Sejumlah pihak menyatakan dukungan dan komitmen bersama untuk menjalankan imunisasi bagi semua anak di Provinsi Jawa Timur sebagai upaya membentengi anak-anak terhadap serangan penyakit khususnya di tengah pandemi COVID-19.

Komitmen itu diwujudkan dalam kegiatan pertemuan tingkat tinggi bertema "Penguatan Komitmen Untuk Imunisasi Bagi Semua Anak di Jawa Timur yang digelar Gerakan Peduli Ibu dan Anak Sehat Membangun Generasi Cemerlang Berbasis Keluarga (Geliat) Universitas Airlangga bersama UNICEF Indonesia secara virtual di Surabaya, Rabu.  

"Di era pandemi ini, cakupan imunisasi harus ditingkatkan. Dukungan kuat dari semua pihak untuk anak-anak biar terjamin memperoleh imunisasi dan bisa memperkuat imunitas anak-anak," kata Person in Charge (PIC) Geliat Universitas Airlangga Dr. Nyoman Anita Damayanti.

Menurut dia, berbagai kepala daerah, ketua organisasi masyarakat, ketua organisasi perempuan, Tim Pengerak PKK, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Bidan Indonensia (IBI) serta para relawan Geliat Unair menyatakan dukungan dan komitmen bersama untuk pelaksanaan imunisasi.

Nyoman mengatakan dukungan imunisasi tidak bisa dilepaskan dari peran semua sektor. Mereka bersama-sama mengerakan tenaganya untuk bisa memenuhi cakupan imunisasi bagi anak-anak.

"Di era pandemi ini, cakupan imunisasi harus ditingkatkan. Dukungan kuat dari semua pihak untuk anak-anak biar terjamin memperoleh imunisasi dan bisa memperkuat imunitas anak-anak," kata Nyoman.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jatim Inna Mahanani drg. M. Kes mengatakan, terjadi penurunan cakupan imunisasi rutin yang signifikan pada masa pandemi COVID-19. 

Sehingga, lanjut dia,  dibutuhkan kewaspadaan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Berbagai permasalahan memang mengiringi pelaksanaan imunisasi selama terjadinya pandemi COVID-19.

"Pelayanan imunisasi di posyandu tidak dilaksanakan mulai April sampai Juli tahun ini. Beberapa kabupaten/kota sampai sekarang juga tidak melaksanakan imunisasi di posyandu terutama di zona risiko tinggi," katanya.

Selain itu, kata dia, pelayanan imunisasi di puskesmas  juga tak maksimal karena masyarakat takut tertular COVID-19 jika datang ke puskesmas maupun pustu.  "Pelayanan imunisasi di unit swasta juga turun. Banyak bidan praktik mandiri yang tutup selama pandemi," katanya.

Inna juga menjelaskan, beban bidan desa dan petugas puskesmas bertambah dengan kegiatan tracing kasus COVID-19 sehingga kunjungan rumah jika sasaran tidak datang maka tidak dilakukan. 

"Terjadinya penurunan cakupan imunisasi rutin yang signifikan pada masa pandemi COVID-19 harus ada kewaspadaan terjadinya KLB," ungkapnya.

Perwakilan Tim Kerjasama Program Imunisasi UNAIR-UNICEF-Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, Dr Arief Hargono, drg., M.Kes menuturkan, ada banyak cara yang bisa dikembangkan berbagai daerah untuk menambah cakupan imunisasi, salah satunya dengan melakukan pemberdayaan masyarakat melalui rumah imunisasi.

"Di rumah imunisasi ini ada alat yang memberikan gambaran visual tentang status imunisasi. Juga memuat data bayi, status dan tanggal pelaksanaan imunisasi,” jelasnya.

Kepala Perwakilan UNICEF Pulau Jawa dan Bali Arie Rukmantara menuturkan, kerja bersama dari berbagai pihak bisa menjadi kunci cakupan imunisasi. Apalagi Jatim tercatat selalu sukses dalam menjalankan imunisasi. 

"Pertama pada 2017 lalu Jatim sukses memenuhi target imunisasi Campak dan Rubella. Selanjutnya pada 20018 juga sukses melaksanakan imunisasi serentak ketika ada KLB Difteri," kata Arie. 

Ia melanjutkan, pihaknya berharap besar pada wali kota, bupati, sekda, maupun semua organisasi masyarakat bisa menjelaskan kembali ke seluruh komponen tentang pentingnya imunisasi bagi pertahanan kesehatan anak. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020