Petugas Lapas Kelas II B Mojokerto, Jawa Timur, melakukan tes cepat terhadap sekitar 40 orang warga binaan pemasyarakatan setelah ditemukan lima orang narapidana dan tahanan serta sembilan orang pegawai lapas yang positif terpapar COVID-19.
Kepala Lapas Kelas IIB Mojokerto Wahyu Susetyo dihubungi di Mojokerto, Selasa, mengatakan untuk mencegah penyebaran virus corona, pihaknya memeriksa sebanyak 641 orang warga binaan yang terdiri narapidana dan tahanan.
"Setiap napi dan tahanan yang menderita flu diminta menjalani rapid test. Sejauh ini sudah ada 40 warga binaan yang di-rapid-test. Hasilnya 20 orang reaktif dan telah kami isolasi di kamar yang terpisah dari warga binaan yang lain," katanya.
Ia menjelaskan pihaknya masih belum memastikan sumber penularan COVID-19 yang menginfeksi sembilan orang petugas dan lima orang narapidana di lapas setempat.
"Karena kami dengan tempat terbatas, jumlah warga binaan yang banyak, kemungkinan dari mereka. Tak menutup memungkinkan teman-teman kami sendiri yang membawa dari luar," ujarnya.
Sementara itu, kunjungan keluarga para napi dan tahanan sudah dihentikan sejak virus corona mewabah pada Maret lalu. "Lapas Mojokerto hanya menerima titipan makanan dari keluarga warga binaan," ucapnya.
Ia menjelaskan sejak wabah COVID-19 terjadi, pihaknya melarang warga binaan dibesuk oleh keluarganya. Pihak keluarga hanya bisa menitipkan makanan untuk 642 tahanan dan narapidana penghuni Lapas Mojokerto.
Dengan begitu, praktis para warga binaan hanya berinteraksi dengan sesama penghuni dan para petugas lapas. Meski begitu, Wahyu belum bisa memastikan penyebab sembilan pegawai dan lima warga binaan terinfeksi virus corona.
"Kami belum tahu penyebabnya dari mana. Karena kami ini dengan tempat yang terbatas dengan jumlah (warga binaan) yang banyak, kemungkinan dari mereka ke mereka," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kepala Lapas Kelas IIB Mojokerto Wahyu Susetyo dihubungi di Mojokerto, Selasa, mengatakan untuk mencegah penyebaran virus corona, pihaknya memeriksa sebanyak 641 orang warga binaan yang terdiri narapidana dan tahanan.
"Setiap napi dan tahanan yang menderita flu diminta menjalani rapid test. Sejauh ini sudah ada 40 warga binaan yang di-rapid-test. Hasilnya 20 orang reaktif dan telah kami isolasi di kamar yang terpisah dari warga binaan yang lain," katanya.
Ia menjelaskan pihaknya masih belum memastikan sumber penularan COVID-19 yang menginfeksi sembilan orang petugas dan lima orang narapidana di lapas setempat.
"Karena kami dengan tempat terbatas, jumlah warga binaan yang banyak, kemungkinan dari mereka. Tak menutup memungkinkan teman-teman kami sendiri yang membawa dari luar," ujarnya.
Sementara itu, kunjungan keluarga para napi dan tahanan sudah dihentikan sejak virus corona mewabah pada Maret lalu. "Lapas Mojokerto hanya menerima titipan makanan dari keluarga warga binaan," ucapnya.
Ia menjelaskan sejak wabah COVID-19 terjadi, pihaknya melarang warga binaan dibesuk oleh keluarganya. Pihak keluarga hanya bisa menitipkan makanan untuk 642 tahanan dan narapidana penghuni Lapas Mojokerto.
Dengan begitu, praktis para warga binaan hanya berinteraksi dengan sesama penghuni dan para petugas lapas. Meski begitu, Wahyu belum bisa memastikan penyebab sembilan pegawai dan lima warga binaan terinfeksi virus corona.
"Kami belum tahu penyebabnya dari mana. Karena kami ini dengan tempat yang terbatas dengan jumlah (warga binaan) yang banyak, kemungkinan dari mereka ke mereka," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020