Kabupaten Jember pada Agustus 2020 mengalami deflasi sebesar 0,11 persen yang dipicu turunnya harga daging ayam ras sebagai penyumbang deflasi tertinggi di daerah setempat.
Kasi Statistik Distribusi BPS Jember Candra Birawa di Jember, Selasa, mengatakan pada bulan Agustus 2020 Kabupaten Jember mengalami deflasi sebesar 0,11 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 104,65 persen.
"Dari sebelas kelompok pengeluaran, dua kelompok pengeluaran mengalami inflasi, tiga kelompok pengeluaran mengalami deflasi, dan sisanya stabil," kata Candra dalam rilis inflasi secara daring di Kantor BPS Jember, Jawa Timur, Selasa.
Menurutnya, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,53 persen dan kelompok yang mengalami inflasi terendah adalah kelompok transportasi sebesar 0,13 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi terbesar adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,07 persen, kemudian deflasi terendah adalah kelompok kesehatan sebesar 0,02 persen.
Candra mengatakan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah emas perhiasan, minyak goreng, bawang putih, angkutan udara, dan tongkol diawetkan.
"Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, tomat, dan cabai merah," katanya.
Candra menjelaskan emas menjadi komoditas tertinggi penyumbang inflasi karena emas masih menjadi primadona investasi safe-haven (aset investasi aman) di tengah gejolak situasi dunia yang tidak menentu. Sempat melemah beberapa saat, namun harga emas masih terus merangkak hingga akhir Agustus 2020.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam ras seiring dengan mulai diberlakukannya era adaptasi baru sehingga kebutuhan pangan di daerah tercukupi, baik dari produksi maupun perdagangan antar-wilayah.
"Stok pangan terpenuhi di pasar, meskipun daya beli masyarakat dinilai masih cukup rendah karena pandemi COVID-19," katanya.
Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, tiga kota mengalami inflasi dan lima kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Surabaya sebesar 0,07 persen, diikuti Kabupaten Sumenep sebesar 0,03 persen, dan inflasi terendah di Kota Kediri sebesar 0,02 persen.
Kemudian deflasi terbesar terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,11 persen, diikuti oleh Kota Probolinggo sebesar 0,07 persen, Kota Malang deflasi sebesar 0,06 persen, Kota Madiun deflasi sebesar 0,02 persen, dan terendah di Kabupaten Banyuwangi deflasi sebesar 0,01 persen.
"Bila ditinjau menurut inflasi year-to-date (Agustus 2020 terhadap Desember 2019), inflasi tertinggi terjadi Kabupaten Jember sebesar 1,27 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Surabaya sebesar 0,82 persen," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kasi Statistik Distribusi BPS Jember Candra Birawa di Jember, Selasa, mengatakan pada bulan Agustus 2020 Kabupaten Jember mengalami deflasi sebesar 0,11 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 104,65 persen.
"Dari sebelas kelompok pengeluaran, dua kelompok pengeluaran mengalami inflasi, tiga kelompok pengeluaran mengalami deflasi, dan sisanya stabil," kata Candra dalam rilis inflasi secara daring di Kantor BPS Jember, Jawa Timur, Selasa.
Menurutnya, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,53 persen dan kelompok yang mengalami inflasi terendah adalah kelompok transportasi sebesar 0,13 persen.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi terbesar adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,07 persen, kemudian deflasi terendah adalah kelompok kesehatan sebesar 0,02 persen.
Candra mengatakan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah emas perhiasan, minyak goreng, bawang putih, angkutan udara, dan tongkol diawetkan.
"Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras, tomat, dan cabai merah," katanya.
Candra menjelaskan emas menjadi komoditas tertinggi penyumbang inflasi karena emas masih menjadi primadona investasi safe-haven (aset investasi aman) di tengah gejolak situasi dunia yang tidak menentu. Sempat melemah beberapa saat, namun harga emas masih terus merangkak hingga akhir Agustus 2020.
Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam ras seiring dengan mulai diberlakukannya era adaptasi baru sehingga kebutuhan pangan di daerah tercukupi, baik dari produksi maupun perdagangan antar-wilayah.
"Stok pangan terpenuhi di pasar, meskipun daya beli masyarakat dinilai masih cukup rendah karena pandemi COVID-19," katanya.
Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, tiga kota mengalami inflasi dan lima kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Surabaya sebesar 0,07 persen, diikuti Kabupaten Sumenep sebesar 0,03 persen, dan inflasi terendah di Kota Kediri sebesar 0,02 persen.
Kemudian deflasi terbesar terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,11 persen, diikuti oleh Kota Probolinggo sebesar 0,07 persen, Kota Malang deflasi sebesar 0,06 persen, Kota Madiun deflasi sebesar 0,02 persen, dan terendah di Kabupaten Banyuwangi deflasi sebesar 0,01 persen.
"Bila ditinjau menurut inflasi year-to-date (Agustus 2020 terhadap Desember 2019), inflasi tertinggi terjadi Kabupaten Jember sebesar 1,27 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Surabaya sebesar 0,82 persen," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020