Sadar akan kebutuhan kuliah yang mahal, Finna tak ingin dirinya sakit sampai harus membebani orang tua. Meskipun pola hidup sehat dijalani namun keinginan tersebut tak berjalan semestinya.

Finna pernah mengalami sakit perut hingga muntah dengan nafsu makan yang terus menurun. Sadar akan kondisinya yang sakit, ia putuskan ke klinik berbekal Kartu Indonesia Sehat (KIS). Ia amat terkejut saat dokter mengabarkan soal gejala usus buntu yang dialami dirinya.

"Gejalanya mulai saya rasakan di Malang. Waktu itu sering mual dan tidak nafsu makan. Takut makin parah, saya periksakan ke klinik yang bisa pakai BPJS (Kesehatan). Saya kaget saat dokter bilang ini gejala usus buntu. Yang saya pikirkan hanya soal biaya jika harus operasi," kata remaja 19 tahun ini.
 
Setelah dua kali menjalani pemeriksaan, dokter menyarankan untuk segera dilakukan operasi. Ketakutan yang Finna rasakan soal biaya kini benar-benar terjadi.
 
Sebelumnya dia tak memahami jika keikutsertaan pada program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) bisa meringankan sesuai indikasi medis.
 
"Sangat kaget pas dokter bilang harus secepatnya operasi. Dari awal memang soal biaya yang bikin saya takut. Belum tahu kalau ternyata BPJS (Kesehatan) ini bisa menanggung biaya operasi saya. Sempat berunding bareng orang tua, akhirnya mantap untuk lanjut operasi," tukasnya.
 
Usai operasi, dia sempat menanyakan jumlah biaya kepada orang tuanya. Namun, keharuan justru menyelimuti hati Finna lantaran seluruh pengobatan dibebaskan dari biaya.
 
Sontak, rasa syukur dipanjatkan mengingat hilangnya beban yang selama ini menghantui pikiran Finna.
 
"Habis operasi, saya langsung tanya ke ibu. Sempat curiga karena lihat wajah ibu yang terkesan santai. Ternyata benar kalau semuanya ditanggung BPJS (Kesehatan). Rasanya semua beban hilang. Gak ada lagi yang bikin stres seperti dekat hari operasi. Sempat juga tanya ke petugas rumah sakit kalau biaya operasi saya sampai Rp15 juta. Ini kalau suruh bayar sendiri bagaimana ya? Bisa lancar kuliah aja udah syukur alhamdulillah,” katanya.
 
Remaja dengan nama lengkap Islakhul Finna Yuristia ini menuturkan jika dirinya sudah lama menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Namun, dia jarang menggunakan lantaran hampir tak pernah mengakses fasilitas kesehatan.
 
"Ikut programnya (JKN-KIS, red) sudah lama, dari Juni 2017 waktu masih SMA. Memang jarang sekali menggunakan bahkan hampir tidak pernah. Kalau sakit pun paling-paling sakit biasa tidak sampai harus ke rumah sakit. Soal pelayanan kemarin juga bagus, kebetulan operasinya dulu di Rumah Sakit Sahabat," katanya.
 
Di akhir obrolan, Finna berharap Program JKN-KIS terus berjalan sebagaimana sekarang. Ia paham akan pentingnya punya jaminan kesehatan dan mengajak siapa pun untuk lekas daftar dan senantiasa menjaga kesehatan. 
 
"Jenis penyakit itu tidak mengenal usia. Kalau sudah takdirnya sakit, ya bakalan sakit. Tugas wajib kita memang selalu jaga kesehatan tapi lebih penting lagi punya jaminan kesehatan karena penyakit bisa datang kapan saja. Program ini harapannya terus berjalan dan selalu yang terbaik buat ke depan," katanya. (*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020