Seiring mulai diberlakukannya karantina massal di salah satu pondok pesantren di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pemerintah daerah setempat juga menyediakan 18.000 porsi makanan untuk kebutuhan makan setiap hari bagi penghuni di pesantren itu.

Dapur umum telah didirikan di tanah lapang yang tidak jauh dari pondok pesantren dan lapangan itu dibuat menjadi pusat dapur umum yang berstandar kesehatan, demikian pula rumah sakit mini telah didirikan sejak beberapa hari lalu oleh Pemkab Banyuwangi.

"Tiap hari dibutuhkan 18.000 porsi makanan untuk sarapan, makan siang dan malam, selama 14 hari. Ini semua disiapkan oleh Pemprov Jatim, Pemkab Banyuwangi dan TNI," kata Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Heru Tjahjono saat meninjau dapur umum di Lapangan Kaligesing, Blokagung, Banyuwangi, Senin.

Baca juga: Satgas COVID-19 berlakukan karantina massal di pondok pesantren Banyuwangi

Menurut Heru, menyiapkan 18.000 konsumsi setiap hari bukan hal mudah, apalagi makanan harus memenuhi standar kesehatan yang telah diatur jumlah kalori dan higienisitasnya. Selain itu, makanan juga harus kembali dikontrol dan dilakukan keamanan makanannya.

"Karena itu, sesuai arahan Ibu Gubernur, Pemprov Jatim dan Pemkab Banyuwangi memenuhi kebutuhan logistik pondok. Kami semua bahu-membahu menangani pondok pesantren ini. Dari kementerian, pemprov, pemkab, TNI/Polri, dan semua pihak yang membantu penanganan di sini," tutur Sekdaprov.

Baca juga: Melonjak 346 kasus, pasien COVID-19 di Banyuwangi jadi 687 orang

Kata Heru, selama tiga hari ke depan, Pemprov Jatim membantu menyediakan makan untuk sarapan, sedangkan makan siang dan malam disediakan Pemkab Banyuwangi.

"Sementara mulai Kamis (3/9) besok sudah akan ada pemilahan dapur. Sebanyak 3.000 porsi akan disiapkan TNI, 1.500 porsi dari Pemprov Jatim, dan 1.500 porsi dari Pemkab Banyuwangi. Setiap harinya akan seperti itu, jadi bisa cepat. Karena memang 6.000 porsi per waktu makan adalah jumlah yang besar, jadi membutuhkan banyak tenaga," paparnya.

Baca juga: Kemenkes supervisi langsung penanganan kasus COVID-19 di ponpes Banyuwangi
Rumah sakit mini yang didirikan pemkab untuk penanganan kasus infeksi COVID-19 yang menimpa ratusan santri di salah satu pesantren di Banyuwangi. (ANTARA/HO-Humas Pemkab Banyuwangi/nov)

Ketua Rumpun Tracing Satgas Penanganan COVID-19 Jatim dr Kohar Hari Santoso mengatakan bahwa selama proses karantina tidak boleh ada yang keluar masuk pondok, kecuali tenaga medis dengan tugas dan penanganan khusus.

Ia mengatakan makanan terpenting untuk konsumsi para santri di pondok pesantren tersebut adalah nilai gizi dan kebersihannya.

"Yang terpenting adalah gizi dan kebersihannya, makanya kami jaga benar," ucapnya.

Baca juga: Banyuwangi catat lonjakan 100 kasus baru COVID-19, terbanyak selama pandemi

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas yang dua hari berturut-turut meninjau langsung penanganan COVID-19 di pondok pesantren itu mengajak seluruh warga untuk turut mendoakan kesembuhan para santri.

"Doakan, jangan di-bully. COVID-19 bukan aib, kita dukung para santri kembali sehat," tuturnya.

Baca juga: Tangani kasus COVID-19 di pesantren, Pemkab Banyuwangi dirikan rumah sakit mini

Bupati Anas mengatakan pemerintah daerah setempat terus melakukan berbagai langkah penanganan kasus COVID-19 di pondok pesantren di Blokagung, Banyuwangi.

"Bahwa ada kendala teknis seperti hari pertama kemarin soal makanan, kami minta maaf karena selain jumlah makanan yang sangat besar, kemarin kami mencari alur distribusi yang pas. Tapi, hari ini perlahan sudah tertangani," katanya.

Data sebaran COVID-19 di Kabupaten Banyuwangi hingga hari ini tercatat ada penambahan satu kasus sehingga total pasien positif corona mencapai 772 orang.

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020