Bermula dari ketidaktahuannya tentang Program JKN-KIS dan rasa ingin tahu seperti apa alur pengurusan kepesertaan BPJS Kesehatan, Nurul Hidayah yang sehari-hari berprofesi sebagai dosen akademi kebidanan mantap mendaftarkan dirinya menjadi Kader JKN. Ia juga berharap dengan menjadi Kader JKN, dapat membantu memberikan informasi kepada masyarakat.

"Sebenarnya saya hanya ingin tahu saja. Kebetulan saya pernah mengalami kesulitan pengurusan karena antreannya panjang sekali. Terus saya mikir, kalau harus antre panjang ya males. Mungkin dengan jadi Kader JKN saya bisa bantu masyarakat agar lebih mudah," kata Nurul.

Tiga tahun menjadi Kader JKN, banyak cerita dan pelajaran yang dapat Nurul ambil. Tak jarang Nurul menemui kondisi masyarakat yang sebelumnya ekonominya terbilang sangat baik tiba-tiba karena kondisi menjadi jatuh ataupun sebaliknya.

"Hal tersebut membuat saya jadi banyak bersyukur. Pertama, karena saya bisa membantu mereka. Saya bisa jadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Kedua karena saya merasa kondisi saya masih lebih beruntung daripada mereka," katanya mengenang.

Lebih lanjut Nurul menceritakan pengalamannya membantu orang lain. Suatu waktu terdapat peserta yang menghubungi dirinya dan meminta bantuannya untuk mendaftar menjadi Peserta JKN-KIS. Peserta tersebut terkena kanker nasofaring dan membutuhkan kemoterapi. Dengan tangan terbuka Nurul memandu untuk segera mendaftar menjadi peserta JKN-KIS.

"Alhamdulillah orang tersebut bisa kemo selama 6 bulan, tapi terakhir saya dapat info dari yang istri yang bersangkutan bahwa orang tersebut telah meninggal dunia. Walau hanya bisa bantu mengarahkan tapi kalau misal sudah berhasil, rasa senangnya nggak karu-karu an (tidak terkira). Kepuasan tersendiri,x ujarnya.

Nurul pun selalu berusaha menjaga privasi warga binaannya ketika melakukan kunjungan. Sebisa mungkin dia menutupi atribut yang digunakan untuk menghindari pertanyaan tetangga sekitar warga binaan. Tak sedikit warga yang bertanya apa keperluan Nurul ingin menemui warga binaannya, terkait tunggakan warga binaannya dan sebagainya.

"Mata dan mulut tetangga itu lebih kejam daripada yang mendatangi. Kalau saya bilang dari BPJS Kesehatan pasti tanya ada apa, kan jadi kasihan yang bersangkutan. Biasanya atribut baru saya tunjukkan kalau sudah bertemu yang bersangkutan dan ketika berfoto. Saya benar-benar menjaga privasi mereka," ujarnya.

Maka dari itu tak heran dengan menjadi Kader, hikmah yang didapat adalah semakin banyak teman dan suadara yang ia miliki. Untuk terus melanjutkan tugasnya sebagai Kader JKN, Nurul berharap kedepannya BPJS Kesehatan terus berinovasi dengan adanya aplikasi-aplikasi yang dapat mempermudah peserta mendapatkan pelayanan seperti Pandawa atau Mobile JKN.

Kepada Peserta JKN-KIS, Nurul berpesan agar tak mengalami kesulitan menggunakan haknya, bayar iuran tepat waktu sebelum tanggal 10 setiap bulannya.

"Bagi peserta yang menunggak, kalau ada rejeki monggo (silahkan) segera dilunasi sebelum sakit. Bagi yang sudah rutin bayar, jangan lupa bayar tidak lebih dari tanggal 10 setiap bulannya. Jangan sampai nunggak, karena berat kedepannya," tukasnya. (*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020