Pemerintah Provinsi Jawa Timur berencana membangun sejumlah kios anjungan belajar mandiri (ABM) dan mendistribusikannya ke sejumlah daerah terpencil yang tidak terjangkau sinyal untuk sarana pendukung pembelajaran daring siswa sekolah.
"Ini khusus untuk daerah yang tidak terjangkau sinyal telekomunikasi sehingga program pembelajaran daring tidak berjalan efektif," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Ramliyanto dalam webinar bertema Simalakama Pembelajaran Tatap Muka di Jawa Timur yang digelar Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Tulungagung bekerjasama dengan komunitas Jurnalis Sahabat Anak (JSA) dan UNICEF, Kamis.
Dinas Pendidikan menilai perlu ada terobosan solusi dalam bentuk anjungan belajar mandiri ini. Sebab dengan mesin ABM tersebut, nantinya seluruh siswa dapat mengunduh soal dan materi pembelajaran yang disediakan.
"Ada buku paket, materi pembelajaran hingga materi try out. Siswa tinggal mengunduh di mesin tersebut lalu mencetaknya dengan mesin print," ujarnya.
Ramliyanto menyebutkan salah satu daerah yang akan diprioritaskan mendapat pasokan kios ABM adalah Kepulauan Masalembu, Madura.
Hal itu didasarkan pada kondisi daerah tersebut yang tidak terjangkau sinyal telekomunikasi.
"Anak-anak sekolah di Masalembu tidak bisa melaksanakan daring. Mereka nanti akan dapat kios ABM ini. Anak-anak bisa ambil bahan ajar dari alat tersebut," katanya.
Terkait masih ada kawasan yang tidak terjangkau sinyal internet, Dindik Provinsi Jawa Timur juga telah menyurati PT Telkom untuk segera melakukan perluasan cakupan sinyal internet di daerah-daerah terpencil di Jawa Timur.
Hasilnya, oleh PT Telkom permintaan itu telah dijawab dengan kesanggupan memperluas jaringan internet di daerah.
Pemprov Jawa Timur sendiri saat ini baru memulai uji coba sekolah tatap muka tahap kedua, untuk siswa SMA/SMK sederajat.
Uji coba kedua dilaksanakan pada 25 persen dari seluruh sekolah SMK di Jawa Timur mulai 31 Agustus 2020. Disusul 25 persen lagi di tingkat SMA mulai 7 September 2020 mendatang.
"Jumlah siswa yang dimasukkan untuk daerah dengan zona kuning sebanyak 50 persen, sedangkan zona oranye sebanyak 25 persen dari jumlah siswa," kata Ramliyanto.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Ini khusus untuk daerah yang tidak terjangkau sinyal telekomunikasi sehingga program pembelajaran daring tidak berjalan efektif," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Ramliyanto dalam webinar bertema Simalakama Pembelajaran Tatap Muka di Jawa Timur yang digelar Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Tulungagung bekerjasama dengan komunitas Jurnalis Sahabat Anak (JSA) dan UNICEF, Kamis.
Dinas Pendidikan menilai perlu ada terobosan solusi dalam bentuk anjungan belajar mandiri ini. Sebab dengan mesin ABM tersebut, nantinya seluruh siswa dapat mengunduh soal dan materi pembelajaran yang disediakan.
"Ada buku paket, materi pembelajaran hingga materi try out. Siswa tinggal mengunduh di mesin tersebut lalu mencetaknya dengan mesin print," ujarnya.
Ramliyanto menyebutkan salah satu daerah yang akan diprioritaskan mendapat pasokan kios ABM adalah Kepulauan Masalembu, Madura.
Hal itu didasarkan pada kondisi daerah tersebut yang tidak terjangkau sinyal telekomunikasi.
"Anak-anak sekolah di Masalembu tidak bisa melaksanakan daring. Mereka nanti akan dapat kios ABM ini. Anak-anak bisa ambil bahan ajar dari alat tersebut," katanya.
Terkait masih ada kawasan yang tidak terjangkau sinyal internet, Dindik Provinsi Jawa Timur juga telah menyurati PT Telkom untuk segera melakukan perluasan cakupan sinyal internet di daerah-daerah terpencil di Jawa Timur.
Hasilnya, oleh PT Telkom permintaan itu telah dijawab dengan kesanggupan memperluas jaringan internet di daerah.
Pemprov Jawa Timur sendiri saat ini baru memulai uji coba sekolah tatap muka tahap kedua, untuk siswa SMA/SMK sederajat.
Uji coba kedua dilaksanakan pada 25 persen dari seluruh sekolah SMK di Jawa Timur mulai 31 Agustus 2020. Disusul 25 persen lagi di tingkat SMA mulai 7 September 2020 mendatang.
"Jumlah siswa yang dimasukkan untuk daerah dengan zona kuning sebanyak 50 persen, sedangkan zona oranye sebanyak 25 persen dari jumlah siswa," kata Ramliyanto.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020