Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mulai menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi adanya potensi tsunami 20 meter berdasarkan riset Institut Teknologi Bandung (ITB).
Salah satunya, pemerintah daerah setempat telah mulai melakukan memasang alat sistem peringatan dini (early warning system/ EWS) hingga penyiapan Desa Tangguh Bencana.
"Sejumlah tempat di Banyuwangi pernah mengalami tsunami hingga memakan korban. Dengan adanya hasil riset ITB perlu menjadi perhatian kami, dan sebagai bekal untuk kewaspadaan dan melakukan upaya antisipasi,," ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi Eka Muharram di Banyuwangi, Rabu.
Menurut Eka, dengan adanya hasil penelitian ITB yang menyebutkan potensi terjadinya tsunami di Pantai selatan Jawa menjadi perhatian Pemkab Banyuwangi, karena Banyuwangi memiliki sejumlah kawasan yang berpotensi tsunami.
Katanya, sebagai upaya antisipasi mengaktifkan kembali Desa Tangguh Bencana sudah ada sejak tahun 2013 dan lokasinya pun di wilayah yang dinilai rawan terjadi bencana tsunami.
Ia menyebutkan khusus untuk desa rawan bencana tsunami di Banyuwangi tercatat ada empat desa dan memiliki risiko tinggi, yakni Desa Sarongan, Desa Sumberagung, Desa Pesanggaran, dan Desa Grajagan.
"Keempat desa tersebut sudah terbentuk Desa Tangguh Bencana. Desa Tangguh Bencana ini mempunyai kemampuan mandiri dalam menghadapi bencana hinnga memulihkan diri usai menghadapi bencana. Jadi warga di desa tersebut sudah tahu apa yang harus dilakukan dalam menghadapi bencana, khususya tsunami," paparnya.
Informasi tentang potensi tsunami megathrust, lanjut Eka, warga di empat desa tersebut justru saat ini yang aktif melakukan komunikasi ke pihak BPBD.
"Jadi, karena mereka sudah menyadari risiko tempat tinggal, ketika ada kabar potensi tsunami, warga banyak yang berkoordinasi kepada BPBD," tuturnya.
Selain itu, Pemkab Banyuwangi juga memastikan berfungsinya alat sistem peringatan dini yang terdapat di sejumlah pantai Banyuwangi, dan saat ini ada tiga sistem peringatan dini di Banyuwangi. Sebelumnya, ada sembilan alat yang berfungsi, namun tujuh dalam kondisi rusak karena terjangan ombak tinggi.
"Dari sembilan yang ada, tinggal dua yang berfungsi yakni di Muncar dan Pancer. Ada satu alat baru yang sudah dipasang di Pantai Grajakan. Sehingga total tiga yang berfungsi, rencananya bulan depan akan dipasang lagi satu alat di Pantai Rajegwesi, berikutnya yang rusak akan diperbaiki secara bertahap," tuturnya.
Sebelumnya, Bupati Abdullah Azwar Anas mengikuti rapat koordinasi yang dipimpin Gubernur Jatim Khofifah Indah Parawansa tentang kesiapsiagaan menghadapi tsunami di wilayah Jatim.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Salah satunya, pemerintah daerah setempat telah mulai melakukan memasang alat sistem peringatan dini (early warning system/ EWS) hingga penyiapan Desa Tangguh Bencana.
"Sejumlah tempat di Banyuwangi pernah mengalami tsunami hingga memakan korban. Dengan adanya hasil riset ITB perlu menjadi perhatian kami, dan sebagai bekal untuk kewaspadaan dan melakukan upaya antisipasi,," ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi Eka Muharram di Banyuwangi, Rabu.
Menurut Eka, dengan adanya hasil penelitian ITB yang menyebutkan potensi terjadinya tsunami di Pantai selatan Jawa menjadi perhatian Pemkab Banyuwangi, karena Banyuwangi memiliki sejumlah kawasan yang berpotensi tsunami.
Katanya, sebagai upaya antisipasi mengaktifkan kembali Desa Tangguh Bencana sudah ada sejak tahun 2013 dan lokasinya pun di wilayah yang dinilai rawan terjadi bencana tsunami.
Ia menyebutkan khusus untuk desa rawan bencana tsunami di Banyuwangi tercatat ada empat desa dan memiliki risiko tinggi, yakni Desa Sarongan, Desa Sumberagung, Desa Pesanggaran, dan Desa Grajagan.
"Keempat desa tersebut sudah terbentuk Desa Tangguh Bencana. Desa Tangguh Bencana ini mempunyai kemampuan mandiri dalam menghadapi bencana hinnga memulihkan diri usai menghadapi bencana. Jadi warga di desa tersebut sudah tahu apa yang harus dilakukan dalam menghadapi bencana, khususya tsunami," paparnya.
Informasi tentang potensi tsunami megathrust, lanjut Eka, warga di empat desa tersebut justru saat ini yang aktif melakukan komunikasi ke pihak BPBD.
"Jadi, karena mereka sudah menyadari risiko tempat tinggal, ketika ada kabar potensi tsunami, warga banyak yang berkoordinasi kepada BPBD," tuturnya.
Selain itu, Pemkab Banyuwangi juga memastikan berfungsinya alat sistem peringatan dini yang terdapat di sejumlah pantai Banyuwangi, dan saat ini ada tiga sistem peringatan dini di Banyuwangi. Sebelumnya, ada sembilan alat yang berfungsi, namun tujuh dalam kondisi rusak karena terjangan ombak tinggi.
"Dari sembilan yang ada, tinggal dua yang berfungsi yakni di Muncar dan Pancer. Ada satu alat baru yang sudah dipasang di Pantai Grajakan. Sehingga total tiga yang berfungsi, rencananya bulan depan akan dipasang lagi satu alat di Pantai Rajegwesi, berikutnya yang rusak akan diperbaiki secara bertahap," tuturnya.
Sebelumnya, Bupati Abdullah Azwar Anas mengikuti rapat koordinasi yang dipimpin Gubernur Jatim Khofifah Indah Parawansa tentang kesiapsiagaan menghadapi tsunami di wilayah Jatim.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020