Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro menetapkan tim peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya sebagai tim pengembangan Vaksin Merah Putih.

"Saya memberikan secara resmi Kep (keputusan) Menristek mengenai penetapan tim peneliti Unair sebagai salah tim yang mengembangkan Vaksin Merah Putih," kata Bambang Brodjonegoro di Surabaya, Jumat.

Bambang Brodjonegoro menyatakan, sejauh ini perkembangan Vaksin Merah Putih sangat baik.

Unair sebagai salah satu perguruan tinggi pengembang, lanjut Bambang, mempunyai inisiatif untuk melakukan komunikasi dan koordinasi dengan beberapa rumah sakit seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo, Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA).

Juga dilakukan kerja sama dengan perusahaan PT Biotis Pharmaceutical untuk mempermudah upaya tinjauan terhadap vaksin dan uji klinis pada hewan.

"Mudah-mudahan Pada Desember ini tinjauan sudah bisa dilakukan. Dan pada Tri Wulan pertama tahun depan Unair bisa menyerahkan bibit vaksinnya ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan PT Biotis," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Bambang Brodjonegoro juga mengungkapkan perkembangan program vaksinasi di Indonesia. Menurutnya, yang paling penting dari program tersebut ialah penjelasan terhadap masyarakat yang divaksinasi.

"Vaksin pertama kali yang akan digunakan adalah sinovac. Vaksin yang paling penting adalah keamanan. Oleh karenanya dilakukan uji klinis. Kami masih akan melihat hasil uji klinis tahap 3 yang dilakukan di Bandung," ujarnya.

Dia kembali menekankan edukasi keada masyarakat agar masyarakat memahami bahwa vaksin tersebut aman dan penting untuk menumbuhkan kekebalan tubuh terhadap COVID-19.

"Oleh karenanya dilakukan uji klinis untuk menentukan vaksin aman. Setelah itu dilakukan vaksinansi. Masyarakat harus memahami vaksin ini aman. Vaksin untuk menumbuhkan kekebalan atau menumbuhkan imunitas terhadap COVID-19," ujarnya.

Salah satu peneliti pengembangan Vaksin Merah Putih Unair, Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih, mengatakan bahwa kedatangan Menristek menjadi penting karena akan dilakukan pertemuan bersama dan diskusi dengan seluruh tim peneliti termasuk dari RSUA dan RSUD Dr Soetomo.

Pertemuan tersebut juga akan melibatkan tim dari PT Biotis Pharmaceutical Indonesia selaku mitra.

"Tim kami tim besar, mulai dari tim penentuan rekombinan viral vector, tim uji pada hewan, hingga tim uji klinis, yang dalam hal ini melibatkan RSUA dan RS Dr Soetomo. Kami bikin riset vaksin sudah dari awal konsorsium dengan teman-teman di rumah sakit," ujar Prof Nyoman.

Dalam prosesnya, Unair menggandeng mitra dari PT Biotis Pharmaceutical Indonesia untuk animal trial. Dalam tahapan uji hewan ini, PT Biotis Pharmaceutical Indonesia juga menggandeng Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sehingga seluruh tahapan, baik sejak uji pre klinis dan uji klinis, dapat terus dikawal oleh BPOM.

Saat ini, pengembangan Vaksin Merah Putih Unair itu telah melewati uji tahap 1, 2, dan 3, yakni tahap desain, pembentukan viral vektor rekombinan dan tahap validasinya.

Sesuai timeline penelitian yang sudah dibuat, pada Desember ini sudah mulai masuk ke uji pre klinis, yakni animal trial yang meliputi tikus dan kera. Jika semua proses uji coba terhadap hewan berjalan sukses dan efektif, selanjutnya akan diujicobakan terhadap manusia.

"Bila semua proses ini berjalan lancar, Insya Allah pertengahan tahun 2021 sudah masuk ke clinical trial, yang tentunya sebelum masuk uji klinis tersebut harus didaftarkan BPOM terlebih dahulu," ungkap Prof Nyoman.

Selain platform viral vector untuk vaksin Merah Putih, tim peneliti Unair yang mengembangkan pada platform peptide juga telah menyelesaikan tiga tahapan pertama.

Diharapkan, untuk uji hewan pada platform peptide juga akan mulai dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan dengan vaksin Merah Putih. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020