Perajin kain batik di Kota Kediri, Jawa Timur, mengaku penjualan produk mereka saat pandemi COVID-19 relatif masih lancar, sebab mereka juga mengembangkan berbagai produk seperti masker.
"Alhamdulillah kami tetap ada pesanan, walaupun tidak begitu banyak. Motif yang disukai paling banyak kuda lumping," kata pemilik kerajinan batik asal Kota Kediri "Numansa Batik" Nunung Wiwin Arianto di Kediri, Jumat.
Nunung yang tinggal di Kelurahan Dermo, Kota Kediri tersebut mengaku usaha ini dibangun sudah cukup lama. Ia lalu mengembangkan dan hingga kini banyak pesanan. Dalam satu bulan di masa pandemi COVID-19 ini ada sekitar 70 potong kain batik yang berhasil terjual. Pembeli juga berasal dari berbagai daerah di Kediri dan sekitarnya.
Harga kain batik, juga tergantung motif. Harganya beragam mulai dari Rp150 ribu per potong hingga Rp400 ribu per potong. Namun, yang pesanan harganya relatif lebih mahal antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta.
Kendati di masa pandemi COVID-19, ia juga tetap berinovasi agar usahanya terus berkembang. Dalam satu bulan, setidaknya harus bisa mengeluarkan motif baru, sehingga pelanggan tetap tertarik membelinya.
Selain itu, ia juga mengembangkan masker batik. Bukan hanya untuk dewasa, masker tersebut juga untuk anak-anak. Untuk harganya juga relatif terjangkau. Harga masker yang lapis tiga hingga Rp15.000 per masker dan masker yang biasa Rp8.000 per masker.
Ia mengaku tetap bersyukur dengan kondisi saat ini. Walaupun di tengah pandemi, pesanan masih terus ada. Bahkan, tujuh pekerja di rumahnya juga tetap bisa bekerja, sehingga mereka masih mempunyai pengasilan di tengah pandemi COVID-19.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar menegaskan pemerintah tetap mendukung para perajin di Kota Kediri untuk tetap berkarya.
Dalam peringatan Hari Batik Nasional 2020 tersebut, ia mengajak warga Kota Kediri untuk belanja batik yang dibuat perajin biukan batik printing.
"Kita peringati hari batik dengan belanja batik asli dari Kota Kediri, karena batik dengan asli dari perajin, bukan printing, juga mendukung karya mereka. Ada value di sana," kata Bunda Fey, sapaan akrab Ferry Silviana Abu Bakar.
Ia juga mengatakan, jumlah perajin batik di Kota Kediri juga relatif banyak. Yang terdata di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Kediri ada 30 merek batik. Mereka juga tersebar di berbagai daerah di Kota Kediri, misalnya Kelurahan Dermo, Rejomulyo, dan sejumlah daerah lainnya.
Terkait dengan regenerasi, Bunda Fey mengaku saat ini memang mayoritas masih ibu-ibu yang membuat kerajinan batik, namun ke depan diharapkan anak-anak juga meneruskan kerajinan batik.
Bunda Fey berkunjung ke kerajinan batik, "Numansa Batik" di Kelurahan Dermo, Kota Kediri. Ia ditemani Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar dan sejumlah pejabat di Kota Kediri. Bunda Fey serta Mas Abu, sapaan akrab Wali Kota Kediri juga menyempatkan diri membuat kerajinan batik tersebut dengan mencanting.
Dalam acara itu, juga terdapat anak-anak yang juga membatik masker. Mereka membuat batik dengan beragam gambar tokoh kartun. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Alhamdulillah kami tetap ada pesanan, walaupun tidak begitu banyak. Motif yang disukai paling banyak kuda lumping," kata pemilik kerajinan batik asal Kota Kediri "Numansa Batik" Nunung Wiwin Arianto di Kediri, Jumat.
Nunung yang tinggal di Kelurahan Dermo, Kota Kediri tersebut mengaku usaha ini dibangun sudah cukup lama. Ia lalu mengembangkan dan hingga kini banyak pesanan. Dalam satu bulan di masa pandemi COVID-19 ini ada sekitar 70 potong kain batik yang berhasil terjual. Pembeli juga berasal dari berbagai daerah di Kediri dan sekitarnya.
Harga kain batik, juga tergantung motif. Harganya beragam mulai dari Rp150 ribu per potong hingga Rp400 ribu per potong. Namun, yang pesanan harganya relatif lebih mahal antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta.
Kendati di masa pandemi COVID-19, ia juga tetap berinovasi agar usahanya terus berkembang. Dalam satu bulan, setidaknya harus bisa mengeluarkan motif baru, sehingga pelanggan tetap tertarik membelinya.
Selain itu, ia juga mengembangkan masker batik. Bukan hanya untuk dewasa, masker tersebut juga untuk anak-anak. Untuk harganya juga relatif terjangkau. Harga masker yang lapis tiga hingga Rp15.000 per masker dan masker yang biasa Rp8.000 per masker.
Ia mengaku tetap bersyukur dengan kondisi saat ini. Walaupun di tengah pandemi, pesanan masih terus ada. Bahkan, tujuh pekerja di rumahnya juga tetap bisa bekerja, sehingga mereka masih mempunyai pengasilan di tengah pandemi COVID-19.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar menegaskan pemerintah tetap mendukung para perajin di Kota Kediri untuk tetap berkarya.
Dalam peringatan Hari Batik Nasional 2020 tersebut, ia mengajak warga Kota Kediri untuk belanja batik yang dibuat perajin biukan batik printing.
"Kita peringati hari batik dengan belanja batik asli dari Kota Kediri, karena batik dengan asli dari perajin, bukan printing, juga mendukung karya mereka. Ada value di sana," kata Bunda Fey, sapaan akrab Ferry Silviana Abu Bakar.
Ia juga mengatakan, jumlah perajin batik di Kota Kediri juga relatif banyak. Yang terdata di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Kediri ada 30 merek batik. Mereka juga tersebar di berbagai daerah di Kota Kediri, misalnya Kelurahan Dermo, Rejomulyo, dan sejumlah daerah lainnya.
Terkait dengan regenerasi, Bunda Fey mengaku saat ini memang mayoritas masih ibu-ibu yang membuat kerajinan batik, namun ke depan diharapkan anak-anak juga meneruskan kerajinan batik.
Bunda Fey berkunjung ke kerajinan batik, "Numansa Batik" di Kelurahan Dermo, Kota Kediri. Ia ditemani Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar dan sejumlah pejabat di Kota Kediri. Bunda Fey serta Mas Abu, sapaan akrab Wali Kota Kediri juga menyempatkan diri membuat kerajinan batik tersebut dengan mencanting.
Dalam acara itu, juga terdapat anak-anak yang juga membatik masker. Mereka membuat batik dengan beragam gambar tokoh kartun. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020