Komunitas seniman dan budayawan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengapresiasi kinerja pemerintah daerah setempat selama sepuluh tahun terakhir dalam mengembangkan seni budaya.
Pelaksana Tugas Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Banyuwangi Hasan Basri, Jumat, mengatakan bahwa Pemkab Banyuwangi telah berhasil membuat citra kebudayaan dan kesenian daerah menjadi tersohor di tingkat nasional bahkan dunia.
"Berbagai event yang mengundang seni budaya Banyuwangi ke level internasional telah membuktikan itu. Seni budaya daerah telah diangkat ke level yang membuat kami bangga," ujarnya.
Kata Hasan, keberhasilan tersebut membuat masyarakat Banyuwangi semakin percaya diri menunjukkan identitas budaya dan kearifan lokal yang telah lama tenggelam.
"Dulu, kami pakai udeng itu malu, sekarang ini dengan memakai udeng kami lebih percaya diri. Langkah pemerintah daerah turut mengembangkan seni dan budaya sudah tepat," ucapnya.
Menurut ia, seniman tentu ikut merasakan berkahnya dan putaran ekonominya dan para pegiat pariwisata juga merasakan hal serupa.
Selain itu, Hasan mengapresiasi langkah Banyuwangi yang menjadikan kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu menjadi destinasi arsitektur yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Bupati Abdullah Azwar Anas, lanjut ia, selama 10 tahun terakhir telah menjadikan arsitektur lokal sebagai kiblat pembangunan fisik yang ada di daerah.
"Dulu pemerintah memberikan subsidi untuk mempertahankan rumah adatnya, tetapi sekarang masyarakat berlomba-lomba turut membangun rumah adat ataupun gedung berasitektur lokal," tuturnya.
Sementara itu, Bupati Abdullah Azwar Anas menilai komunikasi antarseniman dan pemerintah sangat penting dibangun untuk kemajuan bersama. Selama sepuluh tahun pemerintah mencoba hadir untuk menumbuhkembangakan seni budaya lokal di tengah arus modernisasi.
Kata Anas, kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Banyuwangi, dan ke depan perlu terus dikembangkan, sehingga masyarakat terutama generasi muda mengenal dan memahami seni dan budayanya.
Menurut Anas, festival budaya bukan hanya soal pariwisata, tetapi juga instrumen untuk meredam radikalisme dengan cara meningkatkan ekonomi rakyat.
"Festival budaya bukan hanya pariwisata, tetapi cara ini efektif untuk meredam radikaliasme, kearifan lokal harus ditumbuh kembangkan, maka seniman, budaya, dan kesenian itu suatu oksigen yang harus dijaga," kata Anas.
Ketua Dewan Pembina Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Samsudin Adlawi mengatakan, saat ini memang merupakan masa yang sulit bagi pekerja seni di berbagai belahan dunia. Namun, Samsudin berpesan, agar seniman Banyuwangi tetap kompak dan bersatu untuk tetap memajukan dan membesarkan kesenian daerah.
"Karena selama beberapa tahun belakangan kesenian Banyuwangi mulai dikenal di kancah nasional hingga ke tingkat global, maka kita harus pertahankan prestasi ini dengan tetap kompak menjaga eksistensi kesenian daerah," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Pelaksana Tugas Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Banyuwangi Hasan Basri, Jumat, mengatakan bahwa Pemkab Banyuwangi telah berhasil membuat citra kebudayaan dan kesenian daerah menjadi tersohor di tingkat nasional bahkan dunia.
"Berbagai event yang mengundang seni budaya Banyuwangi ke level internasional telah membuktikan itu. Seni budaya daerah telah diangkat ke level yang membuat kami bangga," ujarnya.
Kata Hasan, keberhasilan tersebut membuat masyarakat Banyuwangi semakin percaya diri menunjukkan identitas budaya dan kearifan lokal yang telah lama tenggelam.
"Dulu, kami pakai udeng itu malu, sekarang ini dengan memakai udeng kami lebih percaya diri. Langkah pemerintah daerah turut mengembangkan seni dan budaya sudah tepat," ucapnya.
Menurut ia, seniman tentu ikut merasakan berkahnya dan putaran ekonominya dan para pegiat pariwisata juga merasakan hal serupa.
Selain itu, Hasan mengapresiasi langkah Banyuwangi yang menjadikan kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu menjadi destinasi arsitektur yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Bupati Abdullah Azwar Anas, lanjut ia, selama 10 tahun terakhir telah menjadikan arsitektur lokal sebagai kiblat pembangunan fisik yang ada di daerah.
"Dulu pemerintah memberikan subsidi untuk mempertahankan rumah adatnya, tetapi sekarang masyarakat berlomba-lomba turut membangun rumah adat ataupun gedung berasitektur lokal," tuturnya.
Sementara itu, Bupati Abdullah Azwar Anas menilai komunikasi antarseniman dan pemerintah sangat penting dibangun untuk kemajuan bersama. Selama sepuluh tahun pemerintah mencoba hadir untuk menumbuhkembangakan seni budaya lokal di tengah arus modernisasi.
Kata Anas, kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki Banyuwangi, dan ke depan perlu terus dikembangkan, sehingga masyarakat terutama generasi muda mengenal dan memahami seni dan budayanya.
Menurut Anas, festival budaya bukan hanya soal pariwisata, tetapi juga instrumen untuk meredam radikalisme dengan cara meningkatkan ekonomi rakyat.
"Festival budaya bukan hanya pariwisata, tetapi cara ini efektif untuk meredam radikaliasme, kearifan lokal harus ditumbuh kembangkan, maka seniman, budaya, dan kesenian itu suatu oksigen yang harus dijaga," kata Anas.
Ketua Dewan Pembina Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Samsudin Adlawi mengatakan, saat ini memang merupakan masa yang sulit bagi pekerja seni di berbagai belahan dunia. Namun, Samsudin berpesan, agar seniman Banyuwangi tetap kompak dan bersatu untuk tetap memajukan dan membesarkan kesenian daerah.
"Karena selama beberapa tahun belakangan kesenian Banyuwangi mulai dikenal di kancah nasional hingga ke tingkat global, maka kita harus pertahankan prestasi ini dengan tetap kompak menjaga eksistensi kesenian daerah," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020