Sejak didiagnosa menderita gagal ginjal pada tahun 2018, Adi Kurniawan (47), seorang warga yang tinggal di Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember, harus menjalani cuci darah atau hemodialisa secara rutin.

Cuci darah atau hemodialisa menjadi prosedur khusus bagi para pasien penderita gagal ginjal dan merupakan kegiatan rutin yang wajib dilakukan karena ginjal kehilangan kemampuannya untuk menyaring cairan dan sisa-sisa makanan.

"Awalnya cuci darah tersebut harus dilakukan di Kota Surabaya, namun pada 1 November 2018 dirujuk untuk melakukan cuci darah di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi Jember dan kemudian ke RS Kaliwates," kata Adi Kurniawan.

Setiap kali melakukan cuci darah tentu diperlukan biaya yang tidak sedikit dan pasien gagal ginjal harus membayar biaya pelayanan sekitar Rp1 juta untuk satu kali menjalani cuci darah dan biaya tersebut, belum termasuk biaya lainnya apabila memerlukan obat-obatan tambahan atau perawatan tambahan lainnya di rumah sakit. 

Dengan biaya yang sangat besar, jelaslah pasien gagal ginjal merasa khawatir dengan biaya yang harus dikeluarkan, namun kekhawatiran itu sirna bagi para pasien gagal ginjal yang menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) karena program itu menanggung penuh biaya cuci darah pasien gagal ginjal sesuai prosedur yang berlaku.

"Kebetulan saya sudah menjadi peserta dalam program JKN-KIS, sehingga saya tidak terlalu memikirkan biaya karena sudah dicover BPJS Kesehatan dan saya juga merasa terbantu untuk obat-obatan yang dicover BPJS," tuturnya.

Pria yang merupakan aparatur sipil negara (ASN) itu merasa bersyukur dengan adanya Program JKN-KIS yang telah sangat membantunya selama tiga tahun terakhir dalam melakukan cuci darah secara rutin secara gratis karena sudah ditanggung BPJS Kesehatan.

Ia menjelaskan pelayanan di rumah sakit selama menjadi peserta JKN-KIS juga tidak ada perbedaan dengan pasien umum karena pihak rumah sakit sudah memberikan pelayanan yang optimal.

"Tidak ada perbedaan pelayanan dan menurut saya pelayanan rumah sakit sudah cukup bagus. Pelayanan cuci darah di masing-masing rumah sakit memang tidak sama karena tergantung jumlah perawat dan alatnya, namun secara umum pelayanan sudah bagus," katanya.

Adi mengatakan manfaat menjadi peserta JKN-KIS tidak hanya dirasakan nya sendiri, namun anaknya juga pernah mendapatkan manfaatnya saat didiagnosa mengalami usus buntu, sehingga harus operasi.

"Saat operasi usus buntu sama sekali juga tidak mengeluarkan biaya karena semuanya sudah ditanggung. Saya ucapkan terima kasih kepada BPJS Kesehatan," ujarnya. 

Ia mengucapkan terima kasih kepada peserta JKN-KIS yang rutin membayar iuran demi menolong sesama peserta dan berpesan kepada masyarakat yang belum menjadi peserta JKN-KIS, agar segera mendaftarkan diri dan keluarganya karena ada banyak sekali manfaat yang didapat setelah terdaftar sebagai peserta JKN-KIS.

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020