Kisah duka mulai dirasakan Miratika Puji Rahayu (28) sejak pertengahan tahun kemarin karena Shabrina Dea Azzahra (5), putri semata wayangnya yang terdiagnosa penyakit Leukimia hingga saat ini.

Ayu, sapaan akrabnya menceritakan jika anaknya sering mengalami demam dan sakit kepala sebelum akhirnya dilarikan ke rumah sakit.

"Sebelum saya bawa ke rumah sakit, anak saya sering rewel. Mungkin karena sakit kepala yang dia rasakan. Suhu badannya juga naik turun. Takut makin parah, saya bawa dia ke rumah sakit,” tutur Ayu, saat ditemui di kediamannya, Kamis.

Ia mengatakan, jika selama perawatan tak ada biaya sedikit pun yang dia keluarkan untuk rumah sakit. Dari pelayanan hingga pemberian obat semua ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Ia senang karena manfaat Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) benar-benar adanya. Apalagi anaknya dirawat dalam kurun waktu yang lama.

"Saya bersyukur saat gelisah biaya, kartu ini (JKN-KIS) jadi penolong saya dan keluarga. Karena gak tega kalau harus bawa pulang tapi kondisi anak masih kritis. Kalau diingat, Seminggu lebih kami di rumah sakit," katanya.

Setelah dua bulan setelah keluar rumah sakit, Ayu kembali gelisah lantaran mata sang anak terlihat lebam dan keluar bintik-bintik merah. Penasaran dengan gejala yang terlihat, sang ibu lekas membawanya lagi ke rumah sakit.

Namun, kegelisahan itu semakin bertambah lantaran gusi sang anak terlihat berdarah. Ayu lantas minta rujukan ke salah satu rumah sakit di Kota Malang untuk dapat pelayanan medis yang lebih lengkap.

"Sepulang dari rumah sakit, anak saya terlihat lesu. Beberapa gejala baru mulai muncul. Matanya terlihat lebam dan keluar bintik-bintik merah di sekitar badan. Takut demam berdarah, saya bawa dia ke rumah sakit. Beberapa jam di sana, gusinya keluar darah. Saya dan suami makin khawatir karena kondisinya kian parah. Hari itu juga kami minta rujukan ke RSSA (Rumah Sakit Saiful Anwar)," kenang ibu satu anak ini.

Setibanya di sana, Dea, panggilan sang anak, lantas menerima penanganan intensif. Beberapa tes medis dilakukan guna mengetahui jenis penyakit yang ia derita. Kepastian Leukimia muncul setelah dokter melakukan Bone Marrow Puncture (BMP), salah satu tes yang mengambil dan memeriksa sel darah di sumsum tulang.

Hal ini menjadi pukulan telak bagi Ayu dan suami. Mereka tak menyangka jika putrinya harus menerima cobaan berat di usianya yang belia. Akibat vonis ini, Dea harus tidur 2 Minggu di rumah sakit. Di sisi lain, Ayu bersyukur lantaran tak ada biaya yang dibebankan selama perawatan sang anak. Kemudahan itu ia peroleh setelah menjadi Peserta JKN-KIS. Meski begitu, ia lega lantaran sang anak menerima pelayanan yang baik dan optimal.

"Sampai di Malang, anak saya di bawa ke ruang UGD (Unit Gawat Darurat). Beberapa kali dokter melakukan tes medis di sana. Saya dan suami syok mengetahui Dea Leukimia. Dokter memberi kepastian lewat tes BMP. Saya sempat nangis, seperti gak punya ati jika lihat anak saya. Saya masih gak percaya kalau Dea benar-benar Leukimia. Saya sempat stress karena kepikiran juga soal biaya. Syukur Alhamdulillah, ada JKN-KIS yang membayarnya. Saya takut karena begitu banyak penanganan dokter untuk Dea. Belum lagi dia wajib kemo tiap Minggu. Sudah berapa puluh juta yang harus dibayar kalau untuk kemo saja sudah mahal? JKN-KIS seolah jadi malaikat keluarga saya," katanya.

Paskarawat inap terakhir, Dea harus jalani kemo rutin tiap minggu. Perawatan ini dilakukan selama 4 bulan penuh. Ayu mengaku sang anak mulai ada perkembangan dari perawatan tersebut. Hingga beberapa bulan berjalan, Dea hanya perlu sekali kemo dalam 5 minggu.

Ayu dan suami pasrah dengan segala keputusan dokter, terpenting putri mereka riang kembali. Menurut Ayu, sang anak harus menjalani perawatan kemo selama 2 tahun ke depan. Ia bersyukur semua biaya perawatan telah ditanggung BPJS Kesehatan. Ia terharu dengan kebaikan Program JKN-KIS yang telah memberi dampak besar untuk anaknya.

Ia mengaku jika biaya perawatan Dea mencapai 86 juta. Di akhir obrolan, ia mengucap banyak terima kasih untuk BPJS Kesehatan. Ia juga berharap Program JKN-KIS senantiasa ada untuk kebaikan masyarakat Indonesia. (*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020