Memasuki masa normal baru, masker menjadi "aksesoris" yang wajib dikenakan oleh semua orang yang hendak beraktivitas di luar rumah termasuk berolahraga.
Kendati demikian, akhir-akhir ini beredar video yang memberitakan tentang bahaya berolahraga dengan menggunakan masker.
Dokter spesialis kedokteran olahraga dr. Michael Triangto, SpKO menjelaskan bahwa berolahraga menggunakan masker masih aman dilakukan namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Hal pertama yang perlu diperhatikan menurut Michael adalah tujuan berolahraga dan intensitasnya.
"Bila tujuannya untuk sehat tentunya yang bersangkutan hanya boleh melakukan olahraganya berintensitas ringan sampai sedang saja, sehingga tidak akan terganggu dengan penggunaan masker sesuai dengan peraturan PSBB," jelas Michael melalui pesan singkat yang diterima Antara, Selasa.
Sementara untuk yang ingin tetap berolahraga berat tentunya tidak akan dapat dilarang, dengan demikian boleh tetap dilakukan namun dianjurkan dilakukan di dalam rumah sehingga tidak akan terkena kewajiban menggunakan masker.
"Yang perlu dipahami benar adalah olahraga berintensitas berat hanya diperuntukkan bagi atlet yang mau bertanding sehingga tujuan kesehatan bukanlah menjadi prioritas utama mereka," jelas Michael.
Selain itu, jenis masker yang dikenakan juga harus diperhatikan. Michael menyarankan penggunaan masker bedah atau masker kain yang banyak di pasaran, untuk digunakan saat hendak berolahraga di luar rumah.
Meskipun dua jenis masker ini tergolong masker yang memiliki kemampuan rendah untuk menyaring udara, namun tidak akan terlalu menyesakkan dan masih tergolong nyaman ketika dikenakan.
Michael sama sekali tidak menyarankan penggunaan masker N95, karena jenis masker ini akan sangat mempengaruhi fungsi pernafasan penggunanya, mengingat jenis masker ini hanya diperuntukkan bagi petugas medis seperti di ruang-ruang isolasi dan ICU yang khusus merawat pasien Covid-19.
"Berolahraga yang sehat cukup dengan intensitas ringan sampai dengan sedang, sehingga penggunaan masker tidak akan mempersulit sistem pernafasan dan tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan terlebih lagi sehingga menyebabkan kematian," jelas Michael. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kendati demikian, akhir-akhir ini beredar video yang memberitakan tentang bahaya berolahraga dengan menggunakan masker.
Dokter spesialis kedokteran olahraga dr. Michael Triangto, SpKO menjelaskan bahwa berolahraga menggunakan masker masih aman dilakukan namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Hal pertama yang perlu diperhatikan menurut Michael adalah tujuan berolahraga dan intensitasnya.
"Bila tujuannya untuk sehat tentunya yang bersangkutan hanya boleh melakukan olahraganya berintensitas ringan sampai sedang saja, sehingga tidak akan terganggu dengan penggunaan masker sesuai dengan peraturan PSBB," jelas Michael melalui pesan singkat yang diterima Antara, Selasa.
Sementara untuk yang ingin tetap berolahraga berat tentunya tidak akan dapat dilarang, dengan demikian boleh tetap dilakukan namun dianjurkan dilakukan di dalam rumah sehingga tidak akan terkena kewajiban menggunakan masker.
"Yang perlu dipahami benar adalah olahraga berintensitas berat hanya diperuntukkan bagi atlet yang mau bertanding sehingga tujuan kesehatan bukanlah menjadi prioritas utama mereka," jelas Michael.
Selain itu, jenis masker yang dikenakan juga harus diperhatikan. Michael menyarankan penggunaan masker bedah atau masker kain yang banyak di pasaran, untuk digunakan saat hendak berolahraga di luar rumah.
Meskipun dua jenis masker ini tergolong masker yang memiliki kemampuan rendah untuk menyaring udara, namun tidak akan terlalu menyesakkan dan masih tergolong nyaman ketika dikenakan.
Michael sama sekali tidak menyarankan penggunaan masker N95, karena jenis masker ini akan sangat mempengaruhi fungsi pernafasan penggunanya, mengingat jenis masker ini hanya diperuntukkan bagi petugas medis seperti di ruang-ruang isolasi dan ICU yang khusus merawat pasien Covid-19.
"Berolahraga yang sehat cukup dengan intensitas ringan sampai dengan sedang, sehingga penggunaan masker tidak akan mempersulit sistem pernafasan dan tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan terlebih lagi sehingga menyebabkan kematian," jelas Michael. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020