Puluhan ribu kader Posyandu di Kota Surabaya, Jawa Timur, mendapat tali asih atau tambahan di luar honor yakni berupa uang pengganti transpor senilai Rp30 ribu per bulan.

"Ini pengganti uang transpor bukan honor. Kami memberikan uang transportasi senilai Rp30 ribu per bulan," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita di Surabaya, Jumat.

Menurut dia, terhitung sampai detik ini, jumlah Posyandu di Surabaya mencapai 2.800 titik dengan jumlah kadernya sebanyak 22.400 orang. Sementara itu, setiap Posyandu terdiri dari delapan orang kader.

"Kegiatan ini berlangsung selama satu bulan sekali. Jadi transpornya memang sesuai kegiatan sekali saja," kata Feny sapaan akrab Febria Rachmanita.

Feny menjelaskan, selain pengganti uang transpor, Dinkes juga memberikan BPJS PBI bagi para kader senilai Rp42 ribu. Bahkan, lanjut dia, BPJS PBI itu tidak hanya berlaku untuk kader itu sendiri, namun berlaku pula untuk satu anggota keluarga yang tergabung dalam Kartu Keluarga (KK).

"Kemudian dikalikan keluarga kader yang ada di KK. Misalnya satu KK terdiri dari lima anggota keluarga. Maka, berlaku juga untuk lima anggota keluarga. Jadi Rp30 ribu ditambah Rp210 ribu untuk kader dan keluarganya," katanya.

Selama Posyandu berlangsung, kata Feny, ada beberapa kegiatan yang dilakukan mulai dari penimbangan balita, penyuluhan, pemberian vitamin, pencatatan dan pelaporan bahkan kunjungan jika terdapat balita yang tidak hadir ke Posyandu.

"Terakhir melakukan kegiatan emo demo," katanya.

Tidak hanya itu, kata dia, untuk para pendamping ibu hamil, Pemkot Surabaya juga memberikan uang transpor Rp182.850 dalam setiap pertemuan. Jumlah total pendampingan ibu hamil di Surabaya sebanyak 344 kader. Dalam sebulan, kegiatan pendampingan dilaksanakan sebanyak tiga kali.

"Jadi Rp182.850 dikali 3 hari sama dengan Rp515.637 per bulan sudah dipotong pajak," ujarnya.

Menurut dia, semua itu dilakukan Pemkot Surabaya karena para kader sudah membantu dan berkontribusi kepada pemkot, khususnya program bidang kesehatan. "Fasilitas yang mereka dapatkan itu, karena mereka berkontribusi dan membantu kami di bidang kesehatan," kata Febria.

Salah seorang kader Posyandu, Laili Nur Widya mengatakan, ia bersama para kader Posyandu lainnya secara ikhlas melakukan kegiatan posyandu balita dan lansia. Ia mengaku, segala macam kegiatan sosial tidak melihat jumlah pendapatan yang diperoleh.

"Buat kami berapapun itu tidak jadi masalah asal kegiatan posyandu tetap dilaksanakan. Otak dan pikiran kami hanya ingin berkegiatan sosial mencari KMS (Kartu Masuk Surga)," kata Wiwid sapaan akrab Laili Nur Widya.

Perempuan asal Jalan Pengampon, Kelurahan Bongkahan, Kecamatan Pabean Cantikan Surabaya ini menyatakan, selama dapat membantu orang lain dalam memberikan edukasi terkait kesehatan dan perilaku hidup bersih, maka itulah tujuan utama para kader Posyandu.

"Jujur ya, kami para kader itu secara ikhlas melakukan kegiatan posyandu balita dan lansia. Apalagi ada beberapa kader yang merangkap menjadi kader posyandu balita dan lansia," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020