Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggelar sekolah lapang deteksi dini bencana di Madura sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan menekan dampak bencana bagi warga di wilayah itu.

"Madura menjadi pilihan, karena daerah ini juga rawan bencana," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Pamekasan Akmalul Firdaus di Pamekasan, Rabu.

Firdaus menjelaskan, gelar sekolah lapang untuk deteksi dini potensi bencana itu disampaikan secara langsung oleh sejumlah staf BMKG pusat saat melakukan serap informasi bersama BPBD se-Madura di Pamekasan beberapa hari lalu.

Ia menjelaskan, ada tiga program sekolah lapang yang akan diterapkan, yakni program sekolah lapang iklim, sekolah lapang nelayan dan sekolah lapang gempa.

"Harapannya agar masyarakat melek bencana dan bisa melakukan antisipasi apabila terjadi bencana," katanya, menjelaskan.

Selain mendirikan sekolah lapang untuk deteksi dini bencana, BMKG pusat juga akan membantu melengkapi fasilitas prakiraan cuaca untuk membantu melayani keperluan penerbangan di Kabupaten Sumenep.

"Tahun ini juga, BKMG juga akan membangun, sensor sesmograp di Desa Tambung, Kecamatan Pademawu, sehingga bisa menjadi acuan bagi petani dan nelayan, serta petambak garam dalam mengembangkan usaha mereka yang berkaitan dengan cuaca," katanya, menjelaskan.

Menurut Kepala BPBD Pemkab Pamekasan Akmalul Firdaus, jenis bencana alam yang sering terjadi di Pamekasan termasuk di tiga kabupaten lain di Pulau Madura beragam.

"Yang paling sering terjadi adalah angin kencang untuk wilayah daratan, dan kalau di Sumenep ombak besar, sehingga musibah kapal tenggelam sering terjadi di sana," kata Firdaus, menjelaskan.
 

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020