Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Wahid Wahyudi menyebut bahwa sudah ada sebanyak 1.080 sekolah jenjang SMA/SMK/SLB dari total 4.089 lembaga yang dibuka untuk menjalani tahap uji coba pembelajaran tatap muka (PTM) di tengah pandemi COVID-19.

"Jadi dari 4.089 lembaga jenjang SLB, SMA dan SMK di Jatim, hanya 1.080 sekolah saja yang bisa ikut uji coba. Itupun harus memenuhi berbagai persyaratan. Salah satunya melihat perkembangan zona di wilayah," ujar Wahid dikonfirmasi di Surabaya, Minggu.

Wahid mengemukakan kapasitas SMA yang boleh buka saat ini sebanyak 302 dari 1.517 sekolah. Kemudian SMK 735 dari 2.134 sekolah serta SLB 43 dari 438 sekolah. Pembukaan sekolah pun harus mengantongi izin dari Satgas Penanganan COVID-19 di masing-masing kabupaten/kota.

"Uji coba tatap muka tetap harus mendapat surat rekomendasi dari Satgas COVID-19 kabupaten/kota tersebut," kata Wahid.

Lebih lanjut, mantan Kepala Dinas Perhubungan Jatim itu menyatakan penambahan kapasitas PTM merujuk pada berbagai faktor. Selain tidak ada lagi zona merah pada peta risiko COVID-19 Jatim, evaluasi PTM juga menunjukkan tren yang bagus sejak dijalankan 18 Agustus lalu.

"Makanya, kapasitas kami tingkatkan karena kabupaten/kota di Jatim sudah tidak ada zona merah COVID-19, yang ada zona oranye dan kuning," ucap dia.

Kepala SMA 17 Agustus 1945 (SMATAG) Surabaya Prehantoro menyatakan pihaknya telah siap menggelar uji coba pembelajaran tatap muka.

"Kami telah mempunya beberapa skema yang telah diterapkan, baik protokol kesehatan, teknis tatap muka hingga masalah keamanan. Semua kita telah kita persiapkan, baik alat-alat sistemnya, guru-gurunya, pengamanannya, kita siapkan secara mantab, artinya secara protokol kesehatan siap," ujarnya.

Meski siap, SMATAG, kata Prehantoro, tetap menunggu keputusan pemerintah. Sebab dari koordinasi antara yayasan dan komite sekolah memang disepakati mengikuti aturan pemerintah.

"Kita tetapkan akhir Desember, bulan Januari masuk pembelajaran new normal, namun kembali lagi melihat aturan pemerintah biar enak, tanpa mengurangi mutu pendidikan," katanya.

Menurutnya, selain teknis belajar tatap muka, peralatan kesehatan juga penting untuk disiapkan. Termasuk pintu keluar dan masuk bagi siswa. Karena sekolah tidak ingin ada keraguan dari orang tua.

"Tapi sistem daring kita tidak mengurangi kualitas belajar mengajar, kalau guru tida mengajar atau siswa tidak belajar akan mudah diketahui ada presensinya," ujarnya.

Sementara itu, Kepala SMKN 6 Surabaya, Bahrun mengatakan, untuk SMK memang diperlukan PTM. Khususnya bagi kelas XII yang akan lulus.

Bagi yang sudah masuk tetap diwajibkan mematuhi protokol kesehatan secara ketat. Seperti pemakaian masker dan posisi tempat duduk dengan jarak minimal satu meter.

"Kalau materi bisa secara daring, tetapi praktek sebagai kompetensi siswa SMK ini butuh pembelajaran tatap muka," tuturnya. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020