Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bondowoso bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jas Merah selaku pendamping rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) melakukan observasi lingkungan penyebab terjadinya banjir bandang yang menerjang Desa Sempol dan Kalimat, Bondowoso, Jawa Timur, pada Rabu (29/1).
Administratur Perhutani KPH Bondowoso Agus Sarwedi dalam keterangan tertulisnya yang diterima Antara di Surabaya, Kamis, menyampaikan, luapan air hujan ditengarai berasal dari kawasan hutan lindung petak 101-2 wilayah Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Belawan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Sukosari.
"Banjir yang terjadi pada Rabu sore tersebut memang diduga berasal dari kawasan hutan lindung Gunung Suket di petak 101-2," katanya.
Baca juga: Banjir bandang di Bondowoso akibatkan dua warga terluka
Menurutnya, hutan lindung yang luas bakunya 75 hektare tersebut pada tahun 2019 mengalami kebakaran seluas 60 hektare, sehingga kondisi tegakan di hutan lindung tersebut tidak rapat bahkan didominasi oleh alang-alang.
Agus menambahkan, bahwa faktor lain terjadinya banjir tersebut tidak lepas dari intensitas curah hujan yang tinggi yang mengguyur kawasan Gunung Suket sebagai penyebab banjir bandang.
"Dengan kondisi tegakan berupa tanaman rimba campur dan alang alang, volume air yang besar berasal dari pertemuan dua curah yaitu curah Wedi sehingga terjadi daya dorong air semakin besar," ujarnya.
Baca juga: Pemprov Jatim akan semai bijian di titik karhutla pegunungan Bondowoso
Ia menjelaskan, volume air hujan yang turun sangat besar tidak mampu ditampung oleh saluran irigasi yang memang lebarnya tidak memadai sehingga air meluap ke rumah penduduk.
"Kami menurunkan petugas untuk ikut membantu proses pembersihan material yang berada di depan rumah warga dan memberikan kebutuhan air mineral dan makanan," katanya.
Baca juga: Gubernur: Proses pembersihan pascabanjir bandang Bondowoso berjalan cepat
Secepatnya, kata dia, akan dilakukan penanaman bersama di kawasan lindung Gunung Suket.
"Bahkan PT. Medco Energi bekerja sama untuk melakukan rehabilitasi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Administratur Perhutani KPH Bondowoso Agus Sarwedi dalam keterangan tertulisnya yang diterima Antara di Surabaya, Kamis, menyampaikan, luapan air hujan ditengarai berasal dari kawasan hutan lindung petak 101-2 wilayah Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Belawan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Sukosari.
"Banjir yang terjadi pada Rabu sore tersebut memang diduga berasal dari kawasan hutan lindung Gunung Suket di petak 101-2," katanya.
Baca juga: Banjir bandang di Bondowoso akibatkan dua warga terluka
Menurutnya, hutan lindung yang luas bakunya 75 hektare tersebut pada tahun 2019 mengalami kebakaran seluas 60 hektare, sehingga kondisi tegakan di hutan lindung tersebut tidak rapat bahkan didominasi oleh alang-alang.
Agus menambahkan, bahwa faktor lain terjadinya banjir tersebut tidak lepas dari intensitas curah hujan yang tinggi yang mengguyur kawasan Gunung Suket sebagai penyebab banjir bandang.
"Dengan kondisi tegakan berupa tanaman rimba campur dan alang alang, volume air yang besar berasal dari pertemuan dua curah yaitu curah Wedi sehingga terjadi daya dorong air semakin besar," ujarnya.
Baca juga: Pemprov Jatim akan semai bijian di titik karhutla pegunungan Bondowoso
Ia menjelaskan, volume air hujan yang turun sangat besar tidak mampu ditampung oleh saluran irigasi yang memang lebarnya tidak memadai sehingga air meluap ke rumah penduduk.
"Kami menurunkan petugas untuk ikut membantu proses pembersihan material yang berada di depan rumah warga dan memberikan kebutuhan air mineral dan makanan," katanya.
Baca juga: Gubernur: Proses pembersihan pascabanjir bandang Bondowoso berjalan cepat
Secepatnya, kata dia, akan dilakukan penanaman bersama di kawasan lindung Gunung Suket.
"Bahkan PT. Medco Energi bekerja sama untuk melakukan rehabilitasi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020