih penghargaan sebagai Kabupaten Peduli Hak Asasi Manusia (HAM) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) RI, dan predikat ini dipertahankan Banyuwangi selama empat tahun beruntun sejak 2016.

Penghargaan diserahkan secara simbolis oleh Kepala Kanwil Kemenkumham Jawa Timur Krismono yang mewakili Menkumham RI Yasonna Laoly dalam acara Peringatan Hari HAM Sedunia ke-72 di Kanwil Kemenkumham Jatim di Surabaya, Senin.

"Alhamdulillah kinerja Banyuwangi terus mendapat apresiasi positif dari pemerintah pusat, ini menjadi spirit kami untuk terus berinovasi lebih baik lagi. Khususnya yang terkait dengan pemenuhan hak-hak kebutuhan dasar masyarakat (HAM)," kata Asisten Administrasi Pemerintahan dan Kesra Kabupaten Banyuwangi Sih Wahyudi.

Penghargaan tersebut diberikan Kemenkumham RI untuk memotivasi pelaksanaan pembangunan HAM di tingkat kabupaten/kota. Adapun kriteria penilaiannya adalah hak atas pendidikan, hak perempuan dan anak, hak atas kependudukan, hak atas pekerjaan, hak atas perumahan dan hak atas lingkungan berkelanjutan.

"Alhamdulillah Banyuwangi dinilai mampu memenuhi semua kriteria tersebut," tuturnya.

Sih Wahyudi mencontohkan, berbagai langkah inovatif Banyuwangi untuk memenuhi hak-hak warganya. Salah satunya untuk hak atas kependudukan, Banyuwangi telah meluncurkan program Lahir Procot Pulang Bawa Akta, yakni, layanan pembuatan akta kelahiran yang super cepat yang digulirkan sejak 2013.

Melalui program ini, setiap bayi yang lahir akan mendapatkan surat-surat administrasi kependudukan, yakni akta kelahiran dan Kartu Identitas Anak (KIA), termasuk juga kartu keluarga yang baru, layanan ini gratis.

"Akta ini penting, jika anak tidak terdaftar, konsekuensinya banyak. Tanpa akta kelahiran, hak untuk mendapatkan pendidikan, jaminan layanan kesehatan, akses ekonomi dan hak-hak lain sulit didapatkan. Ketiadaan data anak juga bisa menjadi celah untuk tindak kejahatan perdagangan anak," paparnya.

Katanya, sejumlah program di bidang pendidikan, di antaranya Banyuwangi telah mendeklarasikan diri sebagai kabupaten inklusi pada 2014, semua sekolah di Banyuwangi wajib memberi kesempatan pendidikan kepada semua anak, baik anak normal maupun anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk bisa belajar di sekolah yang sama, mempelajari mata pelajaran yang sama dan mengikuti semua kegiatan di sekolah tanpa ada diskriminasi.

Banyuwangi juga punya berbagai program inovasi bagi para pelajar dari keluarga kurang mampu untuk menyokong kebutuhan belajarnya. Misalnya Beasiswa Banyuwangi Cerdas yang memberikan kesempatan kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu untuk mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi.

"Ada juga program Siswa Asuh Sebaya, Gerakan Daerah Angkat Anak Putus Sekolah (Garda Ampuh), uang saku pelajar, uang transport, dan masih banyak program lainnya. Ini semua dalam rangka menjamin hak-hak dasar anak di bidang pendidikan," paparnya.

Dalam penyerahan penghargaan ini juga turut hadir Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, bupati/walikota se-Jatim juga mengikuti acara tersebut melalui sambungan digital. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020