Jajaran aparatur sipil negara (ASN) Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur, bergotong royong membantu warga terdampak wabah virus corona (COVID-19) dengan membagikan ribuan paket sembako berisi beras, minyak goreng serta kebutuhan pokok lainnya.

Secara simbolis, pemberian sembako itu dilakukan Bupati Abdullah Azwar Anas kepada para penerima yang terdiri atas pedagang kaki lima, ojek online dan warga disabilitas dengan menjalankan protokol kesehatan di aula Kantor Kecamatan Banyuwangi, Kamis.

"Penyerahan sembako dari ASN ini juga diserahkan secara serentak pada hari ini di seluruh kecamatan se-Banyuwangi, termasuk dengan metode diantar ke rumah-rumah warga terdampak," ujar Bupati Anas.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi Mujiono mengemukakan bahwa di Banyuwangi terdapat lima skema penyaluran jaring pengaman sosial, yakni bersumber dari APBN yang mewujud dalam Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT).

Selanjutnya, skema dari APBD yang menyasar non-penerima PKH dan BPNT, sedangkan untuk APBD, dianggarkan paket sembako kepada warga selama tiga bulan dan nantinya juga  ditambah sesuai perkembangan.

Selain itu, lanjutnya, juga ada pelibatan warung rakyat untuk kupon makan pekerja informal yang masih harus bekerja di luar rumah.

"Dari APBD, juga dianggarkan paket nutrisi kepada ibu hamil dan ibu menyusui, agar nutrisi mereka terjaga meski kondisi ekonomi keluarga menurun. Kemudian ke penyandang disabilitas dan pekerja seni-budaya terdampak. Detail dana APBD kami finalkan tak lama lagi, sekarang proses input data warga terdampak per desa, kisarannya belasan sampai puluhan miliar hanya untuk paket sembako," paparnya.

Ia menambahkan, skema ketiga berbasis gotong royong lembaga amil zakat termasuk donasi dari berbagai pihak, mulai ASN, swasta, hingga BUMN.

"Ini sudah mulai disalurkan ke warga terdampak. Jumlahnya untuk ASN saja hari ini 1.950 paket sembako dan nanti kami bagikan lagi tahap berikutnya," kata Mujiono.

Selanjutnya, skema keempat dengan gotong royong berbasis sekolah yang juga sudah berjalan, sekolah mendata dan menyalurkan bantuan ke warga terdampak pengalihan belajar ke rumah.

"Jadi sekolah bergotong royong membantu warga yang selama ini menggantungkan pendapatan ke kegiatan sekolah, seperti pengemudi becak yang tak bisa antar jemput pelajar, PKL mikro yang berjualan depan sekolah dan sebagainya. Total dari sekolah menjangkau hampir 10.000 warga," tuturnya.

Sedangkan skema kelima, gotong royong berbasis kecamatan dan desa yang fokus memenuhi kebutuhan pokok orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan beserta keluarganya, termasuk di rumah isolasi. Ini dilakukan agar mereka optimal melakukan isolasi tanpa perlu memikirkan kebutuhan pokok.

"Pembagian skema-skema dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih penyaluran. Penyaluran bantuan sendiri akan dilakukan selama tiga bulan dan kembali dievaluasi melihat situasi dan kondisi selanjutnya," kata Mujiono. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020