Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr Chairul Anwar Nidom menyesalkan penutupan sementaranya layanan bagi pasien baru COVID-19 di Rumah Sakit Universitas Airlangga karena keterbatasan tempat tidur.
"Dalam situasi wabah pandemik seperti COVID-19 ini, sebaiknya tidak ada rumah sakit yang menolak pelayanan pada penderita pandemik, baik secara tersirat apalagi tersurat/terbuka," kata Prof Nidom yang juga Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF) di Surabaya, Sabtu.
Menurutnya, keberadaan suatu rumah sakit atau suatu laboratorium (apalagi milik pemerintah/negara), merupakan bentuk atau mewakili kehadiran negara di tengah wabah terhadap warga negaranya.
Demikian juga, dalam situasi yang memprihatinkan seperti ini, tidak sepatutnya para pimpinan negeri ini mempertontonkan narasi-narasi komunikasi yang tidak lazim dan tidak perlu ke masyarakat.
"Karena semua ini bisa mencederai hati dan perasaan masyarakat terutama dalam membangun kebersamaan," ujarnya.
Nidom mengatakan seyogyanya semua itu bisa diselesaikan dalam pertemuan atau komunikasi intensif, dalam bingkai membangun solidaritas nasional untuk menghadapi wabah yang tidak tahu kapan akan berakhir.
"Jadi jangan ada lagi RS, laboratorium atau bentuk pelayanan kesehatan yang lain menghentikan pelayanannya," ucap Nidom.
Nidom menyatakan, RSUA sebetulnya tidak perlu menutup layananan bagi pasien baru COVID-19. Mereka bisa mengusulkan agar pelayanan antarrumah sakit tidak sama. Hal itu agar lebih fokus dan efisien dalam pelayanan, khusus terhadap penggunaan fasilitas dan keterbatasan tenaga medis (SDM).
Selain itu, lanjut dia, RS bisa dikelompokkan berdasarkan usia kerentanan dan atau penyakit bawaan penderita COVID.
"Sehingga akan ada RS yang melayani penderita COVID-19 dengan kelainan jantung, atau kelainan ginjal atau bawaan diabetes dan lain-lain lain," katanya.
"Mengingat fatalitas COVID-19, bukan semata disebabkan oleh virus COVID-19 saja, tetapi juga oleh usia kerentanan dan penyakit bawaan (infeksi-infeksi) yang lain," ujar Nidom, menambahkan.
Rumah Sakit Airlangga Surabaya (RSUA) menutup sementara layanan bagi pasien baru corona akibat keterbatasan tempat tidur setelah menangani lebih dari 100 pasien COVID-19.
Rektor Unair Prof Mohammad Nasih di Surabaya, Kamis (28/5) mengatakan, penutupan layanan sementara juga dilakukan Institut Tropical Disease (ITD) Unair untuk pengujian sampel baru COVID-19 dan hanya akan menerima sampel baru COVID-19 dari RSUA.
"Tercatat, ada 100 lebih pasien yang sedang dalam perawatan di RSUA. Hal itu, semakin hari terus bertambah. Karena keterbatasan tempat tidur yang kami miliki, tentu kebijakan penutupan sementara kami ambil," kata Nasih.
Penutupan RSUA bagi pasien baru COVID-19 dilakukan selama 14 hari, terhitung mulai tanggal 26 Mei 2020. Sementara ITD Unair juga melakukan hal serupa selama 14 hari, dimulai tanggal 26 Mei 2020 dan hanya akan menerima sampel baru COVID-19 dari RSUA. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Dalam situasi wabah pandemik seperti COVID-19 ini, sebaiknya tidak ada rumah sakit yang menolak pelayanan pada penderita pandemik, baik secara tersirat apalagi tersurat/terbuka," kata Prof Nidom yang juga Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF) di Surabaya, Sabtu.
Menurutnya, keberadaan suatu rumah sakit atau suatu laboratorium (apalagi milik pemerintah/negara), merupakan bentuk atau mewakili kehadiran negara di tengah wabah terhadap warga negaranya.
Demikian juga, dalam situasi yang memprihatinkan seperti ini, tidak sepatutnya para pimpinan negeri ini mempertontonkan narasi-narasi komunikasi yang tidak lazim dan tidak perlu ke masyarakat.
"Karena semua ini bisa mencederai hati dan perasaan masyarakat terutama dalam membangun kebersamaan," ujarnya.
Nidom mengatakan seyogyanya semua itu bisa diselesaikan dalam pertemuan atau komunikasi intensif, dalam bingkai membangun solidaritas nasional untuk menghadapi wabah yang tidak tahu kapan akan berakhir.
"Jadi jangan ada lagi RS, laboratorium atau bentuk pelayanan kesehatan yang lain menghentikan pelayanannya," ucap Nidom.
Nidom menyatakan, RSUA sebetulnya tidak perlu menutup layananan bagi pasien baru COVID-19. Mereka bisa mengusulkan agar pelayanan antarrumah sakit tidak sama. Hal itu agar lebih fokus dan efisien dalam pelayanan, khusus terhadap penggunaan fasilitas dan keterbatasan tenaga medis (SDM).
Selain itu, lanjut dia, RS bisa dikelompokkan berdasarkan usia kerentanan dan atau penyakit bawaan penderita COVID.
"Sehingga akan ada RS yang melayani penderita COVID-19 dengan kelainan jantung, atau kelainan ginjal atau bawaan diabetes dan lain-lain lain," katanya.
"Mengingat fatalitas COVID-19, bukan semata disebabkan oleh virus COVID-19 saja, tetapi juga oleh usia kerentanan dan penyakit bawaan (infeksi-infeksi) yang lain," ujar Nidom, menambahkan.
Rumah Sakit Airlangga Surabaya (RSUA) menutup sementara layanan bagi pasien baru corona akibat keterbatasan tempat tidur setelah menangani lebih dari 100 pasien COVID-19.
Rektor Unair Prof Mohammad Nasih di Surabaya, Kamis (28/5) mengatakan, penutupan layanan sementara juga dilakukan Institut Tropical Disease (ITD) Unair untuk pengujian sampel baru COVID-19 dan hanya akan menerima sampel baru COVID-19 dari RSUA.
"Tercatat, ada 100 lebih pasien yang sedang dalam perawatan di RSUA. Hal itu, semakin hari terus bertambah. Karena keterbatasan tempat tidur yang kami miliki, tentu kebijakan penutupan sementara kami ambil," kata Nasih.
Penutupan RSUA bagi pasien baru COVID-19 dilakukan selama 14 hari, terhitung mulai tanggal 26 Mei 2020. Sementara ITD Unair juga melakukan hal serupa selama 14 hari, dimulai tanggal 26 Mei 2020 dan hanya akan menerima sampel baru COVID-19 dari RSUA. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020