Kepala Badan Pusat Statitistik Jember Arif Joko Sutejo mengatakan pandemi Coronavirus disease (COVID-19) berdampak signifikan pada laju inflasi Kabupaten Jember pada bulan April 2020 hingga menyebabkan deflasi sebesar 0,13 persen.

"Corona jelas berdampak pada inflasi Jember karena biasanya memasuki bulan Ramadhan harga sejumlah komoditas cenderung bergerak naik, tetapi sekarang cenderung melandai, bahkan ada yang turun akibat COVID-19," katanya di Jember, Senin.

Berdasarkan data yang dirilis BPS Jember kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi terbesar adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,8 persen, padahal biasanya memasuki bulan Ramadhan, kelompok makanan mengalami inflasi dan memberikan andil inflasi terbesar.

Dari sebelas kelompok pengeluaran, tiga kelompok pengeluaran mengalami inflasi, empat kelompok pengeluaran mengalami deflasi, dan sisanya stabil.

Ia menjelaskan, kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,75 persen, sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi terbesar adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,8 persen.

"Deflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau terjadi karena komoditas melimpah dan tidak terserap pasar, namun bisa juga kemungkinan daya beli masyarakat yang rendah, sehingga harganya turun," tuturnya.

Menurutnya, komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah emas perhiasan, bawang merah, tomat, gula pasir, dan cakalang diawetkan, sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah daging ayam ras, angkutan udara, cabai merah, bawang putih dan telur ayam ras.

"Berlebihnya produksi daging ayam ras di level peternak dan berkurangnya distribusi ke daerah sekitar menyebabkan stok daging ayam ras berlimpah sehingga harga di pasar turun tajam," katanya.

Selain itu, lanjut dia, industri penerbangan menjadi salah satu sektor yang terdampak oleh virus corona karena pemerintah melalui kebijakan untuk melakukan pembatasan sosial, efektif mengurangi jumlah bepergian sehingga demand akan kebutuhan jasa transportasi pesawat menjadi turun drastis.

"Biasanya selama Ramadhan dan menjelang Lebaran, ada kenaikan inflasi karena permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa meningkat, namun tahun ini justru tidak biasa karena cenderung menurun akibat pandemi COVID-19," katanya.

Sementara Kasi Distribusi Statistik Candra Birawa mengatakan, masa panen raya dan harga padi kering panen turun pada bulan april yakni berkisar Rp3.800 hingga Rp4.100 per kg dari sebelumnya sekitar Rp4.500 hingga Rp5.000 per kg, sehingga beras juga memberikan andil deflasi pada April 2020.

"Pandemi COVID-19 berdampak pada IHK Jember bulan April 2020 karena Jember sebagai produsen dan biasa mendistribusikan barang ke berbagai wilayah yang sebelumnya lancar, kini menjadi tersendat," katanya.

Menurutnya, adanya pandemi Corona menyebabkan distribusi barang menjadi kurang lancar karena di daerah tertentu juga menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) guna menekan penyebaran virus Corona, sehingga banyak stok komoditas pangan di Jember yang berdampak pada harganya turun.

"Atau mungkin bisa jadi daya beli masyarakat yang menurun karena pendapatan menurun, sehingga masyarakat mengubah pola konsumsinya di bandingkan biasanya," ujarnya.

Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, empat kota mengalami inflasi dan empat kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,24 persen, diikuti oleh Kabupaten Sumenep inflasi sebesar 0,15 persen, Kota Kediri sebesar 0,08 persen dan inflasi terendah terjadi di Kota Probolinggo sebesar 0,05 persen.

Sedangkan Kota Malang mengalami deflasi sebesar 0,12 persen, diikuti oleh Kabupaten Jember deflasi sebesar 0,13 persen, Kota Surabaya deflasi sebesar 0,16 persen dan deflasi terendah terjadi di Kota Madiun sebesar 0,19 persen.

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020