Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mulai melakukan karantina terpusat bagi warga yang terpapar virus corona kategori orang tanpa gejala (OTG) di Gedung Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Sipil Negara (ASN) setempat.
Sejauh ini ada belasan pasien positif terpapar virus corona sudah mulai dikarantina di Gedung Diklat ASN Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi. Karantina terpusat pasien positif dilakukan seiring jumlah kasus COVID-19 terus bertambah.
"Satgas memutuskan untuk memfasilitasi para pasien corona kategori OTG untuk melakukan isolasi mandiri secara terpusat. Harapannya, dengan isolasi terpisah dari lingkungannya, mereka yang sudah terinfeksi tidak akan menularkan ke sekitarnya," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Banyuwangi dr Widji Lestariono di Banyuwangi, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa dalam menjalani masa isolasi para pasien OTG harus dalam keadaan sehat, baik kondisi tubuhnya maupun pikirannya. Oleh karena itu, ada sejumlah fasilitas yang disiapkan untuk memanjakan pasien OTG, mulai dari kamar yang bersih, fasilitas olahraga, wifi dan lain sebagainya.
"Subuh kami bangunkan untuk shalat bersama, kemudian pukul 06:00 WIB sarapan, dilanjutkan senam di halaman mulai pukul 07:00 WIB agar mereka terkena sinar matahari. Saat sore hari kami siapkan kegiatan olahraga, mulai dari bola plastik dan juga tenis meja," paparnya.
Ketika pasien OTG beraktivitas itulah, katanya, kamar isolasi dibersihkan dan disemprot disinfektan oleh petugas, sehingga saat mereka kembali ke kamar untuk menjalani isolasi, ruangan sudah dalam kondisi steril.
"Usai senam pagi, pasien kembali ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri. Di dalam kamar sudah kami sediakan televisi, wifi, dispenser, dan kompor untuk membuat teh, kopi, maupun mi," tuturnya.
Tak hanya itu, lanjut Rio (sapaan akrabnya), Satgas COVID-19 juga berencana mengundang pemusik jalanan untuk memberi hiburan kepada pasien dua kali dalam seminggu.
"Rencananya juga untuk menggelar pengajian setiap malam Jumat. Ini masih kami kaji. Intinya kami ingin pasien selama menjalani isolasi dalam kondisi bahagia," katanya.
Rio menambahkan dalam setiap aktivitas yang dilakukan pasien OTG diberlakukan protokol kesehatan ketat, termasuk seluruh petugas yang berjaga, tujuannya agar mereka tidak menjadi sumber penularan baru COVID-19.
"Gedung Diklat dijaga ketat oleh petugas gabungan dari TNI/Polri, BPBD dan tenaga kesehatan. Pasien tidak boleh keluar dari lokasi karantina, dan sebaliknya masyarakat dilarang masuk ke dalam area ini," ujar Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi itu.
Dengan penjagaan dan pemberlakuan protokol kesehatan ketat, Rio mengimbau masyarakat sekitar agar tidak khawatir tertular COVID-19 dari pasien OTG yang menjalani karantina di Gedung Diklat ASN.
"Penularan COVID-19 ini kan melalui droplet saat orang berbicara atau bersin. Jarak percikan tersebut satu sampai 1,5 meter. Selama masyarakat tidak masuk ke area karantina, pasti tidak akan tertular," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Sejauh ini ada belasan pasien positif terpapar virus corona sudah mulai dikarantina di Gedung Diklat ASN Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi. Karantina terpusat pasien positif dilakukan seiring jumlah kasus COVID-19 terus bertambah.
"Satgas memutuskan untuk memfasilitasi para pasien corona kategori OTG untuk melakukan isolasi mandiri secara terpusat. Harapannya, dengan isolasi terpisah dari lingkungannya, mereka yang sudah terinfeksi tidak akan menularkan ke sekitarnya," ujar Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Banyuwangi dr Widji Lestariono di Banyuwangi, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa dalam menjalani masa isolasi para pasien OTG harus dalam keadaan sehat, baik kondisi tubuhnya maupun pikirannya. Oleh karena itu, ada sejumlah fasilitas yang disiapkan untuk memanjakan pasien OTG, mulai dari kamar yang bersih, fasilitas olahraga, wifi dan lain sebagainya.
"Subuh kami bangunkan untuk shalat bersama, kemudian pukul 06:00 WIB sarapan, dilanjutkan senam di halaman mulai pukul 07:00 WIB agar mereka terkena sinar matahari. Saat sore hari kami siapkan kegiatan olahraga, mulai dari bola plastik dan juga tenis meja," paparnya.
Ketika pasien OTG beraktivitas itulah, katanya, kamar isolasi dibersihkan dan disemprot disinfektan oleh petugas, sehingga saat mereka kembali ke kamar untuk menjalani isolasi, ruangan sudah dalam kondisi steril.
"Usai senam pagi, pasien kembali ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri. Di dalam kamar sudah kami sediakan televisi, wifi, dispenser, dan kompor untuk membuat teh, kopi, maupun mi," tuturnya.
Tak hanya itu, lanjut Rio (sapaan akrabnya), Satgas COVID-19 juga berencana mengundang pemusik jalanan untuk memberi hiburan kepada pasien dua kali dalam seminggu.
"Rencananya juga untuk menggelar pengajian setiap malam Jumat. Ini masih kami kaji. Intinya kami ingin pasien selama menjalani isolasi dalam kondisi bahagia," katanya.
Rio menambahkan dalam setiap aktivitas yang dilakukan pasien OTG diberlakukan protokol kesehatan ketat, termasuk seluruh petugas yang berjaga, tujuannya agar mereka tidak menjadi sumber penularan baru COVID-19.
"Gedung Diklat dijaga ketat oleh petugas gabungan dari TNI/Polri, BPBD dan tenaga kesehatan. Pasien tidak boleh keluar dari lokasi karantina, dan sebaliknya masyarakat dilarang masuk ke dalam area ini," ujar Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi itu.
Dengan penjagaan dan pemberlakuan protokol kesehatan ketat, Rio mengimbau masyarakat sekitar agar tidak khawatir tertular COVID-19 dari pasien OTG yang menjalani karantina di Gedung Diklat ASN.
"Penularan COVID-19 ini kan melalui droplet saat orang berbicara atau bersin. Jarak percikan tersebut satu sampai 1,5 meter. Selama masyarakat tidak masuk ke area karantina, pasti tidak akan tertular," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020