Para penyandang cacat atau difabel yang tergabung dalam Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Kota Kediri, Jawa Timur, membuat masker dari kain tenun ikat untuk membantu penanganan COVID-19.
Ketua Gerkatin Kota Kediri Maskurun di Kediri, Kamis, mengemukakan para anggotanya mulai memproduksi masker seiring dengan adanya permintaan dari wilayah-wilayah sekitar.
"Alhamdulillah ini sudah ada pesanan dari Pegadaian Bojonegoro dan Madiun. Belum banyak, baru 30 lusin," kata Maskurun.
Ia mengatakan, pesanan masker ini membuat masyarakat terutama anggota Gerkatin Kota Kediri sangat terbantu karena dapat tetap berkarya dan menambah penghasilan.
Perempuan yang akrab disapa Yuyun ini menjelaskan awal pembuatan masker tersebut sempat menggunakan bahan sisa kain yang didapat dari usaha konveksinya selama ini.
"Kami awalnya memang masih memakai kain sisa, karena untuk beli kain tenunnya kami belum mampu. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah bisa beli, karena pesanan juga banyak, kain sisanya juga sudah habis," kata Yuyun.
Ia mengatakan harga jual masker yang dibuat para disabilitas ini cukup terjangkau, antara Rp7.000 hingga Rp10.000 per masker, tergantung model dan tambahan spon pada masker.
Yuyun mengharapkan masker ini bisa bermanfaat, terlebih lagi warga banyak membutuhkan masker, terutama ketika keluar rumah, sesuai dengan anjuran pemerintah.
"Kami juga ingin berpartisipasi membantu pemerintah. Di samping itu dengan usaha ini saya tetap bisa membantu teman-teman disabilitas," katanya.
Saat ini, UMKM di Kota Kediri, juga sudah mulai banyak yang membuat masker. Para perajin tenun ikat di wilayah ini juga kebanjiran membuat masker dari bahan baku tenun ikat.
Salah satunya adalah Siti Ruqoyah, pengusaha tenun ikat bermerek Medali Emas, yang membuat inovasi masker agar perusahaan tetap produktif dalam masa-masa yang sulit seperti sekarang.
Diversifikasi usaha ini dilakukan karena permintaan tenun ikat semakin sepi. Ribuan lembar masker juga sudah dipesan dengan harga relatif terjangkau.
Tenun ikat merupakan tenun khas dari Kota Kediri. Beberapa produk telah dibuat dengan mengambil bahan baku dari tenun ikat. Selain bisa digunakan sebagai baju, juga untuk tas, sepatu, scarf dan kerajinan lainnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Kediri Nur Muhyar mengatakan pemkot sangat mendukung berbagai macam sektor terutama perdagangan dan industri untuk tetap bergerak, salah satunya dengan membeli produknya.
"Harapan kami dengan kegiatan ini yang bisa kita gerakkan bukan hanya ekonomi penenun, tetapi juga para tukang jahit dan toko-toko penyedia aksesorisnya seperti toko karet, benang, dan kain tlisir. Dengan demikian juga akan ada efek daya beli masyarakat yang tetap terjaga," kata Nur Muhyar. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Ketua Gerkatin Kota Kediri Maskurun di Kediri, Kamis, mengemukakan para anggotanya mulai memproduksi masker seiring dengan adanya permintaan dari wilayah-wilayah sekitar.
"Alhamdulillah ini sudah ada pesanan dari Pegadaian Bojonegoro dan Madiun. Belum banyak, baru 30 lusin," kata Maskurun.
Ia mengatakan, pesanan masker ini membuat masyarakat terutama anggota Gerkatin Kota Kediri sangat terbantu karena dapat tetap berkarya dan menambah penghasilan.
Perempuan yang akrab disapa Yuyun ini menjelaskan awal pembuatan masker tersebut sempat menggunakan bahan sisa kain yang didapat dari usaha konveksinya selama ini.
"Kami awalnya memang masih memakai kain sisa, karena untuk beli kain tenunnya kami belum mampu. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah bisa beli, karena pesanan juga banyak, kain sisanya juga sudah habis," kata Yuyun.
Ia mengatakan harga jual masker yang dibuat para disabilitas ini cukup terjangkau, antara Rp7.000 hingga Rp10.000 per masker, tergantung model dan tambahan spon pada masker.
Yuyun mengharapkan masker ini bisa bermanfaat, terlebih lagi warga banyak membutuhkan masker, terutama ketika keluar rumah, sesuai dengan anjuran pemerintah.
"Kami juga ingin berpartisipasi membantu pemerintah. Di samping itu dengan usaha ini saya tetap bisa membantu teman-teman disabilitas," katanya.
Saat ini, UMKM di Kota Kediri, juga sudah mulai banyak yang membuat masker. Para perajin tenun ikat di wilayah ini juga kebanjiran membuat masker dari bahan baku tenun ikat.
Salah satunya adalah Siti Ruqoyah, pengusaha tenun ikat bermerek Medali Emas, yang membuat inovasi masker agar perusahaan tetap produktif dalam masa-masa yang sulit seperti sekarang.
Diversifikasi usaha ini dilakukan karena permintaan tenun ikat semakin sepi. Ribuan lembar masker juga sudah dipesan dengan harga relatif terjangkau.
Tenun ikat merupakan tenun khas dari Kota Kediri. Beberapa produk telah dibuat dengan mengambil bahan baku dari tenun ikat. Selain bisa digunakan sebagai baju, juga untuk tas, sepatu, scarf dan kerajinan lainnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Kediri Nur Muhyar mengatakan pemkot sangat mendukung berbagai macam sektor terutama perdagangan dan industri untuk tetap bergerak, salah satunya dengan membeli produknya.
"Harapan kami dengan kegiatan ini yang bisa kita gerakkan bukan hanya ekonomi penenun, tetapi juga para tukang jahit dan toko-toko penyedia aksesorisnya seperti toko karet, benang, dan kain tlisir. Dengan demikian juga akan ada efek daya beli masyarakat yang tetap terjaga," kata Nur Muhyar. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020