Universitas Airlangga (Unair) Surabaya kini mulai fokus pada pengembangan obat baru dan vaksin COVID-19 setelah merampungkan laporan uji klinis kombinasi obat COVID-19 pada Badan Intelijen Negara (BIN).

Rektor Unair Prof Mohammad Nasih mengatakan obat baru yang dikembangkan adalah obat Unair 3, yakni merupakan hasil riset terbaik dari lima senyawa sintetis obat baru yang dikembangkan Unair.

"Untuk obat baru yaitu Unair 3 mempunyai efektivitas lebih tinggi dari senyawa lain yang kami teliti. Saat ini sedang persiapan pengajuan uji klinis ke manusia," ujarnya.

Untuk vaksin COVID-19, Nasih menjelaskan bahwa vaksin yang diberi nama Vaksin Merah Putih itu telah mengalami perkembangan besar dan diharapkan selesai pada pertengahan tahun 2021.

"Vaksin Merah Putih kami untuk COVID-19 mengalami perkembangan besar, secara nasional menjadi prioritas untuk dikembangkan. Kami riset sejak Mei dan Juni, harapannya pertengahan 2021 sudah selesai karena Desember baru kami bisa uji klinis," kata Nasih.

Unair bekerja sama dengan Oxford University, Inggris, melakukan pengujian Vaksin Merah Putih, termasuk uji lainnya yang melibatkan Rumah Sakit Unair (RSUA) dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo, Surabaya.

Pengembangan obat baru dan vaksin COVID-19 yang telah dimulai sejak April 2020 itu membuktikan bahwa Unair tidak hanya fokus pada emergency produk jangka pendek, namun juga jangka panjang obat penawar virus corona yang telah berbulan-bulan menjadi pandemi di seluruh dunia.

Tunggu arahan terkait obat kombinasi

Terkait kombinasi obat yang diteliti Unair, Rektor Unair Prof Mohammad Nasih mengungkapkan laporan perkembangan uji klinis sudah diberikan pada BIN dan TNI AD. Untuk selanjutnya, pihaknya masih menunggu arahan dari BIN untuk pengembangannya.

"BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan pemerintah masih fokus dalam hal vaksin. Artinya obat kombinasi yang sudah kami proses untuk uji klinis saat ini dukungan dari pemerintah sudah berkurang. Yang pasti, kami sangat bersyukur obat kombinasi ini masuk dalam rekomendasi ikatan dokter paru indonesia," ujar Nasih.

Ketiga obat kombinasi penawar COVID-19 temuan Unair, BIN serta TNI AD adalah Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline, serta Hydrochloroquine dan Azithromyci.

Dia mengakui riset kombinasi obat dilakukan dalam rangka jangka pendek untuk segera mengatasi COVID-19. Sehingga jika saat ini sudah masuk pada pengembangan vaksin, maka perlu dikaji lebih lanjut apakah perlu meneruskan riset kombinasi obat.

"Prosesnya riset kombinasi obat ini masih sangat panjang. Masalahnya memang apa situasi ini masih relevan saat vaksin sudah ditemukan. Jadi apakah seimbang nanti pengorbanan kami dengan manfaatnya obat ini. Karena untuk membeli bahan obat juga tidak murah, pada sisi lain relevansinya juga agak berkurang waktunya," katanya.

Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini mengungkapkan meskipun pengembangan kombinasi obat belum berlanjut, pihaknya sebagai perguruan tinggi memang sudah merasakan manfaatnya karena hasil risetnya sudah mendapat pengakuan

"Inginnya kami lebih optimal, tetapi karena SDM terbatas maka kami tidak bisa 100 persen puas dengan hasil yang ada," tuturnya.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020